Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI), Budi Gunadi Sadikin, menekankan bahwa peluang kesembuhan kanker sangat tinggi, mencapai 90 persen jika kanker dideteksi sejak stadium awal. Pernyataan ini disampaikan saat Menkes menghadiri Art Exhibiton bertajuk 'Close the Care Gap' yang diadakan MSD dan Yayasan Kanker Indonesia di Pantai Indah Kapuk, Tangerang, Banten pada Minggu, 4 Februari 2024.
Menurutnya, deteksi dini merupakan hal yang paling penting, karena jika kanker diketahui secara cepat, peluang kesembuhannya mencapai 90 persen. "Kalau ketahuannya terlambat 90 persen wafat," ujarnya.
Baca Juga
Meskipun demikian, Menkes Budi menyayangkan kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker masih rendah, yang disebabkan oleh ketakutan akan diagnosis dan penanganan kanker.
Advertisement
Hal ini menyebabkan mayoritas pasien kanker yang datang ke fasilitas kesehatan telah berada dalam stadium lanjut, sehingga angka harapan hidupnya semakin rendah. Misalnya, untuk kanker payudara, sekitar 70 persen kasus baru diketahui terlambat.
Lebih lanjut Budi, mengatakan, pemerintah terus berupaya meningkatkan kegiatan deteksi dini kanker dengan melengkapi puskesmas dan rumah sakit dengan peralatan kesehatan yang canggih dan modern. Upaya tersebut mencakup:
- Melengkapi 10 ribu puskesmas dengan alat USG untuk penanganan kanker payudara
- Pemasangan CT-Scan di 514 rumah sakit di 514 kabupaten/kota untuk kanker paru-paru
- Memberikan alat kolonoskopi untuk kanker usus besar, dan
- Menyediakan imunisasi HPV dan HPV DNA Test untuk memerangi kanker serviks.
Menkes berharap dengan pemenuhan peralatan kesehatan ini, kegiatan deteksi dini kanker dan penanganan penyakit 'menakutkan' ini dapat dilakukan dengan tepat dan cepat, sehingga meningkatkan angka harapan hidup penderita kanker.
Menkes Budi Gunadi Sadikin: Saya High Risk Individu Kanker
Di kesempatan yang sama, Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa dirinya orang dengan genetik kanker yang tinggi. Menkes mengungkapkan kisah keluarganya yang penuh dengan tragedi akibat penyakit kanker.
Ibunya, begitu juga ibu mertuanya, meninggal dunia usai bertarung melawan kanker, masing-masing pada kanker paru-paru dan kanker payudara. Kesedihan semakin menyelimuti hidup Menkes Budi ketika ayah mertuanya juga berpulang akibat kanker prostat.
"Itu sebabnya kenapa saya bilang kanker itu dekat di hati. Jadi, saya tahu juga, genetically saya high risk individu," katanya. Orang nomor satu di Kementerian Kesehatan RI ini pun mendorong masyarakat mengadopsi gaya hidup sehat dan tidak takut deteksi dini kanker.
"Kanker itu, setelah saya pelajari, strateginya harus di-deteksi dini. Kalau kita tahu kanker dini dengan teknologi yang ada sekarang, survivability rate-nya tinggi. Kependeritaan masyarakat jauh lebih rendah," katanya.
"Kalau itu ketahuannya terlambat, kemungkinan wafatnya besar. Penderitaannya banyak. Jadi, teman-teman, tolong promosikan agar masyarakat kita mau deteksi dini kanker," ujar Menkes Budi kepada para pejuang kanker (cancer survivor) yang hadir dalam acara itu.
Kesenjangan dalam pemahaman dan pengobatan kanker menjadi salah satu tantangan utama dalam melawan penyakit mematikan ini. Beberapa kesenjangan yang melekat di masyarakat termasuk informasi yang salah tentang kanker, keterlambatan dalam penanganan, dan penolakan pasien atau keluarga terhadap pengobatan kanker.
Advertisement
Banyak Kasus Kanker Datang pada Stadium Lanjut
Penolakan berobat sering terjadi karena ketidaktahuan pasien, menyebabkan sebagian besar kasus datang pada stadium lanjut. Kementerian Kesehatan memperkirakan bahwa lebih dari 70 persen pasien kanker didiagnosis pada stadium lanjut. Menurut jurnal yang dirilis oleh Jurnal Kedokteran Indonesia pada 2021, 86 persen pasien kanker mengalami keterlambatan pengobatan.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia, Prof Dr dr Aru Wisaksono SpPD-KHOM FINASIM, menekankan pentingnya dukungan dan kebersamaan dari keluarga dan lingkungan sekitar bagi pasien kanker. Dia menyatakan bahwa informasi yang tepat dan dukungan aktif berkontribusi besar dalam memberikan perawatan terbaik.
Lebih lanjut, Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou, mendukung perluasan edukasi kanker dengan menyelenggarakan pameran seni 'Close the Care Gap' dan seminar edukasi. Pameran ini menampilkan lebih dari 150 karya seni dari penyintas kanker untuk menghadirkan cerita perjalanan para pejuang kanker.