Liputan6.com, Jakarta - Penggemar langit malam disuguhi pemandangan unik pada Sabtu malam, saat bulan purnama April muncul dalam bentuk yang lebih kecil dan redup dari biasanya. Fenomena ini dikenal sebagai micromoon, dan mencapai puncaknya pada pukul 20.22 waktu bagian Timur (ET), atau Minggu pagi waktu Indonesia.
Meskipun dijuluki sebagai "Pink Moon", bulan purnama ini tidak akan benar-benar berwarna merah muda. Sebaliknya, bulan akan tampak dengan semburat putih keemasan. Nama tersebut berasal dari penamaan tradisional suku asli Amerika untuk menandai musim mekarnya bunga phlox, bukan karena warna sebenarnya.
Baca Juga
Menurut Dr. Noah Petro, ilmuwan planet dari NASA yang memimpin tim sains misi Artemis III, bulan berada di titik terjauh dari Bumi dalam orbitnya yang berbentuk elips atau oval, sebuah posisi yang dikenal sebagai apogee.
Advertisement
“Orbit bulan mengelilingi Bumi tidak sempurna. Ada saat-saat di mana bulan berada lebih dekat, dan ada juga ketika bulan lebih jauh dari Bumi,” jelas Petro, seperti dikutip CNN, Senin (14/4/2025).
Micromoon bulan April ini merupakan yang terkecil dari tiga micromoon yang akan terjadi sepanjang 2025. Fenomena serupa akan terjadi kembali pada Mei mendatang, menurut situs astronomi EarthSky.
Cara Terbaik Melihat Bulan Purnama
Untuk mendapatkan pemandangan terbaik, NASA menyarankan pengamatan dilakukan di lokasi dengan polusi cahaya minimal. Gunakan teropong atau teleskop untuk melihat lebih jelas, selama cuaca mendukung.
Jika dibandingkan dengan supermoon, yaitu bulan purnama yang terjadi saat bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi (perigee), micromoon kali ini akan berjarak sekitar 49.000 kilometer lebih jauh.
Perbedaan tersebut membuat ukuran bulan tampak hingga 14 persen lebih kecil dan 30 persen lebih redup dari supermoon, meskipun perbedaannya sering kali sulit dikenali tanpa bantuan foto atau alat optik.
Astrofisikawan Gianluca Masi, pendiri Virtual Telescope Project, menyebutkan bahwa micromoon ini akan tampak sekitar 6 persen lebih kecil dari rata-rata bulan purnama. Acara pengamatan ini juga akan disiarkan langsung saat bulan terbit di atas Italia tengah-selatan.
Dr. Petro menambahkan bahwa keunikan bulan purnama yang berubah setiap bulan justru menjadi daya tarik tersendiri.
“Kita bisa menguji diri sendiri—apakah kita bisa melihat perbedaan-perbedaan halus ini,” tuturnya.
Advertisement
