Punya Sakit Maag? Begini Pola Makan yang Baik Selama Puasa Ramadhan Menurut Dokter

Pasien maag yang akan berpuasa disarankan untuk tidak melewatkan makan sahur selama Ramadhan.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Apr 2022, 06:15 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2022, 06:15 WIB
Ilustrasi puasa, buka puasa, sahur
(Photo by Dan DeAlmeida on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Spesialis Penyakit Dalam dr Bonita Effendi, Sp.PD, B.MedSci, M.Epid dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, pasien sakit maag sebaiknya cermat mengatur pola makan ketika menjalani puasa Ramadhan. Ini agar mereka mendapat manfaat dari puasa yang dilakukan.

Salah satu yang disarankan oleh Bonita yakni berbuka puasa dengan porsi kecil terlebih dahulu.

"Ketika berbuka puasa sebaiknya tidak langsung makan dalam porsi besar, lakukan dengan bertahap, makan dengan porsi sedikit terlebih dahulu kemudian dengan frekuensi agak kering sampai jam sahur. Misalnya, berbuka dengan buah kurma," jelas Bonita yang berpraktik di RS Pondok Indah - Puri Indah, dilansir Antara.

Selain itu, pasien maag sebaiknya memberi jeda antara waktu makan dan waktu tidur minimal 2 jam guna mencegah risiko naiknya asam lambung yang dapat menyebabkan refluks gastroesofageal, yakni gangguan pencernaan kronis apabila asam dari perut mengalir kembali ke esofagus atau kerongkongan.

Pasien juga disarankan untuk tidak melewatkan makan sahur. Ketika sahur, sebaiknya mengonsumsi karbohidrat kompleks agar dicerna tubuh lebih lambat sehingga pasien tidak mudah lapar.

 

 

Jaga Tubuh Tetap Terhidrasi dan Kelola Emosi

Makanan yang meningkatkan asam lambung seperti cokelat, kopi, berlemak atau gorengan serta memiliki rasa asam dan pedas perlu dihindari pasien. Makan-makan tersebut berpotensi meningkatkan asam lambung.

Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih minimal 8 gelas per hari yang dibagi pada saat sahur dan berbuka. Juga, minum obat lambung sesuai anjuran dokter ketika sahur dan berbuka.

Pasien juga sebaiknya menerapkan anger management guna mencegah maag muncul terkait gangguan psikis (kecemasan).

Hal lain yang tak kalah penting menurut Bonita yaitu berkonsultasi dengan dokter karena setiap pasien memiliki kondisi penyakit yang berbeda.

"Kondisi pasien akan dilihat untuk menilai kemampuan tubuh untuk memastikan mungkin atau tidaknya pasien menunaikan kewajiban ibadah puasa," katanya.

Hindari Makan Balas Dendam

Menurut Bonita, puasa Ramadhan bisa dikatakan sebagai prolonged intermittent fasting, yaitu dengan makan dua kali dalam sehari dengan jarak antara 2 makan sekitar 14 jam. Melalui puasa diharapkan asupan makan Anda akan menurunkan asupan kalori serta lemak.

Seiring berkurangnya asupan lemak, maka akan menurunkan asupan kolesterol. Nantinya diharapkan parameter pemeriksaan penunjang akan mengalami perbaikan seperti kolesterol total, trigliserida, LDL, asam urat, bahkan kadar glukosa darah.

"Asalkan dilakukan dengan pemilihan makanan dan minuman yang tepat dan tidak menerapkan kebiasaan 'makan balas dendam' dalam porsi besar saat berbuka dan sahur," pesan Bonita.

Infografis

Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19, Yuk Tetap Taat Protokol Kesehatan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Sudah Vaksinasi Covid-19, Yuk Tetap Taat Protokol Kesehatan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya