Umat Nonmuslim Ikut Berburu Takjil Jadi Potret Toleransi Umat Beragama di Sikka

Potret toleransi beragama di Sikka NTT begitu terasa saat bulan Ramadhan.

oleh Dionisius Wilibardus diperbarui 23 Apr 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2021, 12:00 WIB
Warga membeli hidangan takjil yang dijual pedagang, di jalan Sultan Hasanudin, Beru, Kabupaten Sikka, NTT. (Liputan6.com/ Dionisius Wilibardus).
Warga membeli hidangan takjil yang dijual pedagang, di jalan Sultan Hasanudin, Beru, Kabupaten Sikka, NTT. (Liputan6.com/ Dionisius Wilibardus)

 

Liputan6.com, Sikka - Potret toleransi beragama di Sikka NTT begitu terasa saat bulan Ramadhan. Tiap sore suasana itu terasa begitu kental di pusat takjil yang ada di kampung muslim, di Jalan Sultan Hasanuddin, Beru, Sikka.

Pantauan media Liputan6.com, Kamis (22/4/2021), para pedagang takjil di kawasan itu datang dari berbagai suku dan agama, berkumpul untuk menjual menu berbuka puasa bagi umat muslim. Selain umat muslim yang akan berbuka puasa, warga nonmuslim juga ikut menyerbu dagangan berupa es buah, es cendol, gorengan, aneka puding, nasi unti, lopis, dan lemper bakar, dan jajanan takjil lainnya.

Barisan pedagang takjil berjajar rapi di jalan Sultan Hasanudin, kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Para pedagang takjil yang merupakan warga asli Maumere, bahkan ada juga pedagang takjil dari suku Jawa, Madura, dan Makassar yang sudah menetap lama di Maumere.

Toleransi dan kerukunan sangat terasa, meski berbeda suku dan keyakinan, mereka saling menghormati. Yang menarik, pembeli takjil di kawasan ini justru lebih banyak datang dari warga nonmuslim, apalagi harganya yang sangat terjangkau.

Meri, salah satu pedagang takjil saat ditemui Liputan6.com mengatakan, selain umat islam yang membeli dagangan hendak berbuka puasa dan juga ada pembeli dari nonmuslim yang membeli dagangannya.

Dia mengaku pembeli dagangan takjilnya lebih banyak pembeli dari nonmuslim. Mengingat mayoritas penduduk di Kabupaten Sikka dari kalangan nonmuslim.

"Kalau umat Islam asli sini pasti mereka buat takjil ini untuk buka puasanya di rumahnya. Dagangan takjil kita ini biasa dibeli umat Islam asal Jawa yang bekerja sementara di kota Mumere, Kabupaten Sikka, NTT. Kalau jalan Sultan Hasanudin ini, saat bulan suci Ramadhan biasa pembeli dari nonmuslim paling banyak," ungkapnya.

Meri mengakui selama bulan Ramadhan, banyak sekali yang datang membeli takjil ini terutama di sore hari sekitar jam 16.00 Wita. Dikatakannya pada bulan suci Ramadhan kali ini dirinya harus menambah lagi jumlah dagangan takjil ketimbang di hari-hari biasa.

"Terima kasih sudah beberapa hari ini jualan takjil ini habis terus. Peminatnya cukup banyak dagangan saya, hampir setiap hari laku dibeli," katanya.

 

Simak Juga Video Pilihan Berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya