Liputan6.com, Jakarta Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardhu Kifayah, yang artinya jika sebagian dari kelompok kaum muslim telah mempelajari dan menerapkan ilmu tajwid, maka kewajiban sebagian lainnya dapat digugurkan.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Menurut pada ulama, hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardhu Kifayah yang ditanggung oleh kelompok-kelompok umat. Kemudian bagi mereka yang telah memperlajari tajwid makan hukum mengamalkan tajiw adalah Fardhu Ain atau wajib disetiap kali membaca Al-Quran.
Sehingga dapat disimpulkan, walaupun hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardhu Kifayah, namun dalam prakteknya, membaca Al Quran haruslah dengan baik dan benar atau Fardu Ain. Hal ini disampaikan dalam ayat Al Quran tepatnya pada Surat Al Muzzammil ayat 4.
Untuk memahami dengan lebih baik tentang hukum mempelajari ilmu tajwid, berikut ini Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Selasa (15/11/2022), tentang pengertian dan hukum mempelajari ilmu tajwid, serta aturan tajwid.
Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid dan Pengertiannya
Tajwid adalah istilah yang akrab bagi mereka yang telah belajar membaca Al-Qur'an. Arti murni dari kata tersebut adalah 'untuk menyempurnakan, mempercantik, atau meningkatkan'. Dalam Islam, ini adalah seperangkat aturan untuk membantu pembaca membaca Al-Qur'an dengan cara yang sama seperti yang dipelajari Nabi Muhammad (saw) dari Jibril.
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata kerja ini berarti keunggulan atau peningkatan sesuatu. Sebenarnya, Tajwid adalah sekelompok aturan untuk membantu umat Islam membaca kata-kata Al-Qur'an dengan cara yang paling benar. Ini membantu dalam menyesuaikan pengucapan setiap huruf selama pembacaan.
Gagasan mempelajari Tajwid tidak ada pada saat turunnya wahyu karena semua orang Arab berbicara dalam tajwid. Kemudian Al Quran disebarkan secara lisan pada awalnya, tetapi bahkan versi awal dari buku tertulis terlihat sangat berbeda dari versi hari ini. Tanda-tanda tambahan dan titik-titik yang ada pada beberapa huruf tidak ada.
Karena semakin banyak orang non-Arab yang masuk Islam, tanda-tanda ini perlahan ditambahkan untuk membantu mereka membaca dengan Tajwid. Mereka hanya ada untuk membantu meniru bacaan sesuai dengan Rasulullah.
Pertumbuhan Islam memungkinkan berbagai budaya dan bahasa bercampur. Banyak dialek dan bahasa yang lahir dalam proses tersebut, sehingga orang Arab pun harus belajar Tajwid karena tidak datang secara alami lagi.
Advertisement
Manfaat Tajwid
Tidak hanya mempercantik bacaan, tetapi belajar Tajwid juga akan memastikan pesan tidak terdistorsi karena kesalahan. Membaca tanpa Tajwid dapat mengubah arti kata karena ada aturan yang ditetapkan untuk membedakan huruf yang sama.
Bahkan perpanjangan yang salah dapat mengubah artinya. Ada banyak manfaat membaca Al-Qur'an , tetapi berikut ini adalah hadits yang secara khusus menggambarkan pahala membaca yang diriwayatkan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anhu:
“Seseorang yang membaca Al-Qur’an dengan indah, lancar, dan tepat akan ditemani oleh para malaikat yang mulia. Adapun orang yang membacanya dengan susah payah, terbata-bata atau terbata-bata dalam ayat-ayatnya, dia akan mendapat dua kali lipat pahala.” [Al-Bukhari]
Mempelajari cara mengaji dengan indah juga memberikan manfaat tambahan yaitu ingin lebih sering melafalkan Al-Qur'an karena terdengar enak di telinga. Yang terpenting, Allah akan memperhatikan usaha dan waktu yang dilakukan oleh hamba-Nya untuk melafalkan kalimat-kalimat-Nya bahkan jika itu tidak pernah mencapai kesempurnaan.
Aturan Tajwid
Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah dipelajari melalui pendengaran dan latihan untuk meniru bacaan yang sempurna. Dibawah ini adalah turan Tajwid secara deskripsi, lebih disarankan untuk belajar aturan tajwid dengan mendengarkan melalui media audio atau belajar secara langsung. Berikut penjelasannya:
1. Hukum nun mati dan tanwin
Dalam ilmu tajwid, hukum nun mati atau tanwin dapat dibagi menjadi empat jenis, di antaranya:
- Hukum bacaan izhar halqi.
Secara bahasa, izhar halqi artinya jelas atau tampak. Sementara itu, secara istilah jenis hukum tajwid yang satu ini memiliki pengucapan nun sukun atau tanwin yang sesuai dengan makhrajnya. Adapun huruf izhar halqi, yaitu Alif atau Hamzah, Kha','Ain, Ha', Ghain, dan Ha'.
- Hukum bacaan idgham.
Idgham secara bahasa berarti meleburkan atau memasukkan. Berdasarkan istilahnya, hukum bacaan yang satu ini memiliki pengucapan nun sukun atau tanwin yang melebur disertai atau tanpa dengungan.
Hukum idgham terbagi menjadi idgham bighunnah atau disertai dengungan dan idgham bilaghunnah atau tanpa disertai dengungan. Huruf idgham bighunnah terdiri dari Nun, Mim, Wau, Ya'. Sedangkan idgham bilaghunnah terdiri dari Lam dan Ro’.
- Hukum bacaan iqlab
Iqlab merupakan hukum bacaan dalam Al-Qur’an yang terjadi bila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf Ba'. Hal tersebut menyebabkan jenis bacaan ini memunculkan bunyi huruf mim mati. Sebab, iqlab memiliki arti mengganti suatu huruf menjadi huruf lainnya.
- Hukum bacaan ikhfa’ haqiqi
Sedangkan pada hukum ikhfa haqiqi, Ayat dibaca dengan samar. Ikhfa berarti menyamarkan. Hukum bacaan ini berlaku apabila huruf nun mati atau tanwin bertemu huruf Ta', Tha', Tsa’, Jim, Dal, Dzal, Za’, Zha’, Sin, Syin, Shad, Dhad, Fa', Qaf, Kaf.
2. Hukum mim mati
Seperti namanya, hukum tajwid yang satu ini merupakan pertemuan antara mim mati dengan huruf tertentu. Adapun hukum mim mati terbagi menjadi tiga macam, antara lain:
- Hukum bacaan ikhfa’ syafawi
Hukum bacaan yang satu ini yakni pertemuan antara mim mati dengan huruf Ba'. Cara bacanya pun hampir sama dengan hukum bacaan iqlab.
- Hukum bacaan idgham mimi
Hukum bacaan yang juga disebut dengan idgham mutamasilain ini terjadi saat mim mati bertemu huruf mim. Cara melafalkan nya, yakni dengan merangkap huruf mim disertai dengungan.
- Hukum bacaan izhar syafawi
Izhar syafawi terjadi saat mim mati bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain mim dan ba’. Sama halnya dengan izhar halqi, cara membaca hukum bacaan yang satu ini harus jelas.
Advertisement
Aturan Tajwid
3. Hukum idgham shagir
Idgham shaghir adalah hukum bacaan bila huruf yang diidghamkan (huruf pertama) berupa huruf mati, sedangkan huruf kedua berupa huruf hidup. Hukum bacaan idgham shaghir terbagi menjadi tiga jenis, di antaranya:
- Hukum bacaan idgham mutamatsilain
Idgham mutamatsilain, yaitu hukum bacaan tajwid yang terjadi jika suatu huruf bertemu dengan huruf yang sama. Misalnya huruf Dal bertemu dengan huruf Dal.
- Hukum bacaan idgham mutajanisain
Idgham mutajanisain merupakan hukum bacaan ketika dua huruf yang memiliki makhraj yang sama. Akan tetapi tak memiliki sifat yang sama dan saling bertemu. Misalnya, huruf Ta' bertemu Tha, Dzal, dan huruf Zha, Dal bertemu Ta’ dan sebagainya.
- Hukum bacaan idgham mutaqaribain
Idgham mutaqaribain, yaitu bertemunya dua huruf yang memiliki makhraj dan sifat yang hampir sama, seperti huruf Mim bertemu Ba', huruf Kaf bertemu Qaf.
4. Hukum mad
Jenis hukum tajwid yang satu ini terdiri dari huruf alif, wau, dan ya’ dalam kondisi mati. Hukum mad memiliki panjang yang bergantung pada harakat pada huruf. Jenis hukum mad, yaitu:
- Hukum bacaan mad thabi’i
Mad thabi’i atau mad asli merupakan bacaan mad yang terjadi bila terdapat alif setelah fathah, ya’ sukun setelah kasrah, dan wau sesudah dhammah. Cara membacanya harus sepanjang dua harakat atau satu alif.
- Hukum bacaan mad far’i
Mad far’i adalah mad yang merupakan hukum tambahan dari mad thabi'i (sebagai hukum asalnya), yang disebabkan oleh hamzah atau sukun. Mad far’i terbagi menjadi 14 macam, salah satunya mad wajib muttasil.
5. Hukum qalqalah
Qalqalah dapat dipahami sebagai getaran atau pantulan. Sementara menurut istilah dalam ilmu tajwid, qalqalah berarti memantulkan getaran suara ketika membaca lafal yang terdapat pada huruf qalqalah yang berharakat sukun atau diwaqafkan. Adapun huruf qalqalah terdiri lima jenis, yakni ba’, jim, dal, tha, dan qaf. Qalqalah terbagi menjadi dua macam, yaitu:
- Hukum bacaan qalqalah sugra
Jenis qalqalah yang satu ini terjadi apabila huruf qalqalah berada di tengah lafal dengan harakat sukun. Cara membacanya yakni dengan menyertakan pantulan yang tak terlalu kuat.
- Hukum bacaan qalqalah kubra
Berbeda dengan jenis qalqalah sebelumnya, qalqalah kubra terjadi apabila ada salah satu huruf qalqalah yang berada di akhir lafal yang berharakat sukun, fathah, kasrah, damah, dan tanwin, tetap dibaca waqaf dengan pantulan yang pun cukup kuat.