Mahasiswa UGM Promosi Jamu di Jerman

Rombongan mahasiswa Universitas Gajah Mada yang melakukan kunjungan studi ke sejumlah perguruan tinggi di Jerman kenalkan jamu di sana

oleh Gabriel Abdi Susanto diperbarui 15 Okt 2013, 18:11 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2013, 18:11 WIB
herbal-130420b.jpg

Rombongan mahasiswa Universitas Gajah Mada yang melakukan kunjungan studi ke sejumlah perguruan tinggi di Jerman baru-baru ini memperkenalkan produk obat herbal untuk pengobatan alternatif atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai jamu.

Dosen pembimbing yang mengikuti program kunjungan studi tersebut, Dr T Irianti M.Scm Apt seperti dikutip Antara, Selasa (15/10/2013) mengemukakan, saat kunjungan di sejumlah perguruan tinggi di Jerman, rombongan mahasiswa UGM mempresentasikan hasil riset bertemakan "Keanekaragaman Ethnobotani: Perjalanan Obat Herbal di Tengah Kehidupan Modern".

Perguruan tinggi Jerman yang dikunjungi dalam program yang berlangsung l7 sampai 27 September tersebut menurut Irianti, antara lain Universitas Georg-August di Gottingen, Universitas Freie dan Humboldt di Berlin serta Universitas Ludwig-Maxmilian di Munchen.

Mahasiswa UGM yang mengikuti kunjungan studi tersebut yakni Yuliana Farkhah (Biologi), Rezcha Indriati (Biologi), Sekar Pelangi Manik Puteri (Biologi), Iskandar (Biologi), Imam Fathoni (Biologi), Rizky Handayani (farmasi) dan Maulana Rizki Aditama (MIPA).

Sementara Yuliana yang menjadi koordinator mahasiwa dalam program tersebut mengemukakan bahwa melalui pertemuan dengan mitra kerja mereka yakni kalangan periset perguruan tinggi Jerman, rombongan mahasiswa UGM telah mendapat kesempatan untuk memaparkan hasil penelitian mereka terkini dan teknologi pembuatan jamu di Indonesia.

Yuliana mengemukakan, keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang ada di Indonesia telah dimanfaatkan dan diolah sebagai obat herbal untuk pengobatan alternatif. Sejak abad keempat, ujarnya, obat herbal yang kemudian dikenal sebagai jamu mencerminkan bukti kearifan lokal yakni diawalinya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh masyrakat tradisional sebagai obat yang kemudian berkembang menjadi kebiasaan dan budaya masyrakat.

Semakin pesatnya kemajuan teknologi serta bertambahnya jumlah populasi manusia, menurut Yuliana, memacu munculnya berbagai permasalahan terutama di sektor kesehatan yang saling terkait sehingga memerlukan pembahasan yang melibatkan tidak hanya satu disiplin ilmu saja tetapi melalui multi disiplin atau lintas ilmu.

"Sudah banyak penelitian tentang obat herbal atau jamu, tapi sayangnya sebagian hanya berakhir pada laporan atau jurnal, tanpa diketahui oleh masyrakat luas, " ujarnya.

Selain mengangkat masalah jamu, salah seorang anggota tim UGM, juga mempresentasikan hasil penelitiannya tentang "Studi Bioactivitas Ekstrak Ethanolic Marchantia sp sebagai tanaman alternatif untuk Insektisida Nyamuk Aedes Aegypti".

Tanaman lumut hati tersebut yang didapat di habitatnya di Grojogan Sewu, Tawangmangu, bisa dimanfaatkan untuk mengendalikan vektor demam berdarah (DB) yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Sejauh ini pengendalian vektor DB di Indonesia masih menggunakan bahan kimia sintetik yang berbahaya bagi organisme lain sehingga diperlukan metode lain yang lebih tepat guna. Sebelumnya hasil penelitian tersebut juga telah dipresentasikan di Universitas Burapha, Thailand.

Selama di Jerman, rombongan mahasiswa UGM tersebut juga berkunjung ke Taman Nasional, Thuringen, meninjau berbagai lab di perguruan tinggi setempat dan melakukan serangkaian panel diskusi dengan para peneliti di perguruan tinggi yang dikunjungi.

(Abd)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya