BKKBN: Selain Logika, Mengatasi Konflik Keluarga Perlu Melibatkan Perasaan

Mengatasi konflik keluarga jika hanya melibatkan logika tanpa perasaaan bisa membuat berat dan kacau.

oleh Tim Health diperbarui 18 Mar 2024, 09:32 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2024, 09:11 WIB
Kepala BKKBN Sebut Broken Home Jadi Salah Satu Penyebab Anak Miliki Mental yang Memprihatinkan
Kepala BKKBN Sebut Broken Home Jadi Salah Satu Penyebab Anak Miliki Mental yang Memprihatinkan. Foto: BKKBN.

Liputan6.com, Jakarta Mengatasi konflik keluarga hanya dengan logika itu penting. Namun, jika hanya melibatkan logika tanpa perasaaan bisa membuat berat dan kacau.

"Konflik di dalam rumah tangga, kalau kita selesaikan hanya dengan logika itu berat, hasilnya pasti kacau, tetapi juga harus diselesaikan dengan perasaan," kata kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo.

Hal tersebut Hasto sampaikan usai banyak kasus anak menjadi broken home usai orangtua bercerai. Anak-anak dengan kondisi yang sama saling berbagi perasaan satu sama lain tanpa ayah atau ibu tahu perasaannya.

"Di antara keluarga yang bercerai ini ternyata anak-anaknya membentuk grup b-home atau broken home yang orang tuanya tidak tahu. Mereka membagi perasaan satu sama lain di antara mereka, meski terlihat diam, tetapi (kondisi mental) mereka cukup memprihatinkan," kata Hasto.

Hasto yakin pola pikir anak yang merasa ditelantarkan orangtua sangat berbeda dengan anak yang tumbuh di keluarga yang harmonis. Lalu, sebagian besar orang tua yang bercerai dimulai dari kurang mampunya mereka mengomunikasikan dan menyelesaikan permasalahan yang kecil.

Padahal, dari keluarga yang bakal membentuk karakter anak di kemudian hari. Termasuk kuat dan lemahnya mental anak.

"Dimulai dari keluarga inilah akan dihasilkan anak yang baik dan tidak lemah, lemah ini tidak hanya dari sisi ekonomi, melainkan juga lemah mentalnya, lemah imannya, lemah perilakunya. Orangtua yang banyak bercerai tadi, ketika kita analisis 70 persen penyebabnya adalah masalah kecil yang mereka tidak bisa memaklumi," kata Hasto.

Suami dan Istri Diminta Komunikasikan Perasaan Satu Sama Lain

Hasto pun meminta sebelum orangtua membahas tentang anak maka perlu mengomunikasikan perasaan suami dan istri.

"Para orang tua juga perlu belajar menyampaikan komunikasi satu sama lain. Sebagai kepala rumah tangga, suami harus lebih dewasa, bisa menahan emosi, dan istri juga harus bisa memaklumi," kata dia.

Hal ini ia sampaikan untuk bahwa sesuai dengan visi BKKBN untuk menciptakan keluarga berkualitas kuncinya ada pada orangtua.

"Salah satu visi BKKBN adalah menciptakan keluarga yang berkualitas, yang mana kuncinya ada pada orang tua yang hebat," kata Hasto Wardoyo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya