Liputan6.com, Jakarta Stroke merupakan salah satu penyakit dengan tingkat kematian tertinggi di dunia. Stroke bisa menyerang siapa saja, termasuk anak muda dan lansia. Maka dari itu penting mengetahui penyebab stroke ini.
Baca Juga
Advertisement
Sebelum membahas mengenai penyebab stroke, ketahui terlebih dahulu apa itu penyakit stroke. Stroke merupakan kondisi ketika telah terjadi kematian jaringan otak karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Hingga penderita masalah otak dan jantung lebih berisiko mengalaminya.
Penyebab stroke memang paling sering berkaitan dengan penyakit berbahaya. Misalnya saja seperti kelainan jantung, vaskulitis, malformasi, koagulasi, hingga hipertensi. Selain penyakit, gaya hidup yang buruk juga bisa meningkatkan risikonya. Mulai dari stres, obesitas, kurang olahraga, kebiasaan merokok, dan masih banyak lagi.
Untuk bisa lebih memahami penyebab, gejala, dan komplikasi stroke, simak penjelasan lengkapnya. Berikut Liputan6.com ulas dari berbagai sumber, Jumat (18/9/2020).
Penyebab Stroke
Stres
Stres bagi sebagian orang memang sulit untuk dikontrol. Stres ini terjadi begitu saja dan sangat dipengaruhi tekanan dari lingkungan tinggalnya. Hanya saja, stres bisa menjadi salah satu penyebab stroke.
Semakin tinggi tingkat stres yang dialami seseorang maka akan semakin tinggi juga risiko penyakit jantung dan stroke. Pusat pengendalinya pada amigdala (bagian pada otak), yang bertanggung jawab untuk menanggulangi stres.
Amigdala merupakan kelompok saraf yang mengatur emosi, rasa takut, kecemasan, kesenangan, dan stres. Saat amigdala aktif menangani stres, hal ini akan memicu aktivitas ekstra pada sumsum tulang belakang. Lalu menyebabkan peradangan di arteri.
Merokok
Merokok tak pernah menjadi kebiasaan baik untuk kesehatan. Banyak risiko kesehatan yang mengancam nyawa perokok ini. Salah satu dampak buruk rokok adalah menjadi penyebab stroke.
Memiliki kebiasaan merokok kerap mengubah kecepatan aliran darah. Kecepatan aliran darah melalui pembuluh darah ke otak akan mengalami perubahan setelah merokok.
Perubahan yang terjadi secara terus-menerus. Hingga akan mengakibatkan lapisan pembuluh darah otak memicu penyakit serebrovaskular. Penyakit ini sangat sering terjadi pada penderita stroke.
Advertisement
Penyebab Stroke
Kelainan Irama Jantung
Kelainan irama jantung bisa menjadi faktor penyebab stroke di usia muda. Kondisi ini disebabkan oleh adanya gangguan mikro dan struktur jantung. Akibatkan serangan jantung dan tentu saja stroke.
Di usia muda, kelainan mikrostruktur diakibatkan oleh dampak dari kelainan otot jantung. Tak hanya otot jantung, tetapi juga kelainan katup dinding jantung. Keluhan utama dari kelainan irama jantung adalah berdebar-debar.
Kurangnya Asupan Serat
Asupan serat pada tubuh manusia tak berguna untuk sehatkan sistem pencernaan saja. Ketika seseorang kekurangan serat pun bisa berisiko mengalami banyak penyakit berbahaya. Salah satunya menjadi penyebab stroke.
Serat memiliki kemampuan mengikat lemak dari makanan yang dikonsumsi. Serat ini pada akhirnya akan dicerna secara sempurna. Sementara ketika tubuh yang kekurangan serat, kadar gula darah menjadi tidak stabil.
Kondisi ini akan sebabkan munculnya penyakit diabetes. Tak hanya itu, tubuh yang kekurangan serat juga bisa meningkatkan risiko kolesterol tinggi. Hingga pada akhirnya dapat mengakibatkan stroke.
Penyebab Stroke
Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan bisa menjadi penyebab stroke. Seseorang yang memiliki kelebihan berat badan cenderung memiliki kadar kolesterol jahat tinggi. Kadar kolesterol jahat inilah yang kemudian berisiko sebabkan penyakit stroke.
Secara umum, penyebab utama dari obesitas adalah ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi yang diukur menggunakan unit kalori (Kal) dan kilokalori (kKal).
Di satu pihak, sebagian orang memiliki kecenderungan lebih mudah untuk mengalami peningkatan berat badan. Sebaliknya, sebagian orang lainnya merasa lebih mudah untuk mengalami penurunan berat badan tanpa upaya apa pun.
Hal ini dikarenakan terdapat beberapa faktor tertentu, yang bisa meningkatkan kecenderungan terjadinya obesitas. Faktor- faktor tersebut adalah:
- Faktor metabolik
- Faktor genetik
- Tingkat aktivitas fisik
- Faktor hormonal
- Faktor usia, jenis kelamin, dan ras
- Pola makan
- Merokok
- Kehamilan dan menopause
Kurang Olahraga
Olahraga memang sumber kesehatan jasmani yang hakiki. Tak heran jika kemudian seseorang yang kurang berolahraga berisiko mengalami penyakit berbahaya. Terutama ketika olaharaga jarang dilakukan pada usia muda.
Seseorang yang jarang berolahraga berisiko mengalami stroke dan diabetes. Penyebab stroke yang satu ini memang paling sering diabaikan. Padahal menyempatkan olahraga sebentar saja sudah menurunkan risikonya.
Berolahraga pada hakikatnya bisa meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL). Kemudian bisa menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL). Termasuk memperbaiki aliran darah dan mengurangi kadar lemak di dalam tubuh.
Aliran listrik jantung yang tidak normal ini bisa menyebabkan kontraksi-relaksasi jantung tidak sinkron. Hal ini mengakibatkan timbulnya bekuan darah yang dapat menyumbat pembuluh darah otak.
Advertisement
Penyebab Stroke
Vaskulitis
Vaskulitis merupakan kondisi ketika seseorang mengalami peradangan pada pembuluh darah. Keadaan ini dapat menyerang pembuluh darah mana pun dalam tubuh, baik arteri, vena, maupun pembuluh kapiler. Tak heran jika vaskulitis ini termasuk penyebab stroke.
Pada beberapa kasus, vaskulitis juga bisa disebabkan oleh reaksi alergi, misalnya terhadap obat tertentu atau toksin/ racun. Vaskulitis dapat juga disebabkan keadaan tertentu, misalkan kanker darah seperti leukemia dan limfoma.
Gejala yang terkait organ tertentu yang dapat muncul, misalnya:
- Kulit. Ruam atau benjolan kemerahan atau keunguan, kumpulan bintik-bintik, biduran, dan kulit terasa gatal.
- Sendi. Adanya artritis pada sendi.
- Paru-paru. Sesak nafas, batuk darah, dan sebagainya.
- Saluran pencernaan. Muncul sariawan pada mulut, nyeri perut, kurangnya aliran darah pada usus sehingga usus lemah dan pecah.
- THT. Terjadi infeksi telinga, sinusitis, gangguan pendengaran.
- Mata. Mata merah, terasa gatal, sensitif terhadap cahaya, dan terjadi gangguan penglihatan.
- Otak. Keluhan sakit kepala, kesulitan berpikir jernih, perubahan status mental, gejala serupa stroke.
- Saraf. Kondisi kesemutan, kelemahan pada tubuh, baal.
Malformasi
Malformasi Chiari merupakan suatu kondisi kelainan struktural pada saluran penghubung antara tulang tengkorak dan otak. Hal ini bisa jadi petunjuk kondisi tulang tengkorak yang berukuran kecil atau berbentuk abnormal.
Malformasi bisa menjadi penyebab stroke. Utamanya karena telah terjadi penumpukan cairan di otak dan tulang belakang. Akibat dari keadaan tersebut, dapat timbul tekanan pada otak bagian bawah tulang tengkorak.
Bisa juga terjadi jaringan otak masuk ke kanal tulang belakang. Tekanan dan penumpukan cairan tersebut dapat menyebabkan serangkaian tanda dan gejala neurologis. Berhubungan dengan keseimbangan, koordinasi, daya lihat, dan wicara.
Penyebab Stroke
Koagulasi
Koagulasi intravaskuler diseminata (disseminated intravascular coagulation/ DIC) adalah kondisi gangguan aliran darah yang ditandai dengan pengentalan darah berlebihan. Kondisi ini bisa menyebabkan sumbatan (trombus) di pembuluh darah pada berbagai organ. Hingga berisiko menjadi salah satu penyebab stroke.
Pada saat yang bersamaan dengan pengentalan darah di suatu organ dalam tubuh, terjadi pula perdarahan di organ lainnya. Hal ini yang menyebabkan DIC sangat berat dan dapat menyebabkan kematian.
DIC selalu dipicu oleh penyakit yang berat seperti infeksi yang berat, kanker, cedera yang berat, dan sebagainya. Jika penyakit tersebut tidak terjadi, maka DIC juga tidak akan terjadi.
Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah meningkat. Hipertensi dapat terjadi selama bertahun-tahun tanpa disadari oleh penderitanya. Bahkan, tanpa gejala sekalipun, kerusakan pembuluh darah dan jantung terus berlanjut dan dapat dideteksi.
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti serangan jantung dan penyebab stroke. Tekanan darah tinggi atau hipertensi sering kali tidak menimbulkan gejala. Namun, pada beberapa orang dengan tekanan darah yang sangat tinggi dapat muncul gejala berupa:
- Sakit kepala
- Mimisan
- Nyeri dada atau sesak napas
Advertisement
Gejala dan Komplikasi Stroke
Gejala
Gejala stroke dapat diingat lebih mudah dengan kata FAST. Masing-masing terdiri dari singkatan gejalanya:
1. F atau Face (wajah). Mintalah orang tersebut untuk tersenyum. Apakah ada sisi sebelah wajah yang tertinggal? Apakah wajah atau matanya terlihat jereng atau tidak simetris? Jika ya, orang tersebut mungkin saja sedang mengalami stroke.
2. A atau Arms (tangan). Mintalah orang tersebut untuk mengangkat kedua tangan. Apakah ia mengalami kesulitan untuk mengangkat salah satu atau kedua tangannya? Apakah salah satu atau kedua tangannya dapat ditekuk?
3. S atau Speech (perkataan). Mintalah orang tersebut untuk berbicara atau mengulangi suatu kalimat. Apakah bicaranya terdengar tidak jelas atau pelo? Apakah ia kesulitan atau tidak berbicara? Apakah ia memiliki kesulitan untuk memahami yang Anda katakan?
4. T atau Time (waktu). Jika ia memiliki seluruh gejala yang disebutkan di atas, orang tersebut mungkin mengalami stroke. Ingat, stroke merupakan keadaan darurat. Anda harus segera membawa orang tersebut ke rumah sakit. Ingat juga untuk mencatat kapan orang tersebut mengalami gejala- gejala tersebut.
Gejala stroke lainnya antara lain:
1. Pingsan
2. Kehilangan kesadaran
3. Kelumpuhan tiba- tiba wajah, tangan atau kaki, terutama pada sisi sebelah tubuh
4. Kesulitan melihat dengan salah satu atau kedua mata
5. Kesulitan berjalan
6. Gangguan koordinasi atau keseimbanga
7. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidak mampuan untuk mengendalikan emosi.
Komplikasi
- Saraf
Stroke ditandai dengan kematian jaringan otak, sehingga sering kali muncul komplikasi yang berkaitan dengan sistem saraf. Misalnya saja edema otak, yaitu pembengkakan otak yang dapat muncul setelah stroke.
Selain itu, komplikasi stroke juga bisa terjadi dalam bentuk kejang epileptik, yaitu adanya aktivitas listrik abnormal pada otak yang menyebabkan terjadinya kejang (lebih umum ditemukan pada stroke dengan area besar). Tak hanya itu, setelah terkena stroke, seseorang dapat kembali terkena serangan stroke berulang.
- Infeksi
Pasca terkena serangan stroke, seseorang rawan mengalami infeksi, terutama pada saluran pernapasan dan saluran kemih. Contohnya saja pneumonia yang dapat muncul karena keterbatasan gerak penderita stroke, atau permasalahan menelan yang menyebabkan makanan masuk ke saluran pernapasan (pneumonia aspirasi).
Selain itu, dapat juga ditemukan infeksi saluran kemih (ISK), terutama pada pemakaian kateter kencing akibat tidak dapat mengontrol fungsi berkemih dengan baik pasca stroke.
- Gerak
Jika terjadi kelemahan atau kelumpuhan lengan pasca stroke, dapat timbul nyeri pada bahu. Hal ini disebabkan lengan tersebut menggantung, sehingga terjadi tarikan pada bahu.
Selanjutnya, dapat muncul juga kontraktur, yaitu pemendekan otot pada anggota gerak karena kurangnya kemampuan bergerak atau kurangnya latihan dan olahraga pada anggota gerak yang mengalami kelemahan atau kelumpuhan.
- Imobilisasi
Setelah terkena serangan stroke, bisa jadi penderita tidak dapat bergerak atau mengalami keterbatasan gerak (imobilisasi) dan harus tinggal di tempat tidur dalam jangka waktu lama. Hal ini meningkatkan risiko munculnya deep vein thrombosis (DVT), yaitu pembentukan darah pada pembuluh vena dalam.
Selain itu, dapat muncul ulkus dekubitus (pressure ulcer), yaitu ulkus yang muncul akibat tekanan dalam jangka panjang pada bagian tubuh tertentu karena berbaring sepanjang hari.
- Kurangnya Nutrisi
Pasca serangan stroke dapat timbul kesulitan menelan pada penderita stroke. Apalagi, terkadang konsumsi makanan dan minuman melalui mulut tidak aman bagi penderita stroke, hingga diperlukan pemasangan selang makan. Hal inilah yang kemudian dapat menyebabkan munculnya potensi penderita mengalami kekurangan asupan nutrisi
- Dampak Psiko-sosial
Penderita stroke dapat mengalami disabilitas dalam sekejap, sehingga mereka yang dahulu aktif kemudian harus bergantung pada orang lain. Sering kali, hal ini menimbulkan depresi bagi penderita.
Apalagi, bisa jadi penderita stroke adalah tulang punggung keluarga. Namun setelah terkena stroke malah memerlukan perawatan dari anggota keluarga lainnya. Kondisi ini yang kemudian dapat memicu terjadinya stres atau depresi.