Ngeri, Ada Praktik Ubah Bentuk Kepala Bayi di Jepang 18 Abad Silam

Tengkorak dimodifikasi untuk membuat kepala sedikit lebih pendek dan bagian belakang tengkoraknya lebih rata.

oleh Ibrahim Hasan diperbarui 24 Agu 2023, 14:20 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2023, 14:20 WIB
Praktik Ubah Bentuk Kepala Bayi
Mengubah bentuk kepala bayi (Sumber: Ilustrasi Pexels, Universitas Kyushu)

Liputan6.com, Jakarta Kepala bayi yang baru lahir punya beragam bentuk. Bahkan sempat ada praktik mengubah bentuk kepala bayi agar bentuknya sesuai dengan yang dikehendaki orang tua. Namun metode mengubah bentuk kepala bayi ini berbahaya. Mengejutkannya, praktik mengubah bentuk kepala bayi sudah dilakukan sejak 18 abad silam.

Melansir dari Live Science, menurut penelitian terbaru, sekelompok orang Pribumi di Jepang ditemukan sengaja mengubah bentuk tengkorak anak bayi mereka. Mereka ialah Suku Hiroya yang melangsungkan praktik ubah bentuk kepala bayi selama selama 400 tahun. Mereka melakukan penekanan pada tengkorak bayi untuk mengubah bentuknya segera setelah lahir.

Suku Hirota  tinggal di pulau Tanegashima di Jepang selatan antara akhir zaman Yayoi dan zaman Kofun sekitar abad ketiga hingga ketujuh. Antara tahun 1957 dan 1959, serta antara tahun 2005 dan 2006, para peneliti melakukan penggalian di situs Hirota di Tanegashima dan menemukan bahwa mayoritas tengkorak di sana telah mengalami perubahan bentuk.

Perubahan bentuk tengkorak Suku hirota terjadi alami atau melalui deformasi kranial buatan (ACD) masih misteri. Namun sempat ada sindrom kepala datar yang membuat orang tua mengubah kepala bayi. Berikut Liptuan6.com merangkum praktik mengubah bentuk tengkorak bayi yang dilakukan orang Jepang 18 abad silam, Kamis (24/8/2023).

 

 


Kepala Bayi Diubah Bentuk Secara Sengaja

Praktik Ubah Bentuk Kepala Bayi
Perbandingan tengkorak Yayoi (kiri) dan tengkorak Hirota (kanan). Tengkorak Hirota memiliki bagian belakang kepala yang jauh lebih rata. Para peneliti yakin ini menunjukkan bahwa itu sengaja dimodifikasi..(Sumber: Museum Universitas Kyushu)

Dalam sebuah studi yang baru diterbitkan di jurnal PLOS One pada tanggal 16 Agustus, para peneliti menyelidiki lebih lanjut dan mengungkapkan bahwa praktik mengubah bentuk tengkorak (ACD) adalah penjelasan yang paling mungkin untuk perubahan bentuk tengkorak tersebut.

Tim peneliti melakukan analisis bentuk tengkorak dalam dua dimensi dan melakukan pemindaian 3D pada tulang. Kemudian, mereka membandingkan tengkorak Hirota dengan tengkorak masyarakat Yayoi dan Jomon, yang hidup pada periode yang hampir bersamaan. Semua tengkorak Hirota yang cacat tampaknya telah dimodifikasi untuk membuat kepala sedikit lebih pendek dan bagian belakang tengkoraknya lebih rata.

Menurut pemimpin penulis studi, Noriko Seguchi, antropolog biologi di Universitas Kyushu di Jepang menunjukkan bukti nyata. Analisis ini mengungkapkan kerusakan yang serupa pada tulang oksipital di dasar setiap tengkorak dan menunjukkan adanya depresi di bagian tengkorak yang menghubungkan tulang-tulang tersebut.

Tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah jenazah laki-laki dan perempuan yang mengalami deformasi, dan bentuk tengkorak tidak bervariasi berdasarkan jenis kelamin. Deformasi semacam itu tidak ditemukan pada tengkorak Yayoi atau Jomon. Oleh karena itu, morfologi yang berbeda dari tengkorak Hirota dengan jelas menunjukkan bahwa modifikasi tengkorak itu dilakukan secara sengaja.


Alasan Orang Zaman Dulu Mengubah Bentuk Kepala Bayi

Praktik Ubah Bentuk Kepala Bayi
Salah satu kerangka milik masyarakat Hirota yang digali dari sebuah situs di pulau Tanegashima..(Sumber: Museum Universitas Kyushu)

Alasan mengapa masyarakat Hirota memilih untuk mengubah bentuk tengkorak bayi mereka masih menjadi misteri. Salah satu kemungkinan adalah bahwa praktik ini membantu mereka membedakan diri dari kelompok lain yang mungkin memiliki bentuk tengkorak yang berbeda. 

Tim peneliti berencana untuk menyelidiki lebih banyak tengkorak kuno yang mengalami deformasi serupa di wilayah tersebut untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang mengapa ACD dilakukan.

Bukti tentang praktik ACD telah ditemukan di berbagai kelompok sepanjang sejarah, termasuk suku Hun, wanita Eropa abad pertengahan, suku Maya, beberapa suku asli Amerika, dan budaya Paracas kuno di Peru. Terkadang, tengkorak yang sangat memanjang ini bahkan telah disalahartikan oleh para ahli teori konspirasi sebagai bukti adanya alien.

Praktik ACD masih berlanjut hingga saat ini, terutama di negara Vanuatu di Pasifik, di mana tengkorak seseorang dimodifikasi untuk menyerupai salah satu dewa mereka yang digambarkan dengan kepala yang memanjang. 

Di beberapa bagian Republik Demokratik Kongo, ada pula laporan bahwa beberapa anak perempuan lahir dengan tengkorak yang memanjang sebagai simbol status sosial, seperti yang dilaporkan dalam majalah Discover.


Mengubah Bentuk Kepala Bayi di Zaman Modern

Ilustrasi bayi laki-laki
Ilustrasi bayi laki-laki. (Photo by Freepik)

Sebelumnya sempat jadi perbincangan bantal pembentuk kepala. Bantal ini  memiliki desain yang mencakup lekukan atau lubang yang dirancang khusus untuk menopang bagian belakang kepala bayi. Tujuan utama dari bantal ini adalah untuk memberikan dukungan tambahan pada kepala bayi selama tidur atau saat beristirahat.

Meskipun bantal pembentuk kepala ini populer di pasaran dan banyak ditemui dalam berbagai bentuk dan desain, penting untuk diingat bahwa menurut FDA (Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat) , klaim pemasaran yang menyatakan bahwa bantal ini dapat mencegah atau mengobati sindrom kepala datar tidak memiliki dasar yang kuat. Tidak ada bukti yang menunjukkan manfaat yang nyata dari penggunaan produk tersebut dalam mencegah atau mengatasi masalah ini.

Sindrom kepala datar, juga dikenal sebagai plagiocephaly positional, bisa terjadi ketika bayi sering tidur dengan posisi tertentu, seperti dengan kepala selalu berada di sisi yang sama. Ini dapat mengakibatkan terbentuknya titik datar pada satu sisi atau bagian belakang kepala bayi. 

Meskipun masalah ini dapat mengkhawatirkan bagi orangtua, kebanyakan kasus sindrom kepala datar akan hilang dengan sendirinya seiring pertumbuhan bayi dan tidak akan menyebabkan masalah perkembangan yang serius, seperti yang dijelaskan oleh FDA.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya