Liputan6.com, Banyuwangi - Ramadan 1440 H kali ini, Pemkab Banyuwangi kembali menggelar Festival Patrol. Seni musik yang identik sebagai tradisi membangunkan orang ketika waktu sahur itu, memeriahkan malam Ramadan di ujung timur pulau Jawa.Â
Sejak Jumat, 10 Mei 2019, sedikitnya 25 grup patrol dari perwakilan masing-masing kecamatan unjuk kebolehan. Tidak hanya menyajikan alunan musik bambu, masing-masing grup patrol mengaransemen syair-syair reliji yang sarat dengan puja-puji kepada Allah dan Nabi Muhammad. Bahkan, untuk melengkapi penampilannya, para peserta memakai kostum panggung yang menarik.Â
Ratusan warga pun antusias melihat atraksi patrol yang dibuka oleh Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko. Tak hanya di panggung utama, namun di sepanjang rute yang dilalui pawai patrol ini dipenuhi warga yang menyaksikan musik tradisi ini.
Advertisement
Baca Juga
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Festival Patrol berkeliling kampung melakukan atraksi. Bedanya, pada tahun ini panggung utama sebagai awal start dipusatkan di Taman Blambangan. Bukan di Stadion Dipomegoro seperti tahun lalu.
"Kami pusatkan di Taman Blambangan, agar efektif. Jadi, semua terintegrasi. Mulai pasar takjil Ramadan, tempat ibadah hingga berbagai Festival Ramadan," ungkap Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas melalui layanan facetime saat pembukaan acara tersebut.
Musik patrol memanfaatkan bambu sebagai medianya. Batang bambu dipotong sesuai dengan ruasnya dan diberi lubang kecil memanjang di salah satu sisinya. Semakin besar diameter bambu maupun besaran lubang akan mempengaruhi suara yang dikeluarkan alat musik patrol.
"Bambunya diketuk dengan irama tertentu. Disesuaikan dengan lagu yang dimainkan. Biasanya, juga dicampur dengan Jedor sebagai pengatur ritme," ungkap Burhan, salah satu peserta Festival Patrol.
Burhan mengaku sudah sejak kecil memainkan musik patrol setiap Ramadan. Ia bersama teman-temannya berkeliling kampung untuk membangunkan orang sahur. Biasanya, saat bertemu dengan grup patrol lainnya, mereka akan saling berlomba untuk menyajikan tabuhan terbaiknya.
"Saya tak tahu persis sejak kapan tradisi ini ada di Banyuwangi. Yang pasti, sejak zaman kakek saya sudah ada katanya," aku peserta berusia 32 tahun tersebut.
Tradisi musik pada Festival Patrol yang telah mengakar cukup kuat di tengah masyarakat Banyuwangi itulah, yang coba dilestarikan oleh Pemda Banyuwangi. Gelaran Festival Patrol menjadi bagian untuk menghidupkan khazanah tradisi.
"Selain itu, kita juga mencoba untuk mengemas tradisi patrol ini menjadi atraksi budaya yang menarik kunjungan wisatawan," ungkap Anas.
Sebagaimana diketahui, untuk membangun industri pariwisata, salah satunya adalah atraksi. Semakin unik dan khas atraksi yang ditampilkan, semakin membuat orang ingin melihatnya.
"Patrol ini merupakan atraksi khas yang tak banyak daerah lain mengemasnya menjadi pertunjukan. Banyuwangi memulainya," pungkas Anas.
Saksikan juga video pilihan berikut ini: