Akselerasi Sekolah Adalah Percepatan Waktu Pendidikan, Naik Kelas Setiap 6 Bulan

Akselerasi sekolah sebenarnya lebih dari proses naik kelas lebih cepat.

oleh Laudia Tysara diperbarui 02 Feb 2024, 18:45 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2024, 18:45 WIB
20150904-SMPN-49-Jakarta
Siswa SMPN 49 Jakarta antusia membaca buku mobil perpustakaan keliling di halaman sekolah, Jakarta, Jumat (4/9/2015). Sebelumnya sekolah SMPN 49 mengalami kebakaran dan menyebakan ruangkan perpustakaan ludes terbakar. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Akselerasi sekolah adalah bentuk percepatan waktu pendidikan, memberikan kesempatan bagi siswa untuk naik kelas setiap 6 bulan, mengubah dinamika pembelajaran secara signifikan. Akselerasi bukan sekadar istilah teknis, tetapi mencerminkan strategi pendidikan yang dapat mempercepat perkembangan akademis anak.

Makna dari akselerasi sekolah lebih dari proses naik kelas lebih cepat. Ini menciptakan lingkungan belajar yang intensif dan menantang, memberikan stimulasi bagi siswa yang memiliki kemampuan akademis di luar rata-rata. Akselerasi sekolah adalah cara untuk menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan dan potensi individual siswa, memberikan tantangan yang sesuai dengan tingkat kesiapan mereka.

Bagi orang tua, mengetahui program akselerasi sekolah memiliki implikasi penting terhadap pengambilan keputusan terkait pendidikan anak. Pemahaman akan kelebihan dan kekurangan akselerasi sekolah dapat membantu orang tua menilai apakah anak memerlukan stimulasi akademis tambahan ataukah akan lebih baik berkembang dalam lingkungan belajar yang lebih konvensional.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang akselerasi sekolah, perbedaan sekolah akselerasi dan reguler, serta hal-hal yang perlu disiapkan sebelum ikut program akselerasi sekolah, Jumat (2/2/2024).

Mempercepat Waktu Pendidikan

Ganjar Pranowo
Sebanyak 140 sekolah di jenjang SMP, SMA/SMK dan MA di seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah melaksanakan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) serentak hari ini, Senin, (5/4/2021).

Akselerasi sekolah adalah konsep pendidikan yang menekankan pemberian pelayanan khusus kepada siswa berbakat dengan tujuan mempercepat waktu pendidikan mereka. Dalam jurnal penelitian Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), akselerasi didefinisikan sebagai suatu bentuk layanan pendidikan yang bertujuan untuk memajukan perkembangan belajar siswa berbakat.

Peserta didik berbakat, sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merujuk kepada siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan istimewa, melebihi rata-rata peserta didik sebaya mereka.

Praktik akselerasi sekolah di Indonesia mencakup berbagai strategi dan program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan siswa berbakat. Salah satu pendekatan yang umum diterapkan adalah penggabungan kelas, di mana siswa berbakat ditempatkan dalam kelas yang sesuai dengan tingkat perkembangan belajar mereka.

Selain itu, program akselerasi juga dapat mencakup materi pembelajaran yang lebih kompleks dan mendalam, sesuai dengan kemampuan siswa berbakat tersebut. Melalui penerapan beragam metode akselerasi, pendidikan diharapkan dapat lebih responsif terhadap kebutuhan individu setiap siswa.

Konsep akselerasi sekolah adalah telah diperkenalkan dan diterapkan di berbagai negara, termasuk Indonesia yang juga masih menghadapi berbagai tantangan. Akselerasi sekolah bukan hanya menjadi alternatif efektif untuk memajukan pendidikan siswa berbakat, tetapi juga menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan berdaya saing.

Ada perbedaan khusus antara sekolah akselerasi dan sekolah reguler yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber. Simak baik-baik kelebihan dan kekurangan keduanya.

1. Akselerasi Sekolah Terapkan Naik Kelas Setiap 6 Bulan

Penerapan: Program akselerasi sekolah, mengharuskan siswa berganti semester tiap 3 bulan dan naik kelas setiap 6 bulan, memberikan mereka kecepatan belajar yang tinggi. Sebaliknya, kelas reguler mempertahankan tempo enam bulan untuk satu semester dan naik kelas setiap satu tahun.

Kelebihan: Sistem ini memberikan kesempatan bagi siswa di sekolah akselerasi untuk mengejar kurikulum lebih cepat, mempercepat proses pembelajaran mereka, dan potensial untuk menyelesaikan pendidikan lebih awal.

Kekurangan: Meskipun memberikan keunggulan akademis, risiko terkait kecepatan belajar ini mencakup potensi ketidaksiapan sosial atau emosional pada siswa di sekolah akselerasi.

2. Akselerasi Sekolah Terapkan Nilai KKM Lebih Tinggi

Penerapan: Pada program akselerasi sekolah, standar nilai KKM-nya lebih tinggi dibandingkan dengan kelas reguler. Misalnya, di SMA 2 Tangerang Selatan, siswa kelas akselerasi harus mencapai KKM 89, sedangkan kelas reguler mempertahankan KKM 70 atau 75.

Kelebihan: Standar nilai yang lebih tinggi di program akselerasi sekolah mendorong siswa untuk mencapai prestasi akademis yang lebih tinggi, menantang mereka untuk memberikan yang terbaik.

Kekurangan: Tekanan untuk mencapai standar nilai yang tinggi di sekolah akselerasi bisa menyebabkan stres dan kecemasan pada siswa.

3. Akselerasi Sekolah Terapkan Pembatasan Jumlah Siswa

Penerapan: Menjadi siswa di sekolah akselerasi berarti menjadi bagian dari kelompok terpilih dengan jumlah siswa yang lebih sedikit. Sebagai contoh, kelas akselerasi dapat diisi oleh 10 siswa, sementara kelas reguler mungkin mencapai 35 hingga 40 siswa.

Kelebihan: Kelas kecil pada program akselerasi sekolah menciptakan lingkungan yang lebih intim, memungkinkan interaksi lebih intens antara siswa dan guru, serta memfasilitasi penyesuaian pembelajaran yang lebih personal.

Kekurangan: Terbatasnya jumlah siswa di sekolah akselerasi dapat menciptakan kurangnya keragaman dan perspektif dalam lingkungan belajar, yang mungkin kurang mencerminkan realitas masyarakat yang lebih luas.

 

4. Akselerasi Sekolah Terapkan Sistem Belajar Tanpa UTS

Perpustakaan Nasional RI
Siswa Sekolah Dasar (SD) membaca buku di ruang baca Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Selasa (18/2/2020). Selain megah dan memiliki koleksi lengkap, Perpusnas juga menyediakan ruangan perpustakaan untuk anak-anak, layanan untuk penyandang disabilitas dan lansia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penerapan: Siswa di sekolah akselerasi  tidak menghadapi ujian tengah semester (UTS), menciptakan atmosfer ujian yang lebih eksklusif. Sebaliknya, siswa kelas reguler tetap menghadapi UTS sesuai dengan pola pendidikan tradisional.

Kelebihan: Ketidakadaan UTS di sekolah akselerasi dapat mengurangi tekanan ujian tengah semester dan memungkinkan fokus yang lebih besar pada pembelajaran kontinu.

Kekurangan: Kurangnya UTS dapat menghilangkan kesempatan evaluasi tengah semester yang dapat memberikan gambaran lebih teratur tentang pemahaman siswa di sekolah akselerasi.

5. Akselerasi Sekolah Terapkan Sistem Hanya Sediakan Kelas IPA

Penerapan: Kelas akselerasi terfokus pada peminatan IPA, meskipun memberikan opsi lintas minat di mata pelajaran IPS. Di sisi lain, kelas reguler memiliki dua atau tiga penjurusan, mencakup IPA, IPS, dan Bahasa.

Kelebihan: Fokus pada IPA di sekolah akselerasi memungkinkan penyajian materi yang lebih mendalam sesuai dengan minat siswa, memberikan pengalaman belajar yang lebih khusus.

Kekurangan: Pembatasan pilihan mata pelajaran di sekolah akselerasi mungkin membuat siswa dengan minat di bidang lain merasa terbatasi.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud RI) menyatakan bahwa sekolah akselerasi atau program akselerasi sekolah dapat direalisasikan melalui berbagai program, termasuk program percepatan waktu (skip grade) dan program percepatan materi.

Tujuan dari program-program akselerasi ini adalah memberikan peluang kepada siswa yang menunjukkan prestasi akademik luar biasa untuk mengikuti proses pembelajaran yang sesuai dengan tingkat potensi mereka.

Persiapan Masuk Sekolah Akselerasi

Sebelum menyekolahkan anak ke program akselerasi sekolah, beberapa hal perlu dipertimbangkan dengan cermat:

  1. Kemampuan dan Minat Anak: Penting untuk memahami kemampuan dan minat anak secara menyeluruh. Meskipun anak memiliki kemampuan akademik yang tinggi, tetapi jika tidak tertarik atau tidak siap secara emosional untuk menghadapi beban belajar yang lebih tinggi, maka sekolah akselerasi mungkin bukan pilihan terbaik.
  2. Kesiapan Emosional: Akselerasi membawa tantangan yang unik, termasuk tekanan belajar yang lebih tinggi dan interaksi dengan teman sekelas yang lebih tua. Penting bagi orang tua untuk memastikan bahwa anak memiliki kesiapan emosional yang cukup untuk menghadapi tekanan dan tuntutan tambahan ini.
  3. Dukungan Keluarga dan Lingkungan: Sukses anak dalam sekolah akselerasi juga bergantung pada dukungan yang kuat dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Orang tua perlu siap memberikan dukungan moral, emosional, dan akademik yang diperlukan untuk membantu anak mengatasi tantangan belajar yang dihadapi.
  4. Konsultasi dengan Guru dan Konselor: Sebelum memutuskan untuk menyekolahkan anak ke sekolah akselerasi, bijaksanalah untuk berkonsultasi dengan guru dan konselor di sekolah saat ini. Mereka dapat memberikan wawasan yang berharga tentang kemampuan dan kebutuhan anak, serta membantu mengevaluasi apakah sekolah akselerasi adalah pilihan yang sesuai.
  5. Pemahaman tentang Kurikulum dan Pendekatan Pembelajaran: Orang tua perlu memahami dengan baik kurikulum dan pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah akselerasi. Hal ini memungkinkan mereka untuk menilai sejauh mana program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan anak.
  6. Evaluasi Konsekuensi Jangka Panjang: Sebelum mengambil keputusan, pertimbangkan juga konsekuensi jangka panjang dari memasukkan anak ke sekolah akselerasi. Pertimbangkan dampaknya terhadap perkembangan sosial, emosional, dan psikologis anak, serta potensi implikasi jangka panjang terhadap karier dan pengembangan pribadi mereka.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya