Liputan6.com, Jakarta Safa Marwah merupakan istilah yang kerap disebutkan dalam Islam. Safa Marwah adalah dua bukit yang terletak di Masjidil Haram di Kota Mekkah, Arab Saudi tempat melaksanakan ibadah sa’i dalam ritual ibadah haji dan umroh.
Safa Marwah ini merupakan tempat suci maupun bersejarah bagi umat Islam. Sejarah terbentuknya bukit Safa Marwah ini juga dijelaskan di berbagai buku, hadis, hingga Al-Qur’an. Kedua bukit tersebut erat kaitannya dengan kisah Nabi Ismail.
Untuk lebih paham, berikut ini Liputan6.com ulas mengenai sejarah Safa Marwah dalam Agama Islam dan definisinya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (4/3/2023).
Advertisement
Definisi Safa dan Marwah
Safa Marwah adalah dua bukit yang terletak di Masjidil Haram di Mekah, Arab Saudi tempat melaksanakan ibadah sa'i dalam ritual ibadah haji dan umrah. Safa Marwah ialah syiar-syiar Allah dan merupakan dua tempat yang bersejarah dan mempunyai kisah yang penuh hikmah bagi umat Muslim.
Sejarah terbentuknya bukit Safa Marwah ini juga dijelaskan di berbagai buku, hadis, hingga Al-Qur’an. Kedua bukit tersebut erat kaitannya dengan kisah Nabi Ismail yang merupakan putra dari Nabi Ibrahim, sang ibu Siti Hajar, serta kemunculan sumur zamzam.
Safa Marwah juga disebut dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya Shofa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitulloh atau berumroh, maka tiada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah:158)
Advertisement
Sejarah Shafa dan Marwah
Dikutip dari buku 1001 Fakta Dahsyat Mukjizat Kota Makkah (2015) karya Asima Nur Salsabila, menjelaskan terkait sejarah dari terbentuknya bukit Safa Marwah. Berawal dari Nabi Ibrahim yang diperintah oleh Allah SWT untuk meninggalkan isterinya Siti Hajar di gurun pasir bersama dengan puteranya Nabi Ismail yang masih bayi dengan perbekalan sebagai ujian bagi keimanannya. Pada saat perbekalan tersebut habis, Siti Hajar mencari bantuan. la meninggalkan bayinya di tanah yang sekarang menjadi sumur Zamzam.
Dengan harapan agar dapat memperoleh air Siti Hajar mendaki bukit yang terdekat, Safa, untuk melihat barangkali saja ada pertolongan atau air di dekat sana. Pada saat itu ia tidak melihat siapapun di sana, ia pindah ke bukit lainnya, yaitu Marwah, agar bisa melihat ke tempat lebih luas.tetapi dari bukit itu pun tidak tampak apa yang dicarinya sehingga ia terus bolak-balik sambil berlari di atas panasnya gurun pasir sampai tujuh kali balikan. Saat ia kembali ke Ismail, ia melihat air telah memancar dari tanah di dekat kaki bayinya yang sedang menangis itu.
Umat Islam percaya bahwa pada saat itu Allah SWT telah mengutus Malaikat Jibril untuk memunculkan air di sana. Saat melihat air yang memancar, Siti Hajar menampungnya dalam pasir dan batu. Ia berinama air itu adalah Zamzam yang artinya "berhentilah mengalir” merupakan ungkapan yang diucapkan berulang-ulang oleh Siti Hajar saat berupaya untuk menampung air itu. Di daerah sekitar dengan munculnya air tersebut yang kemudian berubah menjadi sumur, dan dijadikan tempat untuk beristirahat bagi para kafilah, dan selanjutnya berkembang menjadi kota Mekkah tempat kelahiran Nabi Muhammad.
Shofa yang merupakan tempat dimulainya ritual sa'i yang terletak kurang lebih setengah mil dari Ka'bah. Marwah yang terletak sekitar 100 yard dari Ka'bah. Jarak antara Shofa dan Marwah sekitar 450 meter, sehingga perjalanan tujuh kali berjumlah kurang lebih 3,15 kilometer. Kedua tempat itu dan jalan diantaranya sekarang berada di dalam bagian masjid.
Pengertian Sa’i
Maksud dari melakukan sa'i yaitu untuk memperingati peristiwa pencarian air oleh Siti Hajar tersebut dan dengan kemurahan Allah dalam mengabulkan doa-doanya. Dr. Ali Shariati dalam bukunya, HAJJ: Reflection on Its Rituals menggambarkan Sa'i sebagai berikut:
Pengertian sa’i adalah pencarian. Dalam hal itu merupakan gerakan yang bertujuan. Hal itu digambarkan dengan berlari dan tergesa-gesa selama tawaf (mengelilingi ka'bah). Dalam posisi Nabi Ibrahim anda bertindak sebagai Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Begitu anda memulai sa'i anda berperan sebagai Siti Hajar kembali.
Ini adalah peragaan dari kesatuan. Bentuk, pola, warna, ukuran, kepribadian, batas, perbedaan, dan jarak dihancurkan. Manusia yang telanjang dan kemanusiaan yang murni ada di sana! Tiada lain dari kepercayaan, keimanan dan tindakan menjadi nyata! Di sini tidak ada yang berarti; bahkan Ibrahim, Ismail, dan Hajar hanyalah nama, kata, dan simbol. Segala apa yang ada bergerak secara konstan, kemanusiaan dan spiritualitas serta diantaranya hanyalah disiplin. Lebih jauh, inilah arti Haji, suatu keputusan untuk gerakan terus menerus dalam arah tertentu. Dengan cara demikian pula dunia ini bergerak.
Syarat melaksanakan Sa'i adalah
1. Didahului dengan tawaf ifadah
2. Menyempurnakan hitungan sampai tujuh kali
3. Dilakukan di tempat sa’i
4. Dilaksanakan harus tertib.
Tata Cara Sa'i
Berjalan menuju bukit shafa.
Setibanya dibukit shafa para jamaah menghadap ke arah ka’bah sambil membaca takbir dan tahlil.
Berjalan ke bukit marwah dengan berzikir dan berdo’a dilaksanakan setiap perjalanan.
Di mas’a (tempat sa’i) terdapat dua pilar berwarna hijau, ketika sampai di sana dianjurkan bagi laki-laki untuk lari-lari kecil, sedangkan untuk perempuan diharuskan mempercepat jalannya.
Ketika mendekati bukit Marwah, membaca doa seperti yang terdapat dalam Q.S Al Baqarah : 158.
Ketika sampai dibukit marwah, menghadap ke arah ka’bah kemudian membaca takbir dan tahlil sebagaimana yang dilakukan di bukit shafa.
Advertisement