Liputan6.com, Jakarta - Oleh Sunariyah, Hanz Jimenez Salim, Silvanus Alvin, Taufiqurrahman.
Â
Kehadiran para capres dan cawapres di suatu wilayah, dalam kampanye satu bulan terakhir ini ibarat gula yang dikerubungi semut. Ke mana pun mereka pergi, selalu dikerubuti warga. Entah untuk bersalaman, foto bersama, atau hanya sekadar melihat wajah sang capres dan cawapres. Warga baik laki-laki, perempuan, tua, muda dan bahkan anak-anak rela dorong-dorongan dan bahkan berhimpit-himpitan.
Advertisement
Di Masjid Agung Palembang, Rabu 25 Juni lalu, seorang ibu-ibu bahkan mengikuti capres Joko Widodo hingga ke tempat wudhu. Tak lupa, perempuan paruh baya itu mengabadikan gambar Jokowi yang sedang mengambil air wudhu.
Bukan kali pertama ini Jokowi diikuti perempuan. Sejak kampanye pertama di Papua pada 5 dan 6 Juni lalu, Jokowi seolah sudah menjadi magnet bagi kaum hawa. Kendati baru pertama bertemu, para mama di Papua, nyai di Jawa Barat, dan mbok di Jawa terlihat tak sungkan menumpahkan keluh kesah dan harapan mereka kepada mantan walikota Solo itu.
Entah daya tarik apa yang dimiliki Jokowi, begitu juga cawapresnya Jusuf Kalla, hingga bisa memikat jutaan perempuan untuk memberikan dukungannya kepada pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 itu.
Berdasarkan hasil survei yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada Kamis 26 Juni 2014, pasangan Jokowi-JK unggul dari lawannya, di kalangan pemilih perempuan. Sebanyak 48 persen perempuan di Indonesia memilih Jokowi-JK. Sedangkan Prabowo-Hatta hanya dipilih 33,8 persen.
"Pemilih perempuan masih menjadi lumbung suara Jokowi-JK," kata peneliti LSI Fitri Hari saat memaparkan hasil surveinya di kantor LSI, Jalan Pemuda, Jakarta Timur, Kamis (26/6/2014).
Sebaliknya di kalangan pemilih laki-laki, ternyata yang unggul pasangan Prabowo-Hatta. Pasangan nomor urut 1 ini dipilih 43,20 persen laki-laki di Indonesia. Sedangkan Jokowi-JK hanya berhasil mengumpulkan dukungan 42,70 persen.
Tipis memang selisihnya. Kendati demikian, tetap saja Prabowo-Hatta lebih diminati pemilih laki-laki ketimbang Jokowi-JK. "Prabowo dengan citranya yang tegas masih menjadi pilihan para pemilih laki-laki," ucap Fitri.
Survei ini digelar oleh LSI pada 1 hingga 9 Juni 2014 di 33 provinsi. Metode penelitiannya menggunakan multistage random sampling, dengan total responden 2,400 pemilih dan margin of error plus minus 2 persen.
Â
Pemilih Pemula dan Dewasa
 Pemilih Pemula dan Dewasa
Â
Perbedaan lumbung suara masing-masing capres juga terlihat pada usia pemilih. Menurut hasil survei terbaru Poltracking Institute, pasangan Prabowo-Hatta lebih memikat pemilih pemula.
"Pemilih 17-22 tahun yang tersebar di 9,2 persen kluster, 47,6 persen memilih Prabowo-Hatta. Sedangkan 45,4 persen memilih Jokowi-JK," ujar Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yuda, di Hotel Morrisey, Jakarta Pusat, Minggu 15 Juni 2014.
Jokowi-JK memang kalah pesona di mata pemilih pemula. Kendati demikian, keduanya masih bisa tersenyum ceria karena memenangkan suara pemilih dewasa.
Masih menurut hasil survei Poltracking Institute, dari kelompok pemilih 23-28 tahun yang tersebar di 12,6 persen kluster, Jokowi-JK unggul 53,8 persen. Sedangkan lawannya, Prabowo-Hatta harus puas dengan hanya memperoleh dukungan 39,5 persen.
Begitu juga di kelompok pemilih usia 29-40 tahun yang tersebar di 32,7 persen kluster, Jokowi-JK meraih kemenangan dengan mengumpulkan dukungan 48,9 persen. Sementara pasangan Prabowo-Hatta mengumpulkan 41,7 persen suara.
Di kelompok pemilih usia 41-50 tahun yang tersebar di 24,1 persen kluster, Jokowi-JK juga memperlihatkan ketangguhannya dengan berhasil mengumpulkan dukungan 50,5 persen. Sedangkan lawannya, Prabowo-Hatta, hanya mampu meraih dukungan 38,8 persen.
Kemenangan juga terlihat untuk kubu Jokowi-JK di kalangan pemilih usia 50 tahun ke atas. "Tersebar di 21,4 persen kluster, 44 persen dukung Jokowi-JK. Sedangkan Prabowo-Hatta dipilih 41,2 persen," tandas Yuda.
Poltracking menggelar survei ini pada 26 Mei sampai 3 Juni 2014. Berlangsung serempak di 33 provinsi di seluruh Indonesia, dengan responden 2010 dan margin of error plus minus 2,19 persen, dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Metodenya menggunakan multi-stage random sampling.
Â
Advertisement
Lumbung Suara di Tanah Pasundan
Â
Lumbung Suara di Tanah Pasundan
Kantung-kantung suara capres Prabowo dan Jokowi juga bisa diketahui dari suku atau etnis. Berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang digelar pada 1 hingga 9 Juni 2014 di 33 provinsi, lumbung suara Prabowo-Hatta ternyata berada di Jawa Barat.
Di Tanah Pasundan, Prabowo-Hatta unggul dengan dukungan 50,20 persen. Sedangkan lawannya, Jokowi-JK, hanya mampu mengumpulkan 42,60 persen suara.
"Kenapa Jabar menjadi kantong Prabowo? Ada banyak faktor, salah satunya PKS partai pemenang di Jabar. Ditambah Golkar sebagai mesin politik sehingga bisa memaksimalkan dukungan," kata peneliti LSI Fitri Hari di kantor, Kamis(26/6/2014).
Meski tak unggul di Jawa Barat, pasangan Jokowi-JK tak harus berkecil hati. Pasangan ini justru unggul di 6 provinsi lain yakni Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan.
"Selisih antara keduanya berkisar 5 hingga 10 persen di 6 provinsi tersebut," ujar Fitri.
Hasil yang hampir sama dibeberkan lembaga survei Indo barometer. "Jokowi-JK unggul di Provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sulawesi Selatan. Sedangkan Prabowo-Hatta unggul di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Jawa Barat," kata Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari di Jakarta, Selasa 17 Juni 2014.
Selain di 6 provinsi itu, Indo Barometer juga menyebut kemenangan Jokowi-JK di Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Papua. Sementara Prabowo-Hatta unggul di Sumatera, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Hasil survei Indo Barometer juga memperlihatkan Jokowi-JK lebih banyak didukung perempuan, ketimbang Prabowo-Hatta.
"Dari segi etnisitas, Prabowo-Hatta sebenarnya unggul di suku nomor 2 terbesar yakni Sunda. Namun, mereka kalah telak di pemilih terbesar, yakni etnis Jawa. Ini isu yang harus dicari solusinya oleh Prabowo-Hatta," papar Qodari.
Â
Terpikat Karena Merakyat
Â
Terpikat karena Merakyat
Terkait aspek pekerjaan atau profesi, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari di Jakarta, Selasa 17 Juni 2014, mengatakan, pekerjaan rumah terbesar pasangan Prabowo-Hatta terletak pada ibu rumah tangga, petani, dan pedagang. Sebab pemilih terbesar ada di 3 profesi ini.
Survei yang digelar Indo Barometer pada 28 Mei sampai 4 Juni 2014 di 33 provinsi, dengan jumlah responden 1.200 orang dan margin error 3 persen memperlihatkan, dari aspek pendidikan dan pendapatan, ternyata Prabowo-Hatta unggul di kelompok pendidikan dan pendapatan tinggi.
Hal yang tak jauh berbeda juga terlihat dari hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dirilis Kamis, 26 Juni 2014. Dari jenjang pendidikan, ternyata pemilih yang pernah kuliah atau lulus kuliah dan di atasnya lebih cenderung memilih Prabowo-Hatta.
Sedangkan Jokowi-JK, bersinar di kalangan pemilih berpendidikan rendah dan menengah. Persentasenya, 48 untuk Jokowi-JK dan 45 untuk Prabowo-Hatta.
"Jokowi yang dikenal lebih merakyat menjadi faktor para pemilih berpendidikan rendah, lebih cenderung ke Jokowi-JK," jelas Fitri. Di kalangan pemilih lulusan SD atau di bawahnya, Jokowi-JK unggul dengan 46,10 persen suara. Sedangkan Prabowo-Hatta hanya 34,30 persen.
Di jenjang pendidikan SMP dan sederajat, Jokowi-JK juga masih mengungguli Prabowo-Hatta dengan perolehan 48,10 persen berbanding 38,80 persen suara.
Di kalangan pemilih berpendidikan SMA sederajat, Jokowi-JK unggul tipis, yakni 45,40 persen suara. Sedangkan Prabowo-Hatta mendapatkan 45 persen.
Untuk kalangan pemilih berpendidikan tinggi seperi sarjana strata 1 dan sederajat, Prabowo-Hatta memperolehan dukungan 43,70 persen. Sementara Jokowi-JK hanya 38,10 persen.
Â
Advertisement
Berebut Suara Santri
Â
Berebut Suara Santri
Perbedaan pemilih juga terlihat dari segi paham agama. Dari hasil survei LSI yang dirilis Kamis, 26 Juni 2014, Prabowo-Hatta unggul di kelompok warga Muhammadiyah, yakni 48,60 persen. Sedangkan Jokowi-JK harus puas dengan 42,60 persen dukungan. "Sosok cawapres Hatta Rajasa yang dari Muhammadiyah membuat pemilih lebih condong ke Prabowo-Hatta," ujar Fitri.
Sedangkan pada kelompok Nahdlatul Ulama (NU), pemilih lebih cenderung ke Jokowi-JK dengan perolehan 46,20 persen dukungan. Untuk Prabowo-Hatta, hanya didukung 40,20 persen suara.
"Banyaknya tokoh NU yang mendukung Jokowi-JK, membuat warga NU lebih cenderung memilih Jokowi-JK," tambah Fitri.
Secara keseluruhan, hasil survei Cyrus Network menunjukkan Jokowi-JK masih unggul 13 persen dari Prabowo-Hatta.
"Angka minimal Jokowi-JK 56,5 persen. Sementara angka optimum Prabowo hanya 43,5 persen. Artinya jarak masih di atas 10 persen," kata Direktur Cyrus Network Hasan Nasbi Batupahat dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat 13 Juni 2014.
Semakin dekat pemilu, jumlah pemilih yang belum menetapkan pilihannya juga semakin mengecil yakni di angka 5,3 persen. "Kita tak memakai istilah undecided tapi pakai unidentified, artinya yang tidak teridentifikasi dan angkanya makin mengecil. Bahkan 2,9 persen dari 5,3 persen itu condong memilih Jokowi-JK. Jadi sulit untuk memperkecil jarak bagi Prabowo," jelas Hasan.
Semakin mengecilnya jarak elektabilitas antara Prabowo dan Jokowi tentu tak bisa membuat kedua pasang capres dan cawapres berleha-leha. Mereka harus memanfaatkan sisa waktu kampanye yang tinggal dua pekan, dengan sebaik-sebaiknya untuk bisa menjadi pemenang dalam pilpres 9 Juli mendatang. (Ali)