Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina pada Senin (9/10/2023), jumlah warga Palestina yang tewas dalam perang Israel-Hamas di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 436 orang, termasuk 91 anak-anak, sementara sekitar 2.300 orang terluka.
Saking jumlah korban yang terus meningkat, kamar jenazah RS Indonesia di Gaza sudah tak lagi mampu menampung mayat. Alhasil, mayat-mayat pun diletakkan di luar kamar jenazah, bahkan di area luar rumah sakit.
Baca Juga
Kondisi terkini di atas disampaikan oleh Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Henry Hidayatullah saat Konferensi Pers MER-C: Gaza Membara, MER-C Siapkan Tim dan Bantuan Kemanusiaan.
Advertisement
"Saya kasih gambaran, kita lihat kondisi ekskalasi dari perang ini, banyak sekali korban dan mayat. Mayat-mayat itu sampai meluap-luap keluar dari kamar jenazah. Kamar jenazah tidak bisa lagi menampung mayat," ungkap Henry pada Selasa, 10 Oktober 2023.
"Sehingga diletakkanlah (mayat) di luar kamar jenazah. Korban luka juga sangat tinggi, mau tidak mau, perlu tambahan resource (sumber daya), sumber daya manusia (SDM), alat kesehatan, dan obat-obatan."
Kebutuhan Rumah Sakit Semakin Menurun
Henry menjelaskan, kebutuhan RS Indonesia di Gaza dapat semakin menurun lantaran ekskalasi perang Israel dan Hamas yang memanas.
"Bisa berkurang ya karena kita tidak tahu, bagaimana jumlah korban di Gaza ke depannya. Resource juga belum tahu. Tapi kebutuhan rumah sakit dapat menurun dengan adanya kondisi ekskalasi yang banyak korban," terang Henry.
Pipa Distributor Oksigen Rusak
Henry Hidayatullah menambahkan, pipa distributor oksigen Rumah Sakit Indonesia di Gaza mengalami kerusakan akibat serangan bom yang ditembakkan oleh jet-jet tempur Israel. Fasilitas tersebut kini dalam proses perbaikan.
"Kondisi rumah sakit terkena di selang pipa distributor daripada oksigen konsentrat. Jadi ada pusat oksigen konsentrat, yang kemudian ada pipa distribusinya itu terkena serangan bom," tambahnya.
"Namun demikian dalam kondisi perbaikan ya dan sejauh ini masih bisa beroperasi dengan baik."
Advertisement
Kerja Sama dengan Relawan Lokal
Kepala Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad membeberkan, saat ini terdapat tiga relawan di Gaza.
"Kalau WNI-nya ada 5, kalau anak-anak WNI lain lagi, 3 relawan MER-C, 2 eks relawan MER-C," katanya.
Pihak MER-C mengungkapkan, akan bergandengan dengan relawan lokal di Gaza. Menurut Sarbini, banyak juga relawan lokal yang membantu MER-C dalam pelaksanaannya.
"Relawan lokal ya yg wafat Abu Ramzi itu memang mendampingi kita sejak kita masuk ke Gaza. Dari mulai Land Clearing sampai sekarang," lanjut Sarbini.
Kerja Sama dengan Relawan Lokal
Sarbini mengatakan, pelaksanaan bantuan yang dilakukan seperti ketika bulan Ramadan dan Idul Adha atau waktu-waktu tertentu untuk menyalurkan kiriman bantuan yang dibutuhkan warga Gaza.
"Jadi tetap kita akan lakukan kerja sama dengan relawan lokal," tegas Sarbini.
Sulit Masuk Gaza, tapi Masih Mungkin Bisa
Ketua Tim Relawan MER-C Faried Thalib menyatakan, akan mengirimkan lima orang relawan MER-C dari Indonesia, di antaranya ada spesialis orthopedi dan anestesi.
"Saya ulang, tim yg berangkat ada 5 orang. Ada dokter, dokter anestesi, orthopedi, dan 2 orang adalah engineer, 1 pembantu engineer untuk stay di dalam Gaza," katanya.
Di sisi lain, Faried mengakui untuk masuk ke Gaza itu susah. Tapi masih bisa diupayakan.
"Sulit tapi masih mungkin, normalnya susah. Kita sadari masuk harus di sekitar sana untuk menyampaikan bantuan. Kita lihat ekskalasi akan panjang," terangnya.
"Kita fokusnya membantu apa yang dibutuhkan masyarakat Palestina khususnya, nanti kan Oktober, November, Desember musim dingin, nah itu butuh peralatan dan kami sudah mempersiapkannya."
Advertisement