Liputan6.com, Jakarta Pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, Nabi Muhammad SAW menyambut malam Lailatul Qadar dengan mengajarkan kepada umatnya agar melakukan i’tikaf di masjid. Walaupun i’tikaf bisa dilakukan kapan saja.
Bahkan dalam pandangan Imam Syafi’i, walaupun hanya sesaat selama dibarengi oleh niat yang suci, namun Nabi Muhammad selalu melakukannya pada sepuluh hari dan malam terakhir bulan puasa. Di sanalah beliau bertadarus dan merenung sambil berdoa.
Baca Juga
Doa yang sering dipanjatkan oleh Nabi Muhammad tersebut bukan sekadar berarti permohonan untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat, tetapi juga untuk memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebajikan yang dimaksud.
Advertisement
Dikutip NU, salah satu doa yang paling sering beliau baca dan hayati maknanya adalah:
Doa Nabi Muhammad
Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzabannar.
(Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka).
Artinya daya atau kemampuan untuk mendapatkan kebajikan tersebut. Sebab doa sendiri mengandung arti permohonan yang disertai usaha.
Kalau yang demikian itu dapat diraih oleh manusia, maka jelaslah ia telah memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat.
Karena itu, tidak heran jika kita mendengar jawaban Rasulullah SAW yang menunjuk pada doa tersebut ketika istri beliau, Aisyah radhiyallahu anha menanyakan doa apa yang harus dibaca jika ia merasakan kehadiran malam lailatul qadar? (Fathoni) Disarikan dari M. Quraish Shihab dalam buku karyanya ”Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat.” (Mizan, 1999).
Advertisement