Liputan6.com, Jakarta - BPUPKI adalah singkatan dari Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dalam bahasa Jepang disebutĀ Dokuritzu Junbi Cosukai. Pengangkatan pengurus dan anggota diumumkan tanggal 29 April 1945. Bagaimana susunan organisasi BPUPKI?
Baca Juga
Advertisement
Organisasi BPUPKI terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka pada masa itu, 62 orang dari Indonesia serta 8 perwakilan Jepang. Anggotanya terdiri dari beragam latar belakang, seperti pemikir, akademisi, tokoh agama, dan politisi.
Sejarah mencatat bahwa BPUPKI dibentuk bertujuan untuk menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan negara Indonesia merdeka. Pemahaman terhadap sejarah BPUPKI sangatlah penting dalam memahami perjalanan panjang menuju kemerdekaan Indonesia.
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang susunan organisasi BPUPKI dan sejarah dibentuknya untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, Senin (20/11/2023).
Susunan Organisasi BPUPKI
Ketika BPUPKI dibentuk, susunan organisasi BPUPKI adalah terdiri dari 62 tokoh terkemuka dari Indonesia dan delapan perwakilan dari Jepang berkumpul dalam satu badan. Mereka memiliki tujuan besar, yakni membahas dan merumuskan masa depan Indonesia yang merdeka.
Di tengah gelombang perubahan zaman, mereka menjadi bagian dari proses yang akan membentuk nasib bangsa. Dalam buku berjudul Konflik di Balik Proklamasi BPUPKI, PPKI, dan Kemerdekaan (2010)Ā oleh St Sularto, Dorothea Rini Yunarti, dijelaskan Ketua BPUPKI, dr. KRT Radjiman Wediodiningrat, bersama dengan Wakil Ketua Ichibangase Yosio dan R.P. Suroso, memimpin kelompok ini yang penuh dengan pemikir cemerlang.
Di antara 62 anggota BPUPKI yang awal, ada tokoh-tokoh kunci seperti KH. Abdul Halim, Moh. Hatta, dan Ki Hadjar Dewantara, setiap individu membawa latar belakang dan pemikiran yang berbeda. Mereka merupakan perwakilan dari berbagai spektrum masyarakat dan bidang keahlian, dari tokoh agama hingga akademisi, yang memiliki satu tujuan bersama, yakni membentuk dasar negara yang kokoh.
Begini susunan organisasi BPUPKI pada saat itu:
Ketua:
dr. KRT Radjiman Wediodiningrat
Wakil Ketua:
Ichibangase Yosio, R.P. Suroso
Anggota:
- Abikoesno Tjokrosoejono
- Haji Ah. Sanusi
- KH. Abdul Halim
- Prof. Dr. Asikin Widjajakoesoemo
- M. Aris
- Abdul Kadir
- Dr. R. Boentaran Martoatmodjo
- BPH Bintoro
- Ki Hadjar Dewantara
- AM Dassad
- Prof. Dr. PAH Djajadiningrat
- Drs. Moh. Hatta
- Ki Bagoes Hadikoesoemo
- Mr. R. Hindromartono
- Mr. Muh. Yamin
- RAA Soemitro Kolopaking Probonegoro
- Mr. Dr. R. Koesoemah Atmadja
- Mr. J. Latuharhary
- R. Margono Djojohadikoesoemo
- Mr. AA Maramis
- KH. Masjkoer
- KHM. Mansoer
- Moenandar
- AK. Moezakir
- R. Otto Iskandar Dinata
- Parada Harahap
- BPH Poeroebojo
- R. Abdoelrahim Pratalykrama
- R. Roeslan Wongsokoesoemo
- Prof. Ir. R. Rooseno
- H. Agus Salim
- Dr. Sambsi
- Mr. RM Sartono
- Mr. R. Samsoedin
- Mr. R. Sastromoljono
- Mr. R. Singgih
- Ir. R. Sukarno
- R. Soediman
- R. Soekardjo Wirjopranoto
- Dr. Soekiman
- Mr. A. Subardjo
- Prof. Mr. Dr. Soepomo
- Ir. RMP Soerahman
- Sutardjo Tjokroadisoerjo Kartohadikoesoemo
- RMTA Soeryo
- Mr. Soesanto
- Mr. Soewandi
- Drs. KRMA Sosrodiningrat
- KHA Wachid Hasjim
- KRMTH Woerjaningrat
- RAA Wiranatakoesoemo
- Mr. KRMT Wongsonagoro
- Ny. Mr. Maria Ulfa Santoso
- Ny. RSS Mangoenpoespito
- Oei Tjong Hauw
- Oei Tiang Tjoei
- Liem Koen Hian
- Mr. Tan Eng Hoa
- PF Dahler
- A. Baswedan
Namun, pada sidang kedua, dinamika berubah ketika enam tokoh tambahan dari Indonesia ditambahkan oleh pemerintah Jepang. Jumlah anggota BPUPKI menjadi 69 orang Indonesia dan sembilan orang Jepang.
Anggota Tambahan:
- KH Abdul Fatah Hasan
- R. Asikin Natanegara
- BKPA Soerjo Hamidjojo
- Ir. M. Pangeran M. Noer
- Mr. M. Besar
- Abdul Kaffar
Advertisement
Sejarah Dibentuknya BPUPKI
Sejarah pembentukan BPUPKI adalah kisah penting dalam perjalanan menuju kemerdekaan Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud RI) menceritakan, pada tanggal 29 April 1945, badan ini resmi terbentuk dengan tujuan utama mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia untuk mewujudkan kemerdekaannya.
Upacara peresmian BPUPKI yang megah diadakan di gedung Cuo Sangi In, Jalan Pejambon, Jakarta, pada 28 Mei 1945, menandai awal dari sebuah perjalanan penting dalam sejarah kemerdekaan.
Dalam upacara peresmian tersebut, dua pejabat Jepang, Jendral Itagaki dan Letnan Jendral Nagano, turut hadir. Bendera Jepang dikibarkan oleh Mr. A. G. Pringgodigdo, sementara bendera merah putih, lambang kemerdekaan Indonesia, diangkat oleh Royohiko Masuda. Momen tersebut menciptakan gambaran tentang kolaborasi dan transisi kekuasaan antara Jepang dan Indonesia.
Sebelumnya, pada 7 September 1944, Perdana Menteri Jepang Koiso mengucapkan sebuah pidato yang berkaitan dengan kemerdekaan. Dikisahkan dalam buku berjudul Pengetahuan Sosial Sejarah 2 karya Tugiyono dkk, Koiso menyatakan bahwa daerah-daerah di wilayah laut selatan, termasuk Indonesia, akan mendapatkan kemerdekaan di masa yang akan datang.
Dari saat itu, rakyat Indonesia diberikan izin untuk mengibarkan bendera merah putih bersama bendera Jepang. Mereka juga diberi hak untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, selain dari lagu-lagu kebangsaan Jepang.
Pembentukan BPUPKI pada tanggal 23 April 1945 tidak semata-mata berakar dari kebaikan hati pemerintah Jepang. Melainkan, kebijakan ini dapat dipandang sebagai strategi Jepang untuk mendapatkan dukungan dan hati rakyat Indonesia di tengah tekanan dan ketidakpastian akibat kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Pada masa itu, seluruh garis pertahanan Jepang di Pasifik hancur oleh serangan sekutu, dan pembentukan BPUPKI diumumkan oleh Letnan Jendral Kumakici Harada sebagai respons terhadap situasi kritis tersebut.
Anggota BPUPKI yang awalnya berjumlah 70 orang, terdiri dari 62 tokoh Indonesia dan 8 perwakilan Jepang yang hanya berfungsi sebagai pengamat. Namun, pada sidang kedua, jumlah anggota bertambah menjadi 76 orang, menunjukkan inklusivitas dan dinamika dalam proses pembentukan masa depan Indonesia.
Sejarah pembentukan BPUPKI mencerminkan momen penting ketika Indonesia bergerak menuju kemerdekaan.