Kenali Kanker Serviks, Upaya Mencegah Infeksi Virus HPV Lebih Murah daripada Mengobati

Kanker serviks masih menjadi momok yang menakutkan untuk perempuan.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 15 Sep 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2023, 11:00 WIB
Kenali Kanker Serviks, Upaya Mencegah Lebih Murah Daripada Mengobati
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, kanker serviks berada pada urutan ke-4 untuk jumlah kasus kanker pada wanita Indonesia di tahun 2019. Secara global,di dunia pasiennya mencapai 604.127 kasus baru pertahun.

Liputan6.com, Tangerang Kanker serviks masih menjadi momok yang menakutkan untuk perempuan. Untuk meminimalisir risiko terkena penyakit dengan angka kematian yang tinggi ini, pemerintah maupun para dokter sepakat agar perempuan lebih baik mengambil langkah pencegahan daripada mengobati.

Menurut data Kementerian Kesehatan, kanker serviks berada pada urutan ke-4 untuk jumlah kasus kanker pada wanita Indonesia di tahun 2019. Secara global,di dunia pasiennya mencapai 604.127 kasus baru pertahun.

“Bila ditanya di Indonesia banyak atau tidak pasiennya, iya banyak. Karena jumlah penduduk kita pun padat, kita negara besar, jadi angka penderita kanker serviksnya pun juga banyak,” tutur dr Alexy Oktoman Djohhansjah, SpOG (K) Onk, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi Siloam Hospital Lippo Village.

Dia pun menjelaskan, kanker serviks merupakan keganasan infeksi virus HPV (Human papillomavirus) subtipe onkogenik, terutama subtipe 16 dan 18 di area serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol, dan terhubung dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.  

Sayangnya, virus HPV ini tidak hanya menyerang wanita saja, pria juga kemungkinan akan terjangkit virus ini bila tidak menerapkan hidup sehat. Bahkan pada pria, virus HPV bisa ditemukan di area mulut atau rahang.

Oleh karena itu, upaya pencegahan lebih baik daripada mengobati kanker serviks. Sebab, bila sudah pada stadium lanjut dan sel kanker menyebar ke berbagai organ tubuh, maka bentuk pengobatannya pun akan lebih kompleks.

“Jika dibagi dalam 365 hari, sebenarnya angka pasien kanker serviks jumlahnya lebih dramatis daripada angka kematian akibat melahirkan. Makanya, saya lebih baik mengkampanyekan untuk mengambil langkah pencegahan, pengobatan bisa tapi lebih sakit, lebih mahal,” tutur Alexy.

 

 

Mencegah dengan 3 Cara

Alexy pun menjabarkan, untuk mencegah kanker serviks pada wanita bisa ditempuh dengan tiga cara. Pertama, dengan vaksinasi HPV. Jika dulu vaksinasi HPV bisa menangkal 4 varian virus HPV saja, kini ada jenis vaksin HPV multivalen.

“Vaksin HPV Multivalen ini masih buatan luar negeri, 100 persen bahannya dari sana. Bisa menangkal atau membangkitkan kekebalan imun terhadap 9 jenis variasi virus HPV, termasuk jenis yang bisa menyebabkan kanker serviks,” kata Alexy.

Vaksinasi ini bisa diberikan pada usia anak sekolah dasar, hingga usia rata-rata harapan hidup wanita di Indonesia. Yakni 9 sampai 64 tahun.

Lalu pencegahan kedua adalah, dengan hidup setia bersama pasangan. Sebab, Alexy menjelaskan, virus HPV bisa dibawa dengan cara apa saja. Bisa melalui udara, air, benda mati dan sebagainya. Bila virus itu masuk ke dalam serviks, maka bisa menimbulkan penyakit kanker tersebut.

Yang ketiga adalah, dengan rutin melakukan Pap smear. Prosedur ini adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi kanker serviks pada perempuan. Pemeriksaan pap smear dapat mendeteksi adanya sel-sel asing (sel prakanker) pada leher rahim yang berpotensi berkembang menjadi kanker.

“Prinsipnya, kanker ini tidak bisa tumbuh dalam waktu yang singkat. Butuh waktu beberapa lama. Makanya, dibutuhkan intensitas pap smear rutin pada perempuan,” katanya.

Pap Smear Setahun Sekali

Menurut dr Alexy, untuk wanita yang sudah pernah atau aktif dalam aktifitas hubungan seksual, pap smear dilakukan pada wanita setidaknya dalam satu tahun sekali melakukan metode ini.

“Sebenarnya berdasarkan saran dari American College yang mewadahi kanker ini, kalau pada wanita yang sudah aktif berhubungan seksual disarankan dalam 3 tahun satu kali melakukan pap smear. Untuk di Indonesia, karena demografi, ketersediaan dokter dan factor lainnya, disarankan untuk dalam satu tahun sekali melakukan pap smear,” tuturnya.

Untuk di Siloam Hospital, Alexy mengaku sudah menggunakan alat pap smear yang bisa mendeteksi langsung, bukan hanya ada atau tidaknya virus HPV, melainkan langsung terdeteksi adanya kanker serviks ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya