Masyarakat Indonesia Gemar Hamil dan Menghamili

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) melonjak drastis.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 28 Jan 2014, 20:30 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2014, 20:30 WIB
ibu-hamil-140127b.jpg
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) melonjak drastis sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sebelumnya, AKI dapat ditekan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.00 kelahiran hidup. Lantas, apakah ada cara untuk mencegah kematian ibu saat melahirkan?

"Kalau mau mencegah angka kematian ibu, ya jangan hamil. Sebab, kematian ibu sangat bisa terjadi pada semua ibu hamil," kata DR. Dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) dari Departemen Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) RSCM dalam acara `Nutri Talk: Membangun Landasan Bagi Kesehatan Masa Depan` di Kembang Goela, Sudirman, Jakarta, Selasa (28/1/2014)

Dua tahun lalu, kata Dr. Dwiana, 60 persen dari masyarakat negara tetangga, Singapura secara terang-terangan mengatakan tidak ingin memiliki anak sesudah menikah. Pasalnya, banyak hal yang harus dipikirkan matang-matang sebelum pasangan itu memutuskan untuk memiliki anak.

"Makanya, angka kematian ibu di sana tidak setinggi di sini. Kalau saya jadi menteri kesehatan di sana, mungkin saya akan tidur-tidur saja. Tapi di sini, hal itu tak mungkin terjadi. Masyarakat Indonesia gemar hamil dan menghamili," kata Dwiana sambil berkelakar.

Apa yang diucapkan wanita berjilbab ini bukan tanpa alasan, dan itu memang terlihat jelas sekali perbedaan antara wanita Indonesia dan Singapura untuk memiliki seorang anak. Di sana, wanitanya berpikir panjang ke depan ketika memutuskan untuk memiliki anak. Sedangkan hal sebaliknya terjadi pada wanita di Indonesia, punya anak saja dulu pikirnya belakangan.

"Wanita di sana itu berpikir panjang. Kalau punya anak, mereka harus berhenti kerja. kalau mereka punya anak, mereka harus menyiapkan asuransi, menyiapkan apartemen, dan menyiapkan hal lainnya. Sedangkan wanita di Indonesia, punya anak dulu pikirnya belakangan," kata Dwiana menambahkan.

Beberapa waktu lalu, lanjut Dwiana, ada pasien muda berusia 16 tahun yang baru menikah 1 bulan tapi sudah mengalami preeklampsi dan dinyatakan usia kandungan sudah 8 bulan. Akhirnya, tak ingin pasien itu mengalami hal-hal yang tak diinginkan, maka dilakukanlah persalinan secara caesar di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM)

Selain itu, berdasarkan data SDKI 2012, 87 persen terjadi kehamilan pada wanita usia di bawah 19 tahun, dan sebanyak 5 persen mengalami kehamilan di bawah usia 14 tahun.

Lebih lanjut Dwiana mengatakan, untuk mengurangi angka kematian ibu harus ada kerjasama dengan pihak terkait. Namun sayang, di sini, sangat susah untuk mewujudkan hal seperti itu.

"Di sini giliran ada yang perdarahan, susah di bawah ke rumah sakit karena susah manggil ambulans-nya. Rumah sakitnya banyak, tapi ambulansnya sedikit. Menghubungi 911 pun sangat susah. Jadi harus bagaimana?," kata Dwiana menjelaskan.

Maka itu, bisa dikatakan saat ini Indonesia bukanlah negara makmur. Berdasarkan MDGs, makmur tidaknya suatu negara dilihat dari angka kematian ibu.

(Adt/Abd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya