Liputan6.com, Jakarta - Oleh: Luqman Rimadi dan Edward Panggabean
Sejumlah partai yang tak memenuhi prosentase kursi untuk menduduki posisi nomor satu di Indonesia, mulai merapat. Partai Gerindra pun mengambil langkah serupa, seperti yang dilakukan Partai Nasdem yang akhirnya merapat ke PDIP.
Manuver yang dilakukan oleh partai berlambang garuda untuk menggaet partai lain pun tak dibantah oleh petinggi partai itu. Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengaku tak memungkiri koalisi yang dibangun dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) akan juga terkait pembagian 'kursi' jika mereka berkuasa.
Namun, Muzani menyatakan pembicaraan belum sampai ke sana. "Pembicaraan itu belum dimulai, tetapi ada arah ke situ (permintaan kursi menteri), kami gak munafik," kata dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin 28 April 2014.
Muzani pun tak menyangkal adanya permintaan khusus dari PKS dari koalisi tersebut, karena hal itu sudah bagian hukum alam sebagai power sharing dalam politik. Meski kata dia belum dimulainya pembicaraan soal pembagian kursi menteri tersebut.
"Saya kira partai-partai lain, koalisi, pemerintahan ini mengusung jadi seseorang di presiden dan wakil presiden, mengamankan jalannya pemerintahan. Ada power sharing, ini hukum alam, dan tidak bisa menafikan itu. Tapi, pembicaraan itu belum dimulai," jelas Muzani.
Advertisement
PKS memang telah menyatakan lebih memilih Partai Gerindra ketimbang membangun mitra koalisi dengan partai lain, termasuk Partai Demokrat yang telah 10 tahun bersama di Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono itu.
"Kita melakukan penjajakan politik (dengan Gerindra), kemarin sudah. Intinya PKS dan Gerindra punya visi sama membangun bangsa," kata Sekjen PKS Taufik Ridho di Kantor DPP PKS kawasan Jalan T.B. Simatupang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Taufik pun mengatakan, sekalipun Demokrat akan membuat poros baru, bila tujuan hanya `kawin` lalu mengejar-mengejar posisi wakil (calon wakil presiden), maka bisa terbentuk demokrasi transaksional.
PKS juga menampik ada 'patah hati' dengan partai koalisi yang 2 periode dibangun oleh SBY. "Nggak ada 'patah hati', kita melakukan koalisi dengan parpol lainnya, ormas-ormas Islam dan kita beberapa kali melakukan pertemuan," ungkap Taufik.
"Yang jelas, kita sudah memberikan, tahapan-tahapan komunikasi, tentu dengan semua pihak. Pak Prabowo lebih di atas, tandanya sudah ada surat permintaan koalisi," pungkas Taufik.
Merapat ke Partai Beringin
Selain memberikan sinyal-sinyal akan merapat ke partai Islam PKS, partai berlambang burung garuda itu juga mulai menampakkan geliatnya hendak menggandeng Partai Golkar.
Terlihat dari penjadwalan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk bertemu dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical. Keduanya akan makan siang bersama di rumah Ical.
Ical menyatakan pertemuan ini hanya sebatas silaturahmi antar-teman. Apalagi Prabowo juga pernah menjadi kader Partai Golkar.
"Mau silaturahmi. Saya sama Pak Prabowo kan kenalnya bukan 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 5 tahun. Kenalnya sudah dari lama sekali. Jadi kan beliau lebih muda, jadi beliau (datang) 'Ya mari, ya mari', begitu aja," tutur Ical di kediamannya.
Prabowo pun datang didampingi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon. Mereka tiba dirumah Ical di Jalan Ki Mangunsarkoro, Nomor 42, Menteng, Jakarta Pusat, pukul 12.40 WIB. Prabowo dan Fadli menumpangi kendaraan yang berbeda. Prabowo menggunakan Lexus putih bernomor polisi B 17 PSD. Sementara Fadli memakai Toyota Alphard hitam bernomor polisi B 2779 FZ.
Saat ditanyakan apakah pertemuan itu untuk membahas koalisi antara Gerindra dan Partai Golkar? Ical tak menutup kemungkinan tersebut.
"Mungkin saja. Tapi mau kita lihat bagaimana platform kita ke depan."
Usai dijamu makan oleh Ical, Prabowo pun mengungkapkan keseriusannya. "Kita sangat serius memikirkan suatu penggabungan kekuatan demi kepentingan bangsa negara. Insya Allah niat kita baik, di ujungnya kita bisa menghasilkan kebaikan bagi bangsa dan negara," ucap Prabowo.
Prabowo mengaku telah lama mengenal Ical, layaknya junior kepada senior dalam dunia perpolitikan. Dia mengaku, kedua parpol itu pun sepakat untuk membahas kelanjutan koalisi Gerindra-Golkar. Dari 'keintiman' itu, dia yakin kedua parpol tak cuma bakal berkoalisi di kursi parlemen saja, tapi juga saat Pilpres 2014 nanti.
"Pembicaraan kita sangat terbuka, dari hati ke hati, kita sepakat untuk teruskan pembicaraan lebih intensif lebih rinci untuk kebaikan dan kepentingan bangsa Indonesia ke depan," tutur Prabowo.
Sementara usai pertemuan itu, Ical menampakan isyarat jika partai berlambang pohon beringin yang dipimpinnya kemungkinan berkoalisi dengan partai berlambang burung garuda.
"Kami bicara, dan sepakat untuk bicarakan lagi arah menuju koalisi dua partai," ujar Ical. Dia menambahkan, "Kita coba ada Gerindra dan Golkar. Masih sangat mungkin koalisi, dan itu akan kita bicarakan pada pembicaraan berikutnya."
Kendati mengisyaratkan koalisi, Ical membantah pertemuan itu juga membahas soal capres dan cawapres. "Kita sepakat menjajaki koalisi ke depan. Tapi saat ini kita bukan bicara calon presiden dan calon wakil presiden. Kita harapkan koalisi bisa terbentuk sebelum pemilihan," papar Ical.
Ical mengaku tak canggung bertemu dengan Prabowo Subianto, yang merupakan capres dari Partai Gerindra. Ical mengungkapkan, pertemuannya dengan Prabowo diisi dengan diskusi dengan diselingi canda dan tawa.
"Kami di dalam diskusi, sambil bercanda, beliau pun menyapa saya bukan dengan panggilan Pak, tapi Bang Ical, ya karena memang kami telah kenal lama," ungkapnya usai bertemu dengan Prabowo di kediamannya.
Sebelum bertemu dengan Prabowo, Ical telah bertemu dengan Capres dari PDIP Jokowi pada Sabtu 12 Maret lalu di kantor DPP Golkar kawasan Slipi, Jakarta Barat. Pertemuan itu sendiri tidak membahas mengenai koalisi antara PDIP dan Partai Golkar.
Setelah bertemu dengan 2 capres tersebut, bagaimana sikap Ical dalam menentukan arah Partai Golkar ke depan? Ical belum berani menjawab. Ia pun tak mau menjawab pertanyaan apakah dirinya lebih nyaman bertemu dengan Prabowo atau dengan Jokowi.
"Kalau itu rahasia," singkat Ical. (Ali)