Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) terus mempercepat pemenuhan kebutuhan alat kesehatan demi mendukung transformasi layanan kesehatan primer. Fokus utama adalah meningkatkan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan primer, khususnya di Puskesmas, untuk mendeteksi dan menangani berbagai masalah kesehatan secara lebih dini.
Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dr. Maria Endang Sumiwi, M.P.H., Puskesmas membutuhkan lebih banyak alat kesehatan penting untuk mendukung layanan skrining dan diagnostik.
Baca Juga
“Alat kebutuhan Puskesmas yang masih perlu diperbanyak terkait alat-alat kesehatan pendukung skrining seperti ultrasonografi (USG), elektrokardiografi (EKG), hematology analyzer, chemistry analyzer, hingga dental chair,” ujar Maria Endang di Jakarta, Selasa (26/11).
Advertisement
Ia juga menambahkan bahwa alat kesehatan diagnostik, seperti urine analyzer, PoCT HbA1C, dan alat Tes Cepat Molekuler (TCM), masih belum tersedia di semua Puskesmas. Hal ini menjadi perhatian utama untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat.
Dukungan Proyek SOPHI untuk Layanan Primer
Untuk mengatasi tantangan ini, Kemenkes meluncurkan proyek Strengthening of Primary Health Care (SOPHI). Proyek ini bertujuan memperbaiki kesenjangan layanan primer, terutama dalam aspek preventif dan kuratif yang hemat biaya.
“Proyek SOPHI berfokus pada penguatan perawatan primer, yang diharapkan dapat menekan biaya pengobatan penyakit melalui tindakan pencegahan. Ini juga berkontribusi mengurangi beban sosial ekonomi akibat penyakit yang sebenarnya bisa dicegah,” jelas Maria Endang.
Proyek ini juga mendukung penyediaan alat kesehatan di 10.234 Puskesmas, 25.826 Puskesmas Pembantu, dan 304.420 Posyandu. Tahap pertama akan dilakukan pada 6.236 Puskesmas di 382 kabupaten/kota di 35 provinsi.
“Untuk pemenuhan reagen kesehatan atau Bahan Medis Habis Pakai (BMHP), pendanaannya akan ditopang oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-Fisik,” tambahnya.
Layanan Berdasarkan Siklus Hidup
Sebagai bagian dari transformasi, Puskesmas kini mengadopsi pendekatan berbasis siklus hidup melalui program Integrasi Layanan Primer (ILP). Dengan sistem ini, layanan kesehatan tidak lagi berbasis program, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan setiap kelompok umur.
“Puskesmas dibagi menjadi lima klaster, yakni Klaster Manajemen, Klaster Ibu dan Anak, Klaster Kesehatan Dewasa dan Lanjut Usia, Klaster Penanggulangan Penyakit Menular dan Kesehatan Lingkungan, serta Lintas Klaster,” papar Maria Endang.
Advertisement
Dilengkapi Tenaga Kesehatan yang Kompeten
Ia menekankan bahwa setiap klaster dilengkapi dengan tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan sesuai tugasnya. Sistem klaster ini dirancang untuk memberikan layanan yang lebih komprehensif dan terintegrasi.
“Klaster dipimpin oleh penanggung jawab klaster yang dibantu pelaksana klaster. Dalam keterbatasan SDM, pelayanan dapat dilakukan oleh petugas dari klaster lain yang memiliki kompetensi sesuai,” tuturnya.
Dengan pendekatan ini, Puskesmas diharapkan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan efisien, sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat di seluruh Indonesia.DDil