Liputan6.com, Jakarta Mami Vin. Begitulah ia biasa dipanggil. Nama aslinya Wakidjo, lalu berubah menjadi Vinolia Wakidjo, dan lebih dikenal Mami Vin. Kisah hidupnya penuh liku. Ia terpaksa berada di dunia prostitusi 15 tahun. Waktu yang tak sebentar.
Baca Juga
Tapi, siapa yang tahu jalan hidup seseorang. Nama Mami Vin tak lagi identik dengan dunia prostitusi waria. Sosoknya kini dikenal sebagai orang yang penuh semangat merawat orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Mami Vin juga membantu para waria di Yogyakarta untuk lepas dari prostitusi dan membuka usaha agar mandiri secara ekonomi.
Advertisement
Mami Vin tinggal di Rumah Kebaya, Jalan Gowongan Lor III/148 Jetis, Kota Yogyakarta yang didedikasikan untuk menampung para ODHA atau orang dengan HIV/AIDS. Hingga saat ini kesibukan Mami Vin tak jauh dari dunia waria, lebih tepatnya mengangkat kehidupan ekonomi para waria di Yogyakarta.
Kisah Masa Kecil
Kepada Liputan6.com, Mami Vin menceriterakan kisah perjalanan hidupnya yang berat. Sejak kecil Mami Vin memang merasa ada yang berbeda pada dirinya. Ia yang terlahir sebagai seorang laki-laki lebih menganggap dirinya seorang perempuan karena ia menyadari bahwa ada jiwa perempuan dalam dirinya. Ia pun lantas senang menggunakan baju perempuan, merias diri layaknya seorang perempuan pada umumnya.
Apa yang menjadi pilihannya, bukanlah hal yang mudah. Banyak penolakan, khususnya dari keluarga. Kala itu, kakak tertua Mami Vin merasa malu melihat adiknya suka menggunakan baju perempuan. Tak ayal perilaku Mami Vin yang tak biasa ini membuat Mami Vin pun sering dianiaya dan dikucilkan oleh keluarga.
Merasa tidak tahan dengan sikap penolakan keluarga, akhirnya pada kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas) Mami Vin pun memutuskan untuk kabur dari rumah. Ia lantas bergabung dengan waria di Jogja. Awal mulanya ia merasa takut, ia bahkan tidak pernah menyangka akan menjadi dari bagian itu.
“Padahal jujur mami juga takut sama waria, saya pikir kok waria orangnya keras-keras begitu. Namun, nyatanya enggak, mami juga enggak pernah kepikiran bisa jadi bagian itu” katanya.
Memutuskan kabur dari rumah, akhirnya Mami Vin menyambung hidup menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK). Tak ada pilihan, hidup di dunia hitam itu dilakoninya selama 15 tahun lamanya. Hingga akhirnya ia memutuskan berhenti pada tahun 1993. Salah satu yang membuat ia berhenti adalah beberapa temannya terkena HIV.
Mami pun lantas berfikir ia tidak ingin mati konyol karena HIV. Ia lantas memberanikan diri dan melakukan tes HIV, dan hasilnya membahagiakan mami. Mami dinyatakan negatif terkena HIV.
“Apa benar seseram itu HIV menyerang waria karena disitu ada mami yang juga secara perilaku itu sama kita ganti-ganti pasangan, sehingga mami berfikir sekonyol itukah mami akan terdampak HIV. Saya persiapkan diri memberanikan diri untuk tes hiv dan ternyata hasilnya negatif. Alhamdulillah” ujar Mami Vin sambil mengucapkan syukur.
Mami merasa bahwa anugerah Tuhan kepadanya luar biasa. Tuhan masih sayang kepadanya, ketika banyak teman Mami yang meninggal akibat HIV. Mami pun berhenti dan keluar dari dunia hitam. Ia berpikir untuk menjadi orang yang menolong. Ia pun lantas ingin mengubah nasib dan bisa melakukan hal yang positif terhadap teman-teman waria.
“Wah Tuhan itu hebat sekali ya sepertinya mami memang dilahirkan dan ditakdirkan untuk menolong orang,” ujar Mami sambil tersenyum.
Advertisement
Di Yayasan Kebaya, Mami Vin Seperti Seorang Ibu
Panggilan Mami yang disematkan padanya tentu bukan hanya panggilan biasa. Sesuai dengan panggilannya “Mami”, ia seperti seorang ibu, simbok, emak bagi para waria dan juga penderita HIV/AIDS (ODHA) lainnya. Ia mampu memberi kenyamanan bagi para waria di Yogyakarta bahkan bagi waria pendatang di luar Yogyakarta.
Meski begitu, tak bisa dipungkiri merawat penderita ODHA tentu saja bukanlah hal yang mudah, perlu kesabaran ekstra bagi Mami Vin untuk mendampinginya. Mengingat setiap orang memiliki karakteristik, sifat yang berbeda, maka tidak semua orang langsug nurut tetapi ada juga yang bandel. Buah kesabaran itu terbayarkan ketika mami berhasil membuat ODHA bisa survive di kehidupannya sehari-hari.
“Harus sabar, karena kita mempelajari karkteristik mereka, setiap orang kan enggak sam. Enggak semua orang langsung nurut, ada juga yang bandel. Ada juga malah memerintah kita. Tapi mami merasa beruntung ketika mami melahirkan anak-anak yang luar biasa dari ODHA ini, ODHA yang sudah survive,” terangnya
Mengentaskan Waria dari Jalanan
Meski di usianya yang tak lagi muda, Mami Vin seolah tak pernah putus berhenti berbuat kebaikan. Tak cukup mendirikan Yayasan Kebaya, Mami Vin juga berusaha mengentaskan waria agar tidak bekerja di jalanan lagi. Bekerjasama dengan dinas sosial, Yayasan Kebaya dan Mami pun memberikan pelatihan berupa kursus pada sejumlah waria, seperti kursus menjahit, memasak atau pun rias pengantin.
Diakui Mami Vin usahanya tak selalu berhasil. Dari sekitar 200 waria, meski 90% - nya pernah kursus namun yang bisa menjalankan usaha hanya 15 waria saja. Waria yang berhasil keluar dari jalanan diantaranya dengan membuka usaha rias pengantin, membuka angkringan di sekitar Jalan Timoho atau membuka warung kecil-kecilan.
Menurut Mami Vin, keluarnya waria dari jalanan memang bukanlah hal yang mudah. Apalagi mengingat kebiasaan tersebut menurut para waria sangat menjanjikan. Mami Vin mengatakan perubahan itu akan mudah jika ada niat dari diri waria itu sendiri. Meski begitu Mami Vin tetap sabar memantau waria ini.
“Semua hal itu butuh proses, harus sabar, proses perubahan itu memang sangat panjang. Tapi kalau niat dari hati, dia mau berubah dan mau mencoba, saya pikir mereka bisa. Pelan-pelan juga saya tetap pantau mereka. Mami ini kalau enggak dibantu waria apa bisa seperti sekarang? Teman-teman waaria mami banyak yg bantu mami juga,” ujarnya.
Advertisement
Mami Vin banyak mendapat penghargaan
Mami Vin juga sudah mendapatkan sejumlah penghargaan di sejumlah universitas. Namun bagi penghargaan yang paling berkesan saat mami mendapat penghargaan sebagai aktivis terbaik dari Provinsi DIY. Mami juga pernah diundang ke Australia pada konferensi HIV 20 tahun 2014.
Hingga saat ini, mami tidak pernah menyangka bahwa Mami akan menjadi sosok yang dikenal seperti saat ini. “Engga pernah berfikir akan seperti ini, karena jujur saja secara fisk penampilan mami bukan siapa-siapa disbanding waria yang lain, tapi kok bisa ya?” terangnya.
Apa yang diperoleh Mami Vin memang sangat tepat. Kegigihannya mengelola Rumah Kebaya membuktikan dirinya bisa menjadi penolong sesama sebagaimana yang dicita-citakan.
Saat ini ada 8 di Kebaya, 2 waria, 4 laki-laki dan 2 perempuan. Jumlah orang di rumah singgah Kebaya tak selalu sama, kadang ganti-ganti, namun jika ada yang menetap disini, ia menjadi bagain dari Mami.
Bagi Mami Vin, kebahagiaan adalah sederhana. Melihat para penderita sehat dan tersenyum, Mami sudah bahagia. “Kebahagian itu buakn ukuran dari materi, kebahagian itu ukurannya ya bagaimana kita bisa membeikan kenyamanan org lain. Saya merasa tidak terbebani, mereka senyum saja saya sudah seneng. Mami ga pengen apa-apa pengenya kalian sehat saja., makanya mami enggak punya apa-apa, punyanya hati” ujar Mami sambil tertawa pelan.