1,27 Juta Orang Meninggal Gegara Resistensi Antimikroba, Mayoritas karena Konsumsi Antibiotik Tanpa Resep

Resistensi antimikroba (AMR) adalah kondisi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit menjadi kebal atau resisten terhadap pengobatan antimikroba.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 19 Agu 2024, 12:37 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2024, 12:00 WIB
Dante Saksono
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa ada 1,27 juta orang meninggal akibat resistensi antimikroba (AMR), Jakarta (19/8/2024). Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa ada 1,27 juta orang meninggal akibat resistensi antimikroba (AMR).

Resistensi antimikroba adalah kondisi ketika mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit menjadi kebal atau resisten terhadap pengobatan antimikroba.

“Sekarang ternyata 70 persen antibiotik itu bisa didapatkan tanpa resep. Jadi orang beli di apotek terus dikasih sama apotekernya, disimpan di rumah tanpa penggunaan yang tepat. Kalau panas (demam) langsung minum antibiotik padahal panasnya itu bukan melulu disebabkan oleh mikroba, oleh bakteri,” kata Dante usai pembukaan diskusi Strategi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba Sektor Kesehatan di Jakarta, Senin (19/8/2024).

Pada umumnya, gejala demam yang disebabkan oleh virus dan pengobatan penyakit akibat virus tidak perlu menggunakan antibiotik. Jika kebiasaan ini dibiarkan, maka diperkirakan kematian akibat AMR di seluruh dunia bisa meningkat jadi 10 juta pada 2050.

“Kalau kita diamkan, maka nanti 2050 angka kematiannya di seluruh dunia jadi 10 juta orang. Makanya kita harus bergerak supaya penggunaan antibiotik ini lebih rasional,” kata Dante.

Pergerakan atau upaya untuk mendorong penggunaan antibiotik secara rasional, dapat menekan 30 persen beban pembiayaan kesehatan.

“Bayangkan 30 persen bisa dihemat. Kita sudah punya dua project rumah sakit yang melakukan penggunaan antibiotik secara rasional dan kita evaluasi, ternyata benar angka budget-nya turun 30 persen.”

Antibiotik Tidak Melulu untuk Kepentingan Medis

Dante menambahkan, penggunaan antibiotik tidak melulu untuk kepentingan medis. Jika tidak diatur hal tersebut maka bisa membuat kuman resisten.

“Penggunaan antibiotik ini tidak melulu untuk medis ternyata pertanian dan peternakan juga menggunakan antibiotik. Jadi konsep One Health, kalau semua ternak diberi antibiotik maka kuman yang ada sudah resisten, sudah kebal.”

“Begitu kumannya itu masuk ke manusia, dia tidak mempan lagi dengan antibiotik,” papar Dante.

Jika mikroba sudah kebal terhadap antibiotik, maka penyakit akan sulit diobati dan inilah yang dapat menyebabkan kematian.

Bagaimana Cara Menggunakan Antibiotik yang Sehat?

Dante pun memaparkan cara menggunakan antibiotik yang baik dan benar.

“Penggunaan antibiotik yang sehat dan benar adalah berdasarkan rekomendasi dokter dan terbukti bahwa penyebabnya atau penyakitnya adalah infeksi bakteri.”

“Jadi kalau demam, belum tentu infeksinya adalah infeksi bakteri. Penyebab demam umumnya adalah infeksi virus dan virus itu tidak mempan dengan antibiotik,” jelas Dante.

Regulasi Atur Antibiotik di Pasaran

Terkait antibiotik yang beredar di pasaran, Dante mengatakan bahwa Kemenkes telah bertindak.

“Kita sudah melakukan edukasi, sudah ada regulasinya bahwa antibiotik itu obat yang tidak boleh diberikan tanpa resep. Nah ini dalam praktik sehari-hari tuh masih ada yang beli tanpa resep.”

“Beberapa waktu yang lalu saya pergi ke Lombok membuka evaluasi ini dan kita undang apoteker-apoteker sebagai tim champion kita. Apoteker ini sebagai salah satu garda terakhir untuk memberikan antibiotik yang kalau tanpa resep tidak boleh diberikan,” pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya