Jadikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai Gaya Hidup

Keselamatan dan kesehatan kerja

oleh Kusmiyati diperbarui 10 Okt 2013, 11:25 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2013, 11:25 WIB
keselamatankerja-131010b.jpg
Perkembangan perindustrian dan perekonomian Indonesia ternyata tidak sejalan dengan kepedulian akan keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Hal ini mengakibatkan banyaknya tragedi kecelakaan kerja.

Dalam pembukaan acara K3 Expo dan Konferensi APOSHO (Asia Pacific Occupational Safety and Health Organization) di JIExpo, Ketua Dewan K3 Nasional (DK3N), Waluyo mengatakan K3 perlu diperhatikan di semua organisasi dan perusahaan-perusahaan baik besar ataupun kecil.

“Kesehatan dan Keselamatan Kerja tidak hanya penting untuk diterapkan di tempat kerja yang memiliki faktor risiko tinggi seperti pertambangan, konstruksi dan lain-lain tetapi juga harus diterapkan di seluruh sektor industri bahkan di lingkungan rumah tinggal,” tuturnya ditulis Kamis (10/10/2013).

Melihat data setiap tahunnya tercatat lebih dari 99.000 kasus kecelakaan kerja, 70 persen di antaranya berakibat kematian atau cacat seumur hidup. Untuk itu Waluyo mulai menyosialisasikan K3 kepada masyarakat dan menjadikan K3 menjadi sebuah gaya hidup.

Dikutip dari data ILO, setiap tahun kita menderita kerugian sebesar 4% dari kurang lebih 7000 triliun Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yaitu kerugian senilai Rp. 280 triliun akibat kecelakaan kerja. Namun penanganan aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), kesadaran maupun perilaku terhadap K3 masih sangat lemah.

Waluyo juga menambahkan dengan mempraktikkan K3 dimana pun, akan terjadi peningkatan kualitas dan kinerja seseorang baik sebagai pekerja maupun sebagai individu.

(Mia/Abd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya