Machine Learning Jadi Solusi Atasi Kemacetan Saat Mudik

Pemanfaatan teknologi machine learning dapat menjadi saolusi untuk mengatasi kemacetan saat mudik Lebaran.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 13 Jun 2017, 09:20 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2017, 09:20 WIB
Kemacetan lalu lintas mudik lebaran 2016
Kemacetan lalu lintas mudik lebaran 2016

Liputan6.com, Jakarta - Saat mudik Lebaran, tak dimungkiri macet masih menjadi salah satu masalah yang belum dapat diselesaikan hingga tuntas. Namun dengan perkembangan teknologi informasi komunikasi, data science dapat diimplementasikan sebagai solusi.

Menurut Chief Lembaga Riset Sharing Vision, Dimitri Mahayan, solusi perjalanan calon pemudik sebetulnya dapat diketahui, terutama lewat mekanisme perekaman keluar-masuk pintu tol. Data itu termasuk dari sisi jumlah kendaraan masuk atau keluar, termasuk jenis kendaraan.

"Data ini tentunya disimpan dalam database. Para penyelenggara tol memerlukan data ini secara terperinci untuk memastikan pengumpulan pembayaran biaya tol," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Tekno Liputan6.com, Selasa (13/6/2017).

Ia menuturkan, akurasi data sangat tinggi karena merupakan data transaksional dan terkait rupiah. Penggunaan data ini juga semestinya dapat dikembangkan suatu model detektor kemacetan.

"Dapat dibuat sebuah sistem aplikasi untuk memprediksi peluang terjadinya kemacetan dengan merujuk data input yang berasal dari pintu tol tersebut," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, dapat dibentuk satu tim berisi ahli perilaku berkendara jalan tol, ahli prakiraan lalu lintas jalan tol, senior data scientist, termasuk ahli matematika terutama proses stokastik (peluang, red.) yang digabung pengembang aplikasi machine learning dan data analytics.

Dosen Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung ini juga mengatakan, keberadaan aplikasi analisis yang berbasis open source, membuat pengembangan model semacam ini tak perlu membutuhkan biaya mahal.

Karenanya, ia berharap pihak berwenang dapat mengurangi peluang bencana kemacetan di masa depan. Apabila sistem seperti ini belum digunakan untuk 2017, ia tak menutup kemungkinan sistem serupa dapat berguna di tahun depan.

Merujuk data Dishub Jawa Barat, kemacetan sekaligus potensi kecelakaan arus mudik dan arus balik terdapat di enam titik di jalur utara, sembilan titik di jalur tengah, dan sembilan titik di jalur selatan Jawa Barat. Titik rawan kecelakaan didominasi oleh tanjakan terjal, turunan curam, serta jalanan berkelok, terutama di jalur selatan.

Titik rawan kecelakaan di jalur selatan terdapat di Ciloto, Cisarua, Padalarang, Cipatat, Cimahi, Kabupaten Bandung (Nagreg dan Cijapati), Tasikmalaya (Gentong dan Ciawi), Garut (Malangbong, Kadungora, dan Leles), serta Jalan Raya Ciamis. Sementara sembilan titik rawan kecelakaan lainnya di jalur tengah, meliputi Purwakarta (Jalan Cijantung, Bungursari, dan Cibatu). Majalengka (Jatiwangi dan Kadipaten), Kuningan (Bandorasa Wetan), dan Jalan Kuningan-Ciamis.

Enam belas titik rawan kecelakaan di jalur utara Jawa Barat terbagi ke dalam wilayah yakni Subang (Jalan Johar, Jalan Tuparev KM71 dan 73, Srengseng, Patokbeusi, Tanjakan Emen, Mundingsari, dan Pamanukan), Indramayu, Karanganyar, Jangga, Kabupaten Cirebon (Jalan Susukan, Cibeberan, Plumbon, dan Pangenar), serta Kota Cirebon (Jalan A Yani dan Tol Cipali).

(Dam)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya