Kasus COVID-19 Subvarian EG.5 Meningkat, Epidemiolog Ingatkan agar Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Epidemiolog dari Unair mengatakan, gejala yang muncul pada kasus COVID-19 subvarian Omicron EG.5 semakin ringan, bahkan sebagian besar tanpa gejala.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 15 Des 2023, 17:21 WIB
Diterbitkan 15 Des 2023, 17:00 WIB
Covid-19 Omicron
Ilustrasi varian Covid-19 Omicron. Credits: pexels.com by Edward Jenner

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat disebut tak perlu khawatir dengan kehadiran subvarian Omicron EG.5 dari COVID-19. Ahli epidemiologi Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan, subvarian tersebut memiliki tingkat keparahan rendah.

"Jadi masyarakat tidak perlu khawatir, karena subvarian ini memiliki tingkat keparahan yang rendah," kata epidemiolog Windhu Purnomo, dilansir Antara.

Windhu menegaskan, gejala yang muncul pada kasus Omicron EG.5 semakin ringan, bahkan sebagian besar tanpa gejala.

Kemunculan subvarian EG.5 juga menurutnya tak memberi beban berlebih pada fasilitas layanan kesehatan di rumah sakit.

"Meski ada peningkatan kasus, tapi tidak ada tekanan berlebihan pada fasilitas layanan kesehatan di rumah sakit. Ketersediaan ruang isolasi masih di bawah 60 persen, belum mencapai angka kritis seperti pada kasus sebelumnya," tutur Windhu.

Saat ini, fasilitas kesehatan khususnya ruang rawat inap untuk pasien COVID-19 telah mengalami penurunan penggunaan. Windhu menjelaskan, ruang yang sebelumnya dialokasikan untuk pasien COVID-19 saat ini kembali digunakan untuk pasien biasa atau umum.

"Saat ini, kita melihat bahwa rumah sakit telah mengembalikan ruang rawat inap untuk pasien biasa. Omicron EG.5 memang hanya subvarian, namun transmisibilitasnya lebih tinggi daripada varian sebelumnya," ungkap Windhu.

Vaksinasi dan Edukasi 

Vaksinasi dan edukasi pada masyarakat mengenai virus SARS-CoV-2, kata Windhu, masih penting.

Demikian pla dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta mematuhi protokol kesehatan, harus menjadi budaya yang perlu diterapkan secara konsisten oleh masyarakat. Meski demikian, Windhu mengatakan pembatasan perjalanan tidak lagi diperlukan.

Menurutnya, pemerintah harus terus melakukan monitoring rumah sakit guna mempersiapkan mitigasi lebih lanjut.

Walaupun situasi terkini menunjukkan peningkatan kasus COVID-19, langkah-langkah tersebut dinilai dapat mengurangi dampak dan memastikan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai. 

 

Tren Peningkatan Kasus COVID-19

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan kasus COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan, terutama di 21 provinsi.

Provinsi-provinsi tersebut yakni Banten, Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.

Situasi serupa menurut laman Infeksi Emerging Kemenkes RI, juga terjadi di Kepulauan Riau, Lampung, NTT, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.

Tren kenaikan kasus COVID-19 mingguan per 9 Desember 2023 dilaporkan mencapai 554 kasus positif. Sejak menunjukkan peningkatan mulai 8-14 Oktober 2023, kasus konfirmasi mingguan meningkat 134 persen per pekan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya