Liputan6.com, Jakarta Anak kerap sakit batuk dan pilek. Namun, tidak setiap anak batuk dan pilek perlu mengonsumsi obat apalagi obat antibiotik seperti disampaikan dokter spesialis anak konsultan Profesor Edi Hartoyo.
Lebih lanjut, Edi memaparkan bahwa sekitar 60 persen batuk pilek itu disebabkan virus. Padahal seperti kita ketahui antibiotik adalah obat untuk mengatasi infeksi akibat bakteri.
Baca Juga
"Sebagian besar batuk pilek kurang dari seminggu dan deman tidak terlalu tinggi itu adalah karena virus, jadi tidak diperlukan antibiotik," kata Edi secara daring pada Selasa, 10 Desember 2024.
Advertisement
Namun, Edi tidak menampik bahwa batuk pilek bisa disebabkan bakteri yang salah satu pengobatannya adalah dengan antibiotik. Walau hanya sebagian kecil.
"Ciri-ciri batuk pilek yang butuh antibiotik adalah ingus berwarna hijau, anak demam tinggi, dengan kondisi lebih dari seminggu," kata Edi.
Edi mengingatkan bahwa jika kondisi anak batuk pilek sudah lebih dari seminggu perlu ke dokter. Terkait pemberian antibiotik hal tersebut harus dengan resep dokter.
Penggunaan antibiotik serampangan bisa membahayakan kesehatan lantaran bisa terjadi resistensi --suatu kondisi ketika antibiotik tidak lagi efektif dalam membunuh bakteri yang menginfeksi tubuh--.
Perhatikan Penggunaan Antibiotik
Edi mengatakan bahwa ketika anak perlu makan antibiotik maka harus ikuti aturan tersebut.Â
"Ada (antibiotik) yang (diberikan) tiga kali sehari, tapi cuma dikasih satu kali sehari. Itu mengurangi tingkat kesembuhan," kata Edi.
Dia juga meminta orang tua untuk memperhatikan kapan antibiotik dikonsumsi, apakah sebelum atau sesudah makan.
Edi menekankan bahwa konsumsi antibiotik harus berdasarkan konsultasi dan resep dari dokter untuk mencegah resisten antimikroba, yaitu kondisi bakteri menjadi kebal akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Advertisement
Bijak Penggunaan Antibiotik
Ini dua aspek bijak dalam penggunaan antibiotik:
1. Harus diduga kuat disebabkan bakteri
"Antibiotik ini diperlukan untuk infeksi yang karena bakteri. Kalau virus itu tidak perlu antibiotik, parasit tidak perlu juga," katanya.
2. Perhatikan dosis, interval, lama pemberian dan jenis antibiotik serta perlu evaluasi.
Jangan asal-asalan mengonsumsi antibiotik. Apalagi menyimpan stok obat antibiotik. Sayangnya, data Riset Kesehatan Dasar pada 2013 menunjukkan 86,1 persen masyarakat menyimpan antibiotik di rumah tanpa resep dokter
"Kadang saya di ruang prakek, ada orangtua yang menyampaikan bahwa anak panas enggak turun-turun, lalu orangtuanya menyampaikan bahwa anak sudah dikasih antibiotik. Padahal itu tidak ada resep dokter," kata Edi.
"Padahal konsumsi antibiotik ini perlu pengawasan ketat," lanjutnya.