Ternyata Lubang Hitam Tak Bisa Makan Alam Semesta, Ini Penjelasannya

Lubang hitam adalah bekas bintang masif yang telah runtuh ke dalam diri mereka sendiri, menjadi padat sedemikian rupa sehingga cahaya pun tidak dapat menghindarinya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 19 Sep 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2024, 01:00 WIB
Gambar pertama black hole atau lubang hitam supermasif, yang dikenal sebagai Sagittarius A*, di pusat galaksi Bima Sakti. (Xinhua/National Science Foundation AS)
Gambar pertama black hole atau lubang hitam supermasif, yang dikenal sebagai Sagittarius A*, di pusat galaksi Bima Sakti. (Xinhua/National Science Foundation AS)

Liputan6.com, Jakarta - Lubang hitam atau black hole merupakan objek luar angkasa yang mampu menarik cahaya dengan gaya gravitasi yang sangat kuat. Lubang hitam yang paling besar di alam semesta dikenal sebagai lubang hitam supermasif dan memiliki bobot jutaan hingga miliaran kali massa Matahari.

Lubang hitam biasanya berada di pusat galaksi, termasuk Bima Sakti. Meski telah menjadi objek penelitian selama puluhan tahun, lubang hitam masih menjadi misteri dalam dunia astronomi.

Lubang hitam dapat menelan bintang, planet, dan bahkan lubang hitam lainnya. Namun, apakah lubang hitam juga bisa menelan seluruh alam semesta?

Dikutip dari laman Live Science pada Rabu (18/09/2024), lubang hitam adalah bekas bintang masif yang telah runtuh ke dalam diri mereka sendiri, menjadi padat sedemikian rupa sehingga cahaya pun tidak dapat menghindarinya. Meski miliki gaya gravitasi yang dapat memakan apapun di dekatnya, lubang hitam tidak bisa memakan alam semesta atau bahkan seluruh galaksi.

Ilmuwan NASA mengungkapkan, gagasan bahwa lubang hitam dapat menelan alam semesta didasarkan pada kesalahpahaman bahwa lubang hitam bekerja seperti ruang hampa, yang menyedot ruang ke arahnya sendiri. Padahal, lubang hitam hanya menelan benda-benda yang sangat dekat.

Lubang hitam hanya dapat melahap objek yang menjelajah ke cakrawala peristiwa mereka, suatu titik yang luarnya tidak memiliki jalan keluar. Gravitasi lubang hitam masih memengaruhi bintang dan planet di sekitarnya, bahkan dapat menyebabkan mereka mengorbit, tetapi lubang hitam tidak menelannya.

Pakar lubang hitam di NASA mengatakan, lubang hitam pun sebenarnya berukuran cukup kecil. Agar lubang hitam memiliki peluang yang cukup tinggi untuk menelan bintang, bintang tersebut harus diarahkan hampir langsung ke lubang hitam.

Seiring waktu, fenomena semacam ini bisa terjadi. Tetapi, agar matahari ditelan oleh lubang hitam di pusat Bima Sakti, akan membutuhkan jumlah waktu yang sangat besar untuk mensejajarkan orbit bintang tepat dengan lubang hitam.

Lubang hitam terbesar yang diketahui di alam semesta, yakni titan kosmik bernama TON 618. Lubang hitam tertua di alam semesta ini memiliki berat sekitar 50 miliar massa matahari.

TON 618 tampak berada di dekat batas teoretis seberapa besar lubang hitam bisa terbentuk. Batasan ini berasal dari fakta bahwa, saat lubang hitam besar melahap materi, mereka juga melepaskan berton-ton radiasi.

Radiasi memanas dan mengionisasi materi di sekitarnya, membuat gas dan debu lebih sulit untuk mendingin dan jatuh ke dalam lubang hitam. Pada akhirnya memperlambat laju lubang hitam untuk mendapat "makanan".

Cara kerja teori ini mencegah lubang hitam melahap seluruh galaksi, apalagi seluruh alam semesta.

(Tifani)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya