Shinta Gus Dur: Ajaran Puasa Sesuai dengan Konsep Bernegara

Shinta gembira bisa berbuka puasa bersama warga dan toko lintas agama Cirebon.

oleh Panji Prayitno diperbarui 03 Jun 2017, 12:15 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2017, 12:15 WIB
Panji Prayitno/Liputan6.com
Shinta Nuriyah buka bersama tokoh lintas agama di Cirebon

Liputan6.com, Cirebon - Istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Shinta Nuriyah menyatakan, ajaran puasa sesuai dengan bernegara dan berbangsa. Apa yang ada di puasa seiring dengan apa yang harus dilakukan untuk bangsa dan negara.

Puasa mengajarkan untuk peka dan peduli terhadap  kaum marjinal, terpinggirkan, dan duafa yang selama ini menjadi korban.

"Tiap Ramadan saya rutin menggelar sahur dan buka puasa dengan kaum duafa, marjinal, dan orang terpinggirkan dan lintas agama," kata Shinta di acara buka bersama warga dan tokoh lintas agama di Cirebon, Kamis 1 Juni 2017.

Shinta mengaku gembira bisa berbuka puasa bersama warga dan toko lintas agama Cirebon.

Pada kesempatan tersebut, Shinta menyampaikan pandangannya tentang kondisi negara dan Pancasila. Menurut dia, kondisi negara saat ini sangat mengkhawatirkan.

Terlihat dari sejumlah kejadian yang menimpa NKRI hingga menggoyahkan keimanan yang akan melunturkan Bhineka Tunggal Ika.

"Apalagi setelah terjadi pengeboman, menurut saya tidak hanya meresahkan tapi mengkhawatirkan," ujar dia.

Dari rangkaian kejadian tersebut, dia meminta seluruh elemen masyarakat menggali kembali nilai-nilai Pancasila. Kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut dia, Pancasila bukan hanya untuk dihafalkan, atau dipajang di dinding rumah. Pancasila, kata Shinta harus benar-benar diamalkan dalam kehidupan nyata.

"Karena pancasila dirumuskan oleh pendiri menyesuaikan adat dan budaya masyarakat di Indonesia. Jadi semuanya sudah tercantum dalam pancasila itu sendiri. Sudah pas sekali kalau Pancasila jadi dasar negara, falsafah dan pegangan hidup untuk berbangsa dan bernegara," ujar Shinta Nuriyah

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya