Liputan6.com, London - Kekhawatiran telah dikemukakan oleh banyak suara-suara tokoh politik sayap kanan di Inggris.
Rasa khawatir itu dinilai dapat memicu Islamofobia, setelah seorang jurnalis meramalkan "lonjakan" dalam kasus Corona COVID-19 selama Ramadan.
Advertisement
Baca Juga
Andrew Pierce, seorang jurnalis untuk tabloid Daily Mail, menulis kicauannya di Twitter pada hari Minggu: "Jika keluarga berkumpul untuk bulan suci Ramadan maka akan ada lonjakan besar dalam kasus Corona COVID-19. Dokter sangat khawatir."
Tweet-nya disambut dengan kemarahan oleh akademisi, jurnalis dan aktivis yang menuduhnya membuat klaim yang tidak berdasar, demikian dikutip dari laman Aljazeera, Rabu (15/4/2020).
Sebuah artikel yang diterbitkan oleh The Times pada hari yang sama membangkitkan sentimen serupa.
Di antara mereka yang kritis terhadap retorika ini adalah Miqdaad Versi, seorang juru bicara Dewan Muslim Inggris.
Berbicara kepada Al Jazeera, ia mengatakan itu sangat penting "untuk berjaga-jaga terhadap retorika sayap kanan" yang menjadikan Muslim sebagai "ancaman bagi seluruh masyarakat".
Tell Mama, sebuah kelompok yang memantau serangan anti-Muslim, melaporkan puluhan insiden pada Maret, di mana kelompok-kelompok sayap kanan diduga menyebarkan teori konspirasi menyalahkan Muslim untuk pandemi COVID-19.
Kelompok ini juga harus menyanggah banyak posting media sosial yang menyebarkan berita palsu.
Simak video berikut ini:
Argumen Peneliti
Di antara mereka ada tweet yang menuduh beberapa Muslim di Wembley, London barat laut, mengabaikan peraturan jarak sosial dengan berdoa di jalan.
Suriyah Bi adalah dosen di London School of Oriental and African Studies, melakukan penelitian tentang bagaimana Muslim Inggris mempersiapkan dan mengatasi Virus Corona.
Berbicara tentang temuannya, yang sejauh ini telah mensurvei 283 orang, Bi mengatakan kepada Al Jazeera:
"Menyalahkan umat Islam atas penyebaran virus sama sekali tidak berdasar, karena penelitian kami yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa 100 persen Muslim Inggris yang sejauh ini mengambil bagian dalam penelitian ini sangat mengikuti langkah-langkah menjauhkan sosial dan tidak menghadiri pertemuan keagamaan dan sosial."
Advertisement