Alasan Sumpah Pemuda Diperingati 28 Oktober, Ini Penjelasan Selengkapnya

Setiap tanggal 28 Oktober, seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda sebagai momen bersejarah yang memiliki makna mendalam bagi perjalanan bangsa.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 24 Okt 2024, 21:30 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2024, 21:30 WIB
Alasan Sumpah Pemuda Diperingati 28 Oktober, Ini Penjelasan Selengkapnya
Ilustrasi Naskah Sumpah Pemuda Credit: pexels.com/Did

Liputan6.com, Jakarta Setiap tanggal 28 Oktober, seluruh rakyat Indonesia memperingati Hari Sumpah Pemuda sebagai momen bersejarah yang memiliki makna mendalam bagi perjalanan bangsa. Peringatan ini bukan sekadar rutinitas tahunan belaka, melainkan pengingat akan semangat persatuan yang telah ditanamkan oleh para pemuda Indonesia pada masa perjuangan. Momentum Sumpah Pemuda telah menjadi titik balik yang mengubah arah perjuangan bangsa Indonesia dari gerakan-gerakan kedaerahan menuju sebuah kesatuan tekad untuk meraih kemerdekaan.

Sebagai salah satu tonggak sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Sumpah Pemuda memiliki posisi yang sangat istimewa dalam catatan perjalanan bangsa. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1928 ini menjadi bukti nyata bagaimana para pemuda dari berbagai latar belakang suku, agama, dan budaya mampu bersatu dalam satu tekad untuk membangun bangsa.

Lantas, apa alasannya Sumpah Pemuda diperingati setiap 28 Oktober? Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai alasan Sumpah Pemuda diperingati setiap 28 Oktober yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis (24/10/2024).

Alasan Sumpah Pemuda Diperingati Setiap 28 Oktober

Alasan Sumpah Pemuda Diperingati 28 Oktober, Ini Penjelasan Selengkapnya
Tampak depan Museum Sumpah Pemuda, Jakarta (Dok.Indonesian Heritage Agency (IHA)/Kemendikbudristek)

Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.

Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari yakni 27 - 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam berbagai surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".

Istilah "Sumpah Pemuda" sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen.

Pertama:

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kedoea:

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Ketiga:

Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda memiliki arti yang sangat penting bagi persatuan dan kesatuan Indonesia, yaitu:

  1. Para pemuda Indonesia mengaku satu tanah air, yaitu tanah air Indonesia.
  2. Para pemuda mengaku hanya satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
  3. Para pemuda menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Lebih lanjut, rumusan kongres Sumpah Pemuda tersebut ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Sejak 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu hari nasional yang bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda. Sehingga sampai saat ini, setiap 28 Oktober seluruh rakyat Indonesia memperingatinya sebagai Hari Sumpah Pemuda. 

Tokoh Penting di Balik Sumpah Pemuda

Alasan Sumpah Pemuda Diperingati 28 Oktober, Ini Penjelasan Selengkapnya
W.R Supratman. | via: photo.navi-pon.com

Berikut ini terdapat beberapa tokoh penting di balik lahirnya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, yakni:

1. Prof. Mr. Soenario Sastrowardoyo

Tokoh pertama yang penting dibalik Sumpah Pemuda adalah Prof. Mr. Soenario Sastrowardoyo. Beliau merupakan seorang penasehat panitia Kongres Pemuda II Tahun 1928 yang melahirkan ikrar Sumpah Pemuda. Selain itu, dalam Kongres Pemuda II, Soenario juga menjadi pembicara dalam makalah “Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia.”

2. J. Leimena

J. Leimena lahir pada tahun 1905 di Ambon Maluku. Leimena merupakan mahasiswa aktivis dan ketua dari organisasi pemuda Jong Ambon. Selain itu, J. Leimena juga merupakan anggota panitia dari Kongres Pemuda II.

3. Soegondo Djojopoespito

Soegondo Djojopoespito juga termasuk ke dalam tokoh penting di balik lahirnya Sumpah Pemuda. Pria yang lahir pada tahun 1905 ini memimpin jalannya kegiatan Kongres Pemuda II di Jakarta sampai terlahirnya ikrar Sumpah Pemuda.

4. Djoko Marsaid

Selama perumusan Sumpah Pemuda berlangsung, Djoko Marsaid menjabat sebagai wakil ketua Kongres Pemuda II. Dia  juga merupakan seorang aktivitas yang merupakan ketua dari Jong Java.

5. M. Yamin

M Yamin lahir pada tahun 1903 di Minangkabau. Pria kelahiran 1903 ini terkenal sebagai penyair puisi gaya modern di Indonesia. Selain itu, M yamin merupakan seseorang yang mengusulkan dan mendorong agar Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan dalam ikrar Sumpah Pemuda.

6. Amir Syarifuddin Harahap

Tokoh penting selanjutnya adalah Amir Syarifuddin Harahap, seorang politikus sosialis dan salah satu pemimpin terawal Republik Indonesia. Amir Syarifuddin merupakan wakil ketua dari Jong Batak Bond dan aktivis yang sangat Anti Jepang. Selama berlangsungnya perumusan Sumpah Pemuda, Amir memberikan kontribusi dengan menyumbangkan ide-ide brilian.

7. W.R Supratman

Tidak hanya dikenal sebagai seorang wartawan, pengarang dan pencipta lagu Indonesia Raya, W.R Supratman juga termasuk dalam tokoh penting di balik peristiwa Sumpah Pemuda. Pada penutupan Kongres Pemuda II, W.R Supratman menunjukkan sebuah lagu instrumental tanpa teks dengan alat musik biola yang menjadi lagu kemerdekaan Indonesia, yaitu Indonesia Raya.

8. S. Mangoensarkoro

Tokoh penting dengan nama lengkap Sarmidi Mangoensarkoro lahir pada tahun 1904. Sarmidi merupakan aktivis pendidikan, yang mana saat Kongres Pemuda I dan II berlangsung, Sarmidi lebih banyak berbicara mengenai pendidikan untuk rakyat Indonesia. Berkat konsentrasinya terhadap bidang pendidikan yang sangat kuat, pada tahun 1949 hingga 1950, Sarmidi dipercaya untuk menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya