Buah Manis Buruh Miskin Asal Probolinggo demi Menunaikan Haji

Setiap mendapatkan upah, dia menyisihkan untuk melunasi biaya haji. Bahkan, dia dan keluarga rela tinggal di gubuk yang reyot.

diperbarui 24 Jul 2018, 18:49 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2018, 18:49 WIB
Lempar Jumrah
Seorang petugas keamanan Arab Saudi berjaga saat pelaksanaan lempar jumrah di Mina, dekat kota suci Makkah, Arab Saudi, (1/9). Batu-batu yang dilemparkan diambil dari hamparan Muzdalifah. (AP Photo / Khalil Hamra)

Probolinggo - Ju'an, seorang kakek berusia 76 tahun asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, akhirnya bisa mewujudkan impiannya menjalankan ibadah haji. Usai menabung berpuluh-puluh tahun, buruh tani miskin warga Desa Opo-opo, Kecamatan Krejengan, itu akhirnya bisa menunaikan rukun Islam kelima, haji di tanah suci Makkah. 

Ju’an, JCH (jemaah calon haji) yang sudah lanjut usia ini akan berangkat pada Rabu (25/7/2018), pukul 05.00 WIB. Ia berangkat di Kelompok Terbang (Kloter) 28, rombongan 05 regu 04, melalui KBIH Safara Qolbi.

Saat TIMES Indonesia (timesindonesia.co.id) bertandang ke rumahnya, Selasa (24/7/2018). Ju'an, yang kesehariannya berkerja sebagai tukang mengairi sawah milik orang ini, tampak mempersiapkan keberangkatannya.

Ia yang hanya tinggal di rumah berdinding gedek berukuran 9x5 meter ini, berangkat haji tidak bersama istrinya (Mustimah). Sebab, menurut dia, hasil menabung hanya cukup berangkat haji sendiri.

Ju’an bercerita, sebagai tukang mengairi sawah (buruh tani) ini, dia tidak mendapatkan upah tiap hari. Dia menerima upah dari pemilik sawah tiap musim panen tiba, yakni tiga bulan sekali. Meski demikian, ia bertekad berangkat ibadah haji. Karena itu, ia sejak puluhan tahun lalu menyisihkan uang untuk ongkos naik haji.

"Tiga bulan sekali dari luas sawah sekitar sembilan hektare milik orang ini, saya mendapat upah kadang Rp 2,5 juta, kadang Rp 3 juta. Saya mengedepankan ibadah dulu, yang penting mimpi saya untuk naik haji terkabul. Soal rumah saya reyot dan jelek tak jadi masalah, yang penting saya bisa naik haji," ujar Ju’an, kepada TIMES Indonesia (timesindonesia.co.id).

Menurut Ju’an, dirinya menabung selama 9 tahun untuk pelunasan pemberangkatan sebagai JCH. Namun, sebelumnya, ia sedikit demi sedikit, menabung sendiri di rumahnya.

"Saya hanya tinggal bersama istri di rumah kecil berdinding gedek ini, kami masih belum dikaruniai keturunan selama menikah 32 tahun lamanya. Mohon doanya atas keberangkatan saya ke Makkah," ucapnya.

Ju'an, seorang tukang mengairi sawah di Kabupaten Probolinggo, berangkat ke Tanah Suci bersama 820 JCH lainnya, yang terdiri dua kloter. Ia akan diberangkatkan dari miniatur Kakbah di Desa Curasawo, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo.

Baca berita menarik lainnya dari Times Indonesia di sini.

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya