Liputan6.com, Jakarta - Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf al-Qudra mengabarkan bahwa lebih dari 500 orang tewas dalam serangan udara Israel di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli di Gaza pada Selasa waktu setempat, 17 Oktober 2023.
Dari banyaknya rekaman yang beredar di media sosial, mayat-mayat bergelimpangan di halaman rumah sakit.
Baca Juga
Menurut laporan jurnalis kantor berita Turki, Anadolu, ribuan warga Palestina berada di Rumah Sakit Baptis Al-Ahli ketika serangan Israel membobardir gedung tersebut.
Advertisement
Tentara Israel mengatakan bahwa laporan tentang kemungkinan serangan udara terhadap rumah sakit tersebut 'masih dalam peninjauan'.
Lebih lanjut, menurut surat kabar The Times of Israel, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan, dirinya belum memiliki semua informasi tersebut, dan rincian lebih lanjut akan diberikan jika memungkinkan.
Dia juga mengatakan bahwa dirinya belum mengetahui apakah ledakan di rumah sakit tersebut merupakan serangan Israel.
Kelompok Palestina Hamas menyebut bahwa penargetan rumah sakit oleh Israel sebagai 'genosida'.
Serangan udara tersebut terjadi pada hari ke-11 dalam konflik saat ini. Dengan semakin banyaknya kelompok non-pemerintah dan pemimpin dunia yang mengatakan bahwa kampanye pemboman Israel di Jalur Gaza yang terkepung --- termasuk fasilitas kesehatan, rumah, dan rumah ibadah --- melanggar hukum internasional dan mungkin merupakan kejahatan perang.
Truk Es Krim di Gaza Jadi Tempat Penyimpanan Mayat, RS Sudah Penuh
Rumah sakit di Jalur Gaza dipenuhi oleh korban perang Israel-Hamas. Alhasil, truk es krim yang dingin menjadi kamar mayat sementara.
Berdasarkan laporan Middle East Monitor pada Senin, 16 Oktober 2023, serangan udara ke Jalur Gaza telah merenggut lebih dari 2.000 nyawa rakyat Palestina yang terjebak di pengepungan. Pemerintah Israel juga telah memotong pasokan air bersih dan listrik ke Jalur Gaza.
Tindakan itu berdampak ke 2 juta orang populasi di Jalur Gaza, termasuk rumah sakit dan layanan gawat darurat.
Sebuah video yang ditampilkan situs Middle East Monitor menyorot setidaknya dua truk es krim yang menjadi tempat penyimpanan mayat di Gaza.
Mayat itu disimpan di truk es krim sebelum nantinya dikembalikan ke pihak keluarga.
Pria yang merekam truk es krim itu berkata isi truk tersebut adalah korban-korban pembunuhan dari aksi Israel.Â
"Ini adalah truk-truk es krim untuk jenazah. Jenazah yang dibunuh. Sebab tak ada ruang untuk menaruh jenazah-jenazah yang dibunuh, warga Gaza mulai menggunakan truk es krim," ujar pria tersebut.
Â
Advertisement
Uni Eropa Desak CEO Google untuk Awasi Konten Perang Israel-Hamas di YouTube
Komisaris Uni Eropa (UE), Thierry Breton, telah mengirim surat peringatan ke sejumlah platform online untuk mengatasi disinformasi mengenai perang Israel-Hamas.
Terkini, Breton telah menulis surat yang ditujukan kepada CEO Google dan Alphabet Sundar Pichai, mengingatkannya akan kewajiban perusahaan mengenai moderasi konten berdasarkan Undang-Undang Layanan Digital UE.Â
Secara khusus, Breton meminta Alphabet untuk 'sangat waspada' terkait konten perang Israel-Hamas yang diposting di YouTube.
"Komisi Eropa melihat lonjakan konten ilegal dan disinformasi yang disebarluaskan melalui platform tertentu," katanya, seraya mengatakan kepada Pichai bahwa Alphabet mempunyai kewajiban untuk melindungi anak-anak dan remaja dari konten kekerasan yang menggambarkan penyanderaan dan lainnya.
Breton juga memperingatkan Pichai, jika Alphabet (induk Google) menerima pemberitahuan tentang konten ilegal dari UE, Alphabet harus meresponsnya tepat waktu.
Terakhir, ia mengingatkan sang CEO bahwa perusahaan harus memiliki langkah-langkah mitigasi untuk mengatasi konten disinformasi. Demikian sebagaimana dikutip dari Engadget, Minggu (15/10/2023).
Layanan berbagi video juga harus mampu membedakan sumber berita yang dapat dipercaya dari propaganda teroris dan konten yang dimanipulasi, seperti video clickbait.
Juru bicara YouTube, Ivy Choi, mengatakan kepada The Verge bahwa layanan tersebut telah menghapus puluhan ribu video berbahaya dan menghentikan ratusan saluran, menyusul konflik yang kini sedang berlangsung di Israel dan Gaza.
Sistem platform tersebut, tambahnya, terus menghubungkan orang-orang dengan berita dan informasi berkualitas tinggi.
"Tim YouTube bekerja sepanjang waktu untuk memantau rekaman berbahaya dan tetap waspada untuk mengambil tindakan cepat jika diperlukan pada semua jenis konten, termasuk video Shorts dan live streaming," klaim Ivy Choi.