Liputan6.com, Jakarta Kejatuhan Bashar al-Assad sebagai Presiden Suriah menjadi salah satu peristiwa paling mengejutkan tahun ini. Hanya dalam waktu 11 hari, pemberontak Suriah yang dipimpin oleh kelompok Islamis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil merebut ibu kota Damaskus. Konflik yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade ini mencapai titik balik yang mengejutkan banyak pihak.
Faktor utama di balik keberhasilan ini adalah lemahnya dukungan internasional kepada Assad, terutama dari sekutunya seperti Rusia dan Iran. Serangan kilat oleh pemberontak juga diperkuat dengan minimnya motivasi di kalangan militer Suriah, yang telah lama tertekan oleh krisis ekonomi dan moral yang runtuh. Hal ini memunculkan berbagai spekulasi, termasuk dugaan keterlibatan Israel dalam momen krusial tersebut.
Baca Juga
Dalam laporan ini, kami akan mengurai kronologi kejadian, peran para aktor global, dan dampak besar yang menyertai jatuhnya rezim Assad. Berikut adalah langkah-langkah penting yang membawa perubahan besar di Suriah.
Advertisement
Langkah Awal Pemberontak: Serangan di Aleppo
Pada 27 November, pemberontak Suriah memulai serangan kilat di Aleppo. Kota ini menjadi titik strategis pertama yang dikuasai oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS). Serangan ini menjadi langkah awal yang mengubah dinamika konflik Suriah setelah bertahun-tahun stagnasi.
Kelompok HTS, yang sebelumnya memiliki basis kuat di wilayah Idlib, menunjukkan kekuatannya melalui manuver cepat dan terorganisir. Keberhasilan ini menjadi sinyal lemahnya pertahanan militer Assad, yang mulai kehilangan wilayah secara signifikan.
Advertisement
Perebutan Kota-Kota Kunci: Hama dan Homs
Setelah berhasil di Aleppo, pemberontak melanjutkan gerakannya menuju Hama pada 3 Desember. Dalam waktu dua hari, kota ini jatuh ke tangan HTS, diikuti dengan perebutan kota strategis Homs pada 7 Desember.
Para analis menyebut lemahnya dukungan Rusia dan Iran sebagai salah satu alasan utama kekalahan rezim Assad. Serangan besar-besaran ini juga memperlihatkan kurangnya persiapan pemerintah menghadapi tekanan militer di berbagai front.
Puncak Konflik: Jatuhnya Damaskus
Damaskus, ibu kota Suriah, menjadi puncak dari serangan HTS. Pada 8 Desember, kelompok ini mengumumkan kemenangan besar setelah berhasil menguasai pusat kekuasaan Assad. Momen ini dirayakan dengan deklarasi era baru Suriah yang dikuasai oleh pemberontak.
Dalam pidatonya, pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani menyebut kemenangan ini sebagai momen bersejarah. Ia menekankan perlunya rekonsiliasi nasional dan pemutusan pengaruh asing seperti Iran di Suriah.
Advertisement
Spekulasi Bantuan Israel dalam Konflik
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membuat pernyataan kontroversial mengenai jatuhnya Assad. Ia mengklaim bahwa tindakan Israel terhadap Iran dan Hizbullah secara tidak langsung membantu pemberontak merebut wilayah.
Namun, para analis mempertanyakan klaim tersebut. Banyak yang percaya bahwa kejatuhan Assad lebih disebabkan oleh faktor internal dan pengalihan perhatian Rusia ke konflik Ukraina.
Dampak Jatuhnya Assad: Apa Selanjutnya?
Jatuhnya Bashar al-Assad membuka babak baru dalam sejarah Suriah. Dengan pelarian Assad ke Rusia, banyak pihak bertanya-tanya tentang masa depan Suriah yang kini berada di bawah kendali kelompok Islamis.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, menyebut kejatuhan ini sebagai peluang besar untuk membangun kembali Suriah. Namun, tantangan besar tetap ada, terutama dalam menjaga stabilitas di tengah pergeseran kekuatan politik.
Advertisement
Apa penyebab utama jatuhnya Bashar al-Assad?
Lemahnya dukungan internasional dari Rusia dan Iran, ditambah dengan krisis ekonomi dan moral di kalangan militer Suriah, menjadi penyebab utama.
Siapa kelompok HTS yang memimpin pemberontakan?
HTS adalah kelompok Islamis Sunni yang sebelumnya berafiliasi dengan Al-Qaeda. Mereka kini berusaha memperbaiki citra untuk mendapatkan pengakuan internasional.
Advertisement
Bagaimana peran Israel dalam konflik ini?
Israel disebut memberikan tekanan pada Iran dan Hizbullah, yang secara tidak langsung melemahkan posisi Assad. Namun, keterlibatan langsung Israel masih menjadi perdebatan.