1.000 Pasien Sehari Rawat Jalan di RS Kanker Dharmais, Ini Kanker Paling Banyak

Pasien rawat jalan di RS Kanker Dharmais mencapai 1.000 dalam sehari.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 07 Des 2023, 15:00 WIB
Diterbitkan 07 Des 2023, 15:00 WIB
Mencegah Risiko Kanker
Ilustrasi pasien rawat jalan di RS Kanker Dharmais mencapai 1.000 sehari. Credit: unsplash.com/NCI

Liputan6.com, Depok Pasien rawat jalan di RS Kanker Dharmais ternyata bisa mencapai 1.000 dalam sehari. Sementara bagi pasien yang masuk rawat inap juga cukup banyak setiap harinya, sehingga kapasitas Bed Occupancy Ratio (BOR) pun hampir penuh.

 

"Sehari pasien rawat jalan itu ada 1.000 di Dharmais sampai saat ini. Kalau rawat inap sehari itu, karena BOR-nya sekitar 90 persen dari 350 (dalam sehari), jadi hampir penuh tiap hari," ungkap  Direktur Utama Pusat Kanker Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais Soeko Werdi Nindito di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (6/12/2023).

Kanker Payudara Paling Banyak 

Secara keseluruhan, kanker payudara adalah yang paling banyak ditangani di RS Kanker Dharmasi, baik pasien yang rawat inap maupun rawat jalan.

Di posisi selanjutnya ada kanker serviks, kanker paru, kanker usus, dan kanker leukemia pada anak.

"Yang paling banyak itu nomor satu ya kanker payudara, kedua serviks, ketiga paru. Kemudian kanker usus dan leukemia anak," terang Soeko saat diwawancarai Health Liputan6.com.

Menurut Soeko, kanker payudara memang termasuk yang paling banyak di dunia. Hampir di kawasan Asia Pasifik, pasien kanker payudara mendominasi.

"Itu hampir di Asia Pasifik, breast, kanker payudara paling banyak. Mungkin gaya hidup, makan dan sebagainya. Itu kan penelitiannya banyak ya penyebab-penyebabnya, maka lakukanlah pemeriksaan Payudara Sendiri, SADARI," sambungnya.

Kebanyakan Pasien sudah Stadium Lanjut

Untuk penanganan kanker, Soeko Werdi Nindito menekankan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memberi target bahwa seluruh rumah sakit di Indonesia harus mampu dalam diagnosis dan tatalaksana penyakit kanker.

"Semua rumah sakit di Indonesia nih kalau bisa diagnosis, tatalaksana juga bisa tapi tetap pada sistem rujukan ya. Kalau rumah sakit enggak mampu, ya dirujuk ke yang lebih tinggi, seperti itu," tegasnya.

"Nah, masalahnya sekarang upaya mulai dari promotif preventif, deteksi dini dan lainnya itu enggak berjalan dengan baik, sehingga pasien itu datang ke rumah sakit, 70 persen tuh sudah dalam kondisi stadium lanjut."

Kondisi stadium lanjut pun membuat angka kesembuhan kecil.

"Sehingga angka kesembuhannya juga kecil. Padahal, kalau baru ketemu calon aja, misalnya lewat (pemeriksaan) genomik -- deteksi risiko kanker -- itu bisa diantisipasi sebelumnya," pungkas Soeko.

Periksa Kanker Telat

Jenis kolesterol
Ilustrasi pemeriksaan deteksi kanker terlambat dan takut memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. (unsplash.com/@obionyeador)

Soeko Werdi Nindito membeberkan, kenapa pasien yang datang ke RS Kanker Dharmais kebanyakan sudah stadium lanjut?

Ini karena pemeriksaan deteksi kanker terlambat dan takut memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

"Kenapa (banyak) stadium lanjut? Karena periksanya telat, budayanya orang juga masih takut-takut buat periksa ke rumah sakit atau Puskesmasnya enggak mampu, banyak faktornya gitu," jelas Soeko.

"Jadi itu yang harus dibenahi sehingga deteksi dini bisa lebih baik lagi. Kalau kita biarin aja satu dekade aja, 10 tahun terakhir itu kelihatan kasusnya (kanker) meningkat. Kemudian kematian juga meningkat, prevalensinya juga meningkat."

Kemungkinan Terkena Kanker Semakin Tinggi

Tak heran, faktor telat periksa ke fasilitas kesehatan berujung pada kasus kanker dapat semakin tinggi.

"Jadi kemungkinan kenanya itu juga makin tinggi. Tapi diharapkan makin lama, makin sadar, ada programnya sehingga diharapkan bisa bertahan, karena kan faktor penyebab kanker sendiri kita sebenarnya belum tahu dari mana," ucap Soeko.

"Misalnya, ada orang yang satu lingkungan, satu keluarga, kok yang satu kena (kanker), yang lain enggak. Itu masih dalam penelitian semua."

Banyak Wanita Takut Cek Kanker Payudara

Pemeriksaan atau skrining dini kanker payudara masih menjadi tantangan lantaran banyaknya wanita yang takut. Hal ini karena ada rasa takut menerima kenyataan bila terdeteksi kanker payudara.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menilai wanita tak perlu cemas untuk melakukan skrining kanker payudara. Apabila ditemukan sejak awal ada kanker payudara atau berisiko kanker, maka perawatan dan pengobatan dapat segera dilakukan.

Terlebih lagi, kasus kanker payudara di Inddonesia terbilang tinggi sebagai penyumbang kematian di kalangan perempuan.

"Paling banyak kanker sekarang kan kanker payudara yang meninggal. Nah, itu wanita-wanita di Indonesia takut ngecek, takut menerima kenyataan," ucap Budi Gunadi di sela-sela acara ‘Ayo Sehat Festival’ di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta Pusat pada Sabtu, 11 November 2023.

"Padahal, kanker payudara itu kalau diketahui dini, 90 persen bisa sembuh."

Infografis Macam-Macam Diet
Infografis Macam-Macam Diet. (Dok: Liputan6.com/Trisyani)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya