Mengenal Penyakit Hernia, Jenis, Penyebab, dan Gejalanya

Penyakit hernia adalah jenis penyakit yang jarang disadari gejalanya, padahal memiliki risiko yang serius bagi kesehatan manusia.

oleh Fakhriyan Ardyanto diperbarui 08 Des 2020, 18:05 WIB
Diterbitkan 08 Des 2020, 18:05 WIB
kanker serviks
ilustrasi dokter/Photo by rawpixel.com from Pexels

Liputan6.com, Jakarta Penyakit hernia merupakan kondisi timbulnya benjolan pada tubuh yang terjadi saat bagian dalam tubuh menekan area otot atau jaringan lemah yang ada di sekitarnya. Penyakit hernia, juga biasa disebut dengan turun berok, umumnya muncul di area sekitar dada dan pinggul.

Sayangnya, banyak kasus penyakit hernia yang tidak menunjukkan gejala. Meskipun ada gejala, sangatlah sedikit dan sering dihiraukan. Gejala yang paling sering tersebut bisa berupa benjolan di perut atau sekitar lipatan paha. Benjolan yang muncul dapat ditekan dan kemudian bisa saja menghilang saat penderita penyakit hernia berbaring.

Tapi, benjolan tersebut bisa muncul kembali apabila penderita penyakit hernia batuk atau mengejan. Maka tidak heran, banyak yang tidak menyadari jika tubuhnya terkena penyakit hernia.

Sebenarnya ada beberapa jenis penyakit hernia. Selain itu, gejala-gejala penyakit hernia lainnya juga bisa muncul dan patut diwaspadai. Berikut Liputan6.com melansir dari Klikdokter, apa saja jenis penyakit hernia yang perlu diketahui dan diwaspadai, Selasa (8/12/2020).

Jenis Penyakit Hernia

Ilustrasi rumah sakit/dok. Unsplash Insung Yoon
Ilustrasi rumah sakit/dok. Unsplash Insung Yoon

1. Hernia umbilikalis

Pada jenis penyakit hernia umbilikalis, kondisi sebagian usus akan menembus dinding otot perut yang ada di sekitar pusar. Tapi, sebenarnya kondisi ini jusrtu banyak terjadi pada bayi yang baru lahir. Untungnya, pada sebagian besar kasus, jenis penyakit hernia ini dapat menghilang sebelum bayi genap berusia 1 tahun. Jikalau belum menghilang, tindakan operasi baru akan dilakukan apabila benjolan ini sudah menetap hingga usia di atas 5 tahun atau kondisi benjolan sudah semakin besar.

 

2. Hernia insisional

Sedangkan jenis penyakit hernia insisional, usus akan menembus dinding otot perut pada area yang pernah dilakukan operasi. Hernia tipe ini kerap muncul jika luka operasi tidak sembuh sempurna, seperti pernah mengalami infeksi pasca operasi. Jenis penyakit hernia insisional biasanya dapat terjadi dalam kurun waktu 2 tahun pasca dilakukannya operasi dan kerap ditemukan pada orang-orang dengan usia lanjut maupun orang dengan berat badan berlebih.

Jenis Penyakit Hernia

Ilustrasi
Ilustrasi dokter. (dok. unsplash/@marceloleal80)

3. Hernia inguinalis

Kemudian, pada jenis penyakit hernia inguinalis, usus atau kandung kemih bisa menonjol melalui dinding perut dan area lipatan paha. Bahkan, hampir lebih dari 90% kasus penyakit hernia dikeluhkan dari area ini. Tapi, yang lebih berisiko terkena penyakit hernia jenis ini adalah kaum pria. Pasalnya, ada bagian yang secara alami kondisinya sangat lemah di area tersebut.

 

4. Hernia epigastrika

Penyakit hernia epigastrika akan muncul ketika jaringan lemak menonjol lewat dinding perut, tepatnya yang terletak di antara pusar serta bagian bawah tulang dada. Jenis penyakit hernia ini, lebih umum terjadi pada pria dibandingkan wanita.

Jenis Penyakit Hernia

Gambar Ilustrasi hernia
Sumber: Freepik

5. Hernia hiatus

Sedangkan penyakti hernia hiatus cukup berbeda dengan jenis penyakit hernia lainnya. Sebab, pada penyakit hernia tipe ini, tepat di bagian atas lambung akan menonjol melwati hiatus. Hiatus sendiri adalah sebuah lubang yang terletak di area diafragma.

 

6. Hernia femoralis

Kemudian, jenis penyakit hernia ini bisa terjadi ketika usus memasuki saluran yang dilalui pembuluh darah paha. Letak dari penyakit hernia ini lebih sedikit ke bawah dibandingkan hernia inguinalis. Benjolan yang terbentuk juga lebih kecil jika dibandingkan hernia inguinalis. Hernia femoralis umumnya menyerang kaum hawa, khususnya pada wanita hamil atau yang mengalami obesitas.

Penyebab Hernia

Cerita Akhir Pekan: 6 Jenis Diet Terpopuler Sepanjang 2020
Ilustrasi turunkan berat badan. (dok. Ketut Subiyanto/Pexels/Brigitta Bellion)

Penyakit hernia bisa terjadi akibat tekanan dan bagian otot yang lemah. Tekanan tersebut akan mendorong jaringan melalui lubang atau titik lemah tersebut. Berikut penyebab hernia yang bisa perlu diwaspadai:

- Kehamilan

- Merokok

- Kurang gizi

- Diare atau konstipasi.

- Berat badan berlebih.

- Mengangkat benda berat.

- Batuk dan bersin terus-menerus.

Berbagai hal di atas bisa melemahkan otot-otot sehingga risiko terkena penyakit hernia akan lebih besar.

Gejala dan Penanganan Penyakit Hernia

Ilustrasi rumah sakit/dok. Unsplash Jeshoots
Ilustrasi rumah sakit/dok. Unsplash Jeshoots

Sebenarnya, hampir semua jenis penyakit hernia akan semakin besar namun dalam waktu yang lama. Gejala penyakit hernia inguinalis, insisional, femoralis, umbilikalis, dan epigastrika sebenarnya hampir mirip, antara lain:

- Nyeri ketika benjolan ditekan.

- Rasa tidak nyaman di perut yang disertai konstipasi atau darah pada tinja.

- Nyeri hebat dan tiba-tiba pada hernia.

- Gejala penyakit hernia yaitu mual dan muntah.

- Sulit buang air besar atau buang angin.

- Hernia menjadi keras, nyeri ketika disentuh, atau tidak dapat didorong masuk ke rongga perut

- Gejala penyakit hernia berupa benjolan di bawah kulit perut atau lipatan paha yang sewaktu-waktu bisa muncul dan hilang ketika berbaring.

- Rasa tidak nyaman pada perut atau lipat paha saat mengangkat benda berat, membungkuk, mengejan, maupun berdiri dalam waktu lama.

- Khusus pada jenis penyakit hernia hiatus, terjadi akibat asam lambung naik ke kerongkongan, sehingga timbul gejala penyakit hernia jenis ini berupa rasa terbakar di dada atau nyeri ulu hati.

Apabila diketahui terdapat benjolan yang sesuai dengan gejala penyakit hernia di atas, ada baiknya segera periksakan diri ke dokter. Dokter akan memeriksa serta bila diperlukan memberi rujukan ke rumah sakit untuk operasi.

Ketika pengecekan oleh dokter, biasanya pasien akan diminta untuk mengejan atau batuk dalam posisi berdiri. Sebab cara ini akan membuat benjolan lebih mudah dilihat atau diraba. Namun, jika benjolan tidak dapat ditemukan ketika pemeriksaan fisik, dokter akan menganjurkan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan atau USG perut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya