Jika Seumuran Azizah Salsha Istri Pratama Arhan Punya Kebiasaan Ngemut Jempol, Ini Artinya

Liputan6.com, Jakarta - Pesepakbola Timnas Indonesia U-23, Pratama Arhan, baru-baru ini mencuri perhatian lewat aksi selebrasi yang dipamerkannya di tengah lapangan. Salah satu paling ikonik saat Arhan menghisap jempol usai mencetak gol.

Siapa sangka bahwa selebrasi isap jempol adalah gambaran dari kebiasaan sang istri, Azizah Salsha, di kala santai. Dan, kebiasaan Azizah yang satu ini sudah sejak lama diketahui fans.

Kebiasaan mengisap jempol lazim terjadi di masa kanak-kanak yang semestinya hilang ketika seseorang tumbuh dewasa. Namun, tidak sedikit yang masih membawa kebiasaan ini sampai mereka dewasa, seperti halnya istri Pratama Arhan.

Lantas, apa alasan seseorang masih memertahankan kebiasaan ngemut jempol hingga remaja bahkan dewasa?

Menyoal Kebiasaan Mengisap Jempol Kayak Azizah Salsha

Dalam tulisan yang terbit di situs Medical News Today, Perawat Kesehatan Mental Geriatri, Psikiatris, yang juga seorang Psikolog berlisensi, Dr Timothy Legg PhD PsyD menyebut bahwa kebiasaan isap jempol merupakan perilaku alami dan naluriah yang bisa memberi kenyamanan.

Senyaman ketika seorang bayi diberi dot atau dipakaikan selimut hangat ketika musim dingin tiba.

Lebih lanjut Timothy, mengatakan, bayi dan anak-anak mengisap jempol sebagai refleks yang membuatnya merasa nyaman dan terlindungi. Kebiasaan tersebut terbawa hingga dewasa disebabkan alasan serupa.

"Orang dewasa mungkin mengisap jempolnya sebagai respons terhadap stres atau kecemasan," ujarnya.

Isap jempol juga bisa menjadi respons terhadap trauma. Trauma psikologis adalah respons mental dan fisik terhadap peristiwa yang membuat seseorang merasa sangat stres.

Hal senada dibenarkan Sandra Trebinski dari Hypnotherapy Centre, di Windsor, Berkshire bahwa mengisap jempol memberi rasa nyaman secara emosional pada saat dilanda stres.

Meski begitu, tak sedikit pula yang pada akhirnya mencari bantuan psikologis atau terapis untuk menghentikan kebiasaan mengisap jempol ini.

Tidak lain karena ledekan dari orang sekitar yang tidak tahu menahu bahwa untuk sebagian orang --- mengisap jempol adalah pereda stres paling jitu.

"Banyak yang mengatakan, mengisap jempol adalah pereda stres, baik itu di tempat kerja, maupun saat sedang ujian. Namun, mereka akhirnya mencapai titik kritis, dan ingin berhenti," kata Sandra dikutip dari situs Daily Mail pada medio 2017.

Sebagian lagi yang datang kepadanya karena ternyata kebiasaan mengisap jempol membuatnya harus pasang behel demi memperbaiki posisi gigi yang berantakan.

"Ada juga yang ingin menghentikan kebiasaan itu karena tak ingin tampil buruk di depan pasangan," kata Sandra menambahkan.

Mengisap jempol pada bayi dan anak umumnya tidak berbahaya. Namun, kata Timothy, mengisap jempol secara berlebihan bisa menimbulkan masalah.

Orang yang mengisap jempol dalam waktu lama dapat mengalami kondisi kesehatan tertentu di antaranya:

Jempol Alami Lepuh

Mengisap jempol secara berlebihan dapat menyebabkan jempol melepuh. Lepuh adalah benjolan berisi cairan yang terbentuk di bawah kulit. Biasanya terjadi ketika kulit rusak.

Mungkin perlu untuk mencegah mengisap jempol saat lepuh sembuh. Plester dapat melindunginya dari kerusakan lebih lanjut. Hindari melepuh untuk mengurangi risiko infeksi.

Hiperkeratosis

Keratin adalah protein keras yang mengeraskan kulit. Pada hiperkeratosis, kulit membentuk lapisan keratin tambahan sehingga menjadi keras dan keras. Hal ini bisa terjadi sebagai respons terhadap iritasi berulang pada kulit.

Mengisap jempol dapat mengiritasi dan memberi tekanan pada kulit, yang dapat menyebabkan kapalan atau kapalan. Hiperkeratosis juga dapat menyebabkan kondisi kulit kronis, seperti eksim dan psoriasis.

Ketidakselarasan Gigi

Menurut American Dental Association (ADA), seiring waktu, mengisap jempol juga dapat menyebabkan gigi seseorang tidak sejajar. Beberapa orang juga bisa mengalami overbite.

Masalah gigi lebih sering terjadi pada mereka yang menghisap jempol lebih intens. Menempatkan ibu jari secara pasif di dalam mulut cenderung tidak menyebabkan ketidaksejajaran gigi.