Liputan6.com, Jakarta Tradisi menyajikan makanan pembawa keberuntungan selama perayaan Tahun Baru Imlek telah berlangsung selama ribuan tahun dalam budaya Tionghoa. Setiap hidangan yang disajikan selama festival 16 hari ini memiliki makna simbolis tersendiri, yang dipercaya dapat membawa nasib baik di tahun yang akan datang.
Baca Juga
Advertisement
Pemilihan makanan pembawa keberuntungan ini tidak hanya didasarkan pada rasanya yang lezat, tetapi juga pada cara pengucapan nama makanan dalam bahasa Mandarin atau tampilan fisiknya yang melambangkan kemakmuran. Bahkan, cara memasak dan menyajikan makanan pembawa keberuntungan ini juga memiliki aturan dan filosofi khusus yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Festival Imlek tahun 2025 yang akan menyambut Tahun Ular menjadi momen istimewa untuk menyajikan berbagai makanan pembawa keberuntungan yang kaya akan makna. Setiap hidangan tidak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga membawa harapan akan kesehatan, kemakmuran, dan kebahagiaan di tahun yang baru.
Berikut daftar lengkap, makanan-makanan yang membawa keberuntungan untuk menyambut tahun baru Imlek 2025, yang telah Liputan6.com rangkum pada Sabtu (25/1).
1. Ikan: Simbol Keberlimpahan
Ikan menjadi salah satu hidangan paling penting dalam perayaan Imlek karena pengucapan kata "ikan" dalam bahasa Mandarin (鱼 Yú) mirip dengan kata "surplus" atau keberlimpahan. Tradisi ini mencerminkan harapan agar selalu memiliki kelebihan di setiap akhir tahun, yang dipercaya akan berlanjut ke tahun berikutnya.
Dalam tradisi Tionghoa, ikan harus menjadi hidangan terakhir yang tersisa di meja dengan sedikit sisa, melambangkan harapan akan surplus yang berkelanjutan. Di wilayah utara Sungai Yangtze, bagian kepala dan ekor ikan tidak dimakan hingga awal tahun baru, melambangkan harapan agar tahun dimulai dan diakhiri dengan keberlimpahan.
Beberapa jenis ikan memiliki makna khusus berdasarkan pengucapannya dalam bahasa Mandarin. Ikan mas crucian melambangkan keberuntungan, ikan mas lumpur melambangkan hadiah, dan ikan lele melambangkan surplus tahunan. Bahkan ada tradisi menyajikan dua ikan, satu dimakan pada malam Tahun Baru dan satu lagi pada hari pertama tahun baru.
2. Pangsit: Simbol Kekayaan
Pangsit atau jiaozi memiliki sejarah lebih dari 1.800 tahun dan menjadi hidangan klasik yang wajib ada saat perayaan Imlek. Bentuknya yang menyerupai yuan bao (mata uang kuno Tiongkok) dipercaya membawa keberuntungan dalam hal finansial.
Pembuatan pangsit melibatkan proses yang cermat, dimulai dari pembuatan adonan kulit, pengisian dengan daging cincang dan sayuran, hingga pembentukan lipatan yang sempurna. Kepercayaan tradisional menyatakan bahwa semakin banyak pangsit yang dimakan selama perayaan Tahun Baru, semakin besar peluang mendapatkan kekayaan di tahun yang akan datang.
Variasi isian pangsit sangat beragam, mulai dari daging babi cincang, udang, ikan, ayam, daging sapi, hingga sayuran. Metode memasaknya pun bervariasi, bisa direbus, dikukus, digoreng, atau dipanggang, masing-masing dengan cita rasa khasnya sendiri.
3. Ayam Utuh: Simbol Keberuntungan dan Keutuhan
Ayam memiliki makna khusus dalam perayaan Imlek karena pengucapannya dalam bahasa Mandarin (ji) mirip dengan kata yang berarti "keberuntungan" dan "kemakmuran". Penyajian ayam secara utuh, lengkap dengan kepala dan kakinya, melambangkan persatuan dan keutuhan keluarga.
Dalam tradisi, ayam utuh pertama-tama dipersembahkan kepada leluhur dan dewa untuk mendapatkan berkah dan perlindungan. Setelah ritual persembahan, ayam kemudian dinikmati bersama keluarga, biasanya dimasak dengan cara direbus atau dipanggang dengan bumbu sederhana seperti jahe atau kecap.
Menariknya, kaki ayam biasanya dimakan oleh pencari nafkah dalam keluarga, karena dipercaya dapat membantu mereka "menggenggam" kekayaan. Hal ini berkaitan dengan homonim antara kata "menggenggam" dan "cakar" ayam dalam bahasa Mandarin.
Advertisement
4. Onde-onde: Simbol Kebersamaan Keluarga
Tang yuan atau onde-onde merupakan hidangan yang umumnya disajikan saat Festival Lentera, namun di Tiongkok Selatan makanan ini dinikmati sepanjang perayaan Imlek. Bentuknya yang bulat dan cara pengucapannya dalam bahasa Mandarin melambangkan reuni dan kebersamaan.
Pembuatan tang yuan memerlukan ketelitian untuk menghasilkan bola-bola yang sempurna. Bahan dasarnya adalah tepung beras ketan yang dibentuk menjadi bola-bola kecil, diisi dengan berbagai isian manis, lalu direbus dalam air gula atau kaldu.
Menikmati tang yuan bersama keluarga dipercaya dapat memperkuat ikatan keluarga dan membawa keberuntungan. Ungkapan "团团圆圆" (Tuántuán yuányuán) yang berarti "reuni yang membahagiakan" sering dikaitkan dengan hidangan ini.
5. Kue Tahun Baru: Simbol Peningkatan
Kue tahun baru atau nian gao terbuat dari beras ketan yang dipadatkan menjadi kue manis. Nama "nian gao" dalam bahasa Mandarin memiliki arti "semakin tinggi tahun demi tahun", melambangkan harapan akan peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan.
Pembuatan nian gao melibatkan bahan-bahan berkualitas seperti beras ketan, gula, kacang chestnut, kurma Cina, dan daun teratai. Proses pembuatannya memerlukan kesabaran dan keterampilan khusus untuk menghasilkan tekstur yang pas.
Makna simbolis dari nian gao sangat luas, mencakup harapan akan pertumbuhan tinggi badan anak-anak, kesuksesan bisnis yang meningkat, nilai akademik yang lebih baik, hingga promosi dalam pekerjaan. Kue ini biasanya dinikmati selama periode Tahun Baru Imlek dan sering dijadikan hadiah untuk kerabat dan teman.
6. Lumpia: Simbol Kekayaan
Lumpia atau spring roll merupakan hidangan yang populer selama perayaan Imlek, terutama di wilayah Tiongkok bagian timur seperti Jiangxi, Jiangsu, Shanghai, Fujian, dan Guangzhou. Nama "spring roll" berasal dari tradisi menyantapnya selama Festival Musim Semi atau Imlek.
Makanan ini berbentuk silinder dengan isian berupa sayuran, daging, atau bahan manis yang dibungkus dengan kulit tipis. Setelah digoreng, lumpia akan memiliki warna keemasan yang melambangkan batangan emas, menjadikannya simbol harapan akan kemakmuran.
Dalam tradisi Kanton, lumpia merupakan bagian dari hidangan dim sum yang sangat populer. Kepercayaan tradisional menyatakan bahwa menyantap lumpia yang berwarna keemasan dapat membawa keberuntungan finansial, seperti yang tercermin dalam ungkapan "黄金万两" (hwung-jin wan-lyang) yang berarti "seribu tael emas".
7. Mi Panjang Umur: Simbol Umur Panjang
Mi panjang umur atau chang shou mian merupakan hidangan yang melambangkan harapan akan umur panjang. Penyajian mi yang panjang dan tidak dipotong melambangkan kehidupan yang panjang dan tidak terputus.
Di Tiongkok Utara, mi ini menjadi hidangan wajib saat Tahun Baru Imlek. Proses memasaknya memerlukan kehati-hatian agar mi tetap utuh dan tidak putus, yang dipercaya dapat mempengaruhi keberuntungan di tahun mendatang.
Mi dapat disajikan dengan berbagai cara, baik digoreng dan disajikan di atas piring, atau direbus dan disajikan dalam mangkuk dengan kuahnya. Setiap suapan mi panjang diyakini membawa berkah panjang umur.
8. Bakso Kepala Singa: Simbol Persatuan Keluarga
Bakso kepala singa atau shi zi tou merupakan hidangan yang populer saat Imlek, terutama di Shanghai. Nama uniknya berasal dari bentuknya yang menyerupai kepala singa, dan dalam budaya Tionghoa, singa melambangkan kekuatan.
Hidangan ini terbuat dari daging babi cincang yang dibentuk menjadi bakso besar, dikukus atau direbus dengan sayuran, dan disajikan dengan saus manis yang lengket. Bentuknya yang bulat melambangkan persatuan keluarga.
Proses pembuatannya memerlukan keterampilan khusus untuk menghasilkan tekstur yang lembut di dalam namun tetap kokoh di luar. Rasanya yang lezat dan tampilannya yang megah menjadikannya hidangan istimewa di meja Tahun Baru.
9. Daging Babi dengan Talas: Simbol Kemakmuran
Daging babi yang dikukus dengan talas merupakan hidangan populer saat perayaan Imlek di Tiongkok Selatan. Dalam budaya Tionghoa, daging babi melambangkan kehidupan yang kaya, kemakmuran, kekuatan, dan berkah yang berlimpah.
Hidangan ini menggabungkan irisan daging babi yang lembut dengan talas yang kenyal dan berkanji. Perpaduan rasa manis, asin, dan asam menciptakan harmoni rasa yang sempurna, mencerminkan harapan akan kehidupan yang seimbang.
Cara memasak dengan pengukusan dipilih untuk menjaga kelembutan daging dan mempertahankan nutrisi bahan makanan. Hidangan ini sering disajikan sebagai simbol harapan agar tahun baru membawa kemakmuran bagi keluarga.
Advertisement
10. Udang: Simbol Kebahagiaan
Udang menjadi hidangan populer saat Imlek terutama di kalangan masyarakat Kanton. Dalam dialek Kanton, kata "udang" (ha) memiliki bunyi yang mirip dengan tawa, sehingga melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan.
Cara penyajian udang bisa bervariasi, mulai dari digoreng dengan cangkang hingga dikukus dengan bawang putih. Warna merah udang setelah dimasak juga dianggap membawa keberuntungan dalam budaya Tionghoa.
Menikmati udang bersama keluarga saat Imlek dipercaya dapat membawa tawa dan kegembiraan sepanjang tahun. Hidangan ini sering menjadi favorit karena rasanya yang lezat dan nilai simbolisnya yang berarti.
11. Sayuran: Simbol Pembaruan dan Kemakmuran
Hidangan sayuran tidak boleh ketinggalan dalam menu makan malam reuni Imlek. Berbagai jenis sayuran memiliki makna simbolis tersendiri, mulai dari selada yang melambangkan kekayaan hingga pok choy yang membawa keberuntungan.
Sayuran hijau seperti kailan melambangkan harmoni, sementara selada dalam bahasa Kanton memiliki pengucapan yang mirip dengan kata "menjadi kaya". Kesegaran sayuran juga melambangkan energi baru dan kemajuan di tahun yang akan datang.
Penyajian sayuran biasanya dilakukan dengan cara yang sederhana untuk mempertahankan kesegaran dan warna hijaunya. Beberapa sayuran populer termasuk pok choy bayi yang melambangkan kekayaan dan keberuntungan, serta kailan yang mewakili keharmonisan keluarga.
12. Buah-buahan: Simbol Kelengkapan dan Kekayaan
Buah-buahan tertentu menjadi bagian penting dalam perayaan Imlek, terutama jeruk mandarin, jeruk, dan jeruk bali. Pemilihan buah-buahan ini didasarkan pada bentuknya yang bulat dan warnanya yang keemasan, melambangkan kelengkapan dan kekayaan.
Jeruk mandarin dan jeruk memiliki makna khusus karena pengucapan kata "jeruk" (chéng) dalam bahasa Mandarin mirip dengan kata "sukses". Selain itu, salah satu cara menulis kata "jeruk mandarin" (桔 jú) mengandung karakter yang berarti keberuntungan (吉 jí).
Jeruk bali dipercaya membawa kemakmuran yang berkelanjutan. Semakin banyak yang dimakan, semakin besar kemakmuran yang akan datang. Kata "jeruk bali" (柚 yòu) dalam bahasa Mandarin mirip dengan kata "memiliki" (有 yǒu) dan "lagi" (又 yòu), melambangkan keberlanjutan nasib baik.