Pengamat: Caleg Harus Pisahkan Keuangan Pribadi dan Politik

Pakar Ekonomi dan Mikro Aidil Akbar Madjid mengatakan, selain harus mempersiapkan keuangan, para caleg juga setidaknya dapat dikenal publik.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 02 Apr 2014, 13:39 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2014, 13:39 WIB
[Arti Pemilu] Memberi kebebasan Kepada Pemilih
Hampir setiap Pemilu berlangsung, para calon legislatif bekerja keras untuk mempromosikan diri dan partainya di dalam masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Modal menjadi caleg memang tidak murah. Bahkan, dari mereka rela ada yang rela menjual harta bendanya agar melenggang ke kursi parlemen. Apakah langkah para caleg tersebut sudah efektif?

Pakar Ekonomi dan Mikro Aidil Akbar Madjid mengatakan, seharusnya para caleg tidak buta mengambil keputusan sebagai wakil rakyat. Para caleg juga seharusnya memisahkan antara keuangan pribadi dan politik.

"Harus dipisahkan antara keuangan pribadi dan keuangan politik. Tidak jarang barang-barang mereka dijual untuk modal mereka maju sebagai caleg," kata Aidil dalam bedah buku 'Mau Berkuasa??? Ngga Punya Duit... No way', di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/4/2014).

Menurut Aidil, selain harus mempersiapkan keuangan, para caleg juga setidaknya dapat dikenal publik. Karena sejauh ini, banyak caleg yang tak dikenali publik, tapi tetap nekat maju. Sehingga tak ada pemilih yang memilih caleg tersebut.

"Jangan nekat, kalau hitungannya nggak tepat. Karena percaya diri lihat tokoh-tokoh di televisi, ternyata cuma dikenal 1 RT, atau 1 kelurahan. Yang terjadi penghambur-hamburan uang. Yang parahnya, pada pengumuman hasil suara yang milih cuma 2 orang," tambah Aidil.

Punya Investasi Sosial

Pada kesempatan yang sama, konsultan politik Verry Mukhlis Arifuzzaman mengatakan, seharusnya para caleg mempunyai sebuah perencanaan yang baik sebelum maju mencalonkan diri. Misalnya, para caleg mempunyai investasi sosial.

"Kalau nggak punya investasi sosial buat apa? Sebaiknya kalau mau jadi penguasa, yang pertama-tama harus disurvei dulu," kata Verry.

Menurut Verry, banyak caleg enggan melakukan survei sebelum mencalonkan diri. Padahal survei dapat menjadi acuan bagi para caleg dalam mengukur tingkat popularitas di masyarakat dan dengan caleg lainnya.

"Daripada keluar uang Rp 1 hingga Rp 2 miliar, lebih baik lakukan survei dulu. Paling survei biayanya tidak sebesar nyaleg, tapi setidaknya bisa tahu sejuah mana kita dikenal dan dibanding dengan tokoh lain," tambah Verry. (Elin Yunita Kristanti)

 

Baca juga:

KPU Ancam Coret Caleg atau Partai Terlibat Teror Politik di Aceh

KontraS: Masuk Daftar Caleg Bersih, Belum Tentu Terpilih

97 Nama Masuk Daftar Caleg Bersih di Bersih2014.net

KPK Temukan Gratifikasi Anggota DPR yang Jadi Caleg 2014

Kampung Ini Siap Terima `Serangan Fajar` Caleg

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya