Liputan6.com, Banjarnegara - Wakil Gubernur Jawa Tengah, (Wagub Jateng), Taj Yasin Maimoen mengatakan, hingga saat ini pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terus diupayakan di berbagai sektor publik. Selain UMKM, sekolah dan lainnya, pondok pesantren juga menjadi salah satu prioritas.
Wagub berharap PLTS ini diharapkan bisa memberikan mengurangi biaya listrik bagi pengasuh pondok pesantren. Selama ini biaya listrik masih dirasa berat bagi sebagian pesantren. Besarnya manfaat PLTS, membuat Wagub mendorong pemanfaatan energi ini secara luas. Terlebih Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa memiliki suplai panas matahari berlimpah.
"Manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan matahari. Kita punya energi yang besar dan gratis. Ayo kita manfaatkan dengan maksimal. Kita dekatkan (PLTS) ini dengan pesantren, agar nantinya mereka bisa ikut mempelajari dan turut membantu masyarakat lainnya," imbaunya saat menyerahkan bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS Atap di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin, di Desa Mantrianom, Kabupaten Banjarnegara, Jumat (12/08/2022) malam, dikutip dari laman Pemprov Jateng, Senin (15/8/2022).
Advertisement
Baca Juga
Terkait keberhasilan Pemprov Jateng dalam menerapkan energi terbarukan, Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng, Sujarwanto, mengatakan, saat ini Jateng menjadi salah satu provinsi yang mempelopori transisi penggunaan energi fosil menjadi energi baru terbarukan. Hal ini seiring upaya Gubernur dan Wagub Jateng, yang giat mengampanyekan penggunaan energi baru terbarukan seperti PLTS.
"Kita punya tekad, Jateng Solar Provence, provinsi yang basis energinya banyak-banyak dari matahari. Kenapa ini duluan yang dicanangkan pimpinan kita di Jateng, karena matahari itu energi gratis," kata Sujarwanto, di Banjarnegara.
Sujarwanto menyebutkan, hingga saat ini di Provinsi Jateng memiliki pembangkitan listrik dari PLTS hingga mencapai 300 megawatt. Capaian ini lantaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota didorong untuk menggunakan PLTS. Selain itu, banyak sektor industri juga mengikuti kampanye Jateng Solar Province yang dicanangkan.
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Tekad Jateng Jadi Provinsi Solar Cell
Gerakan tersebut diawali dengan pembangunan PLTS di kantor ESDM Jateng pada tahun 2017. Setahun kemudian diikuti oleh beberapa kantor lainnya. Setelah itu Gubernur Jateng, menginstruksikan ke SKPD termasuk bupati/walikota, agar memasang PLTS di kantor-kantor pemerintahan.
Pada sisi penganggaran, pemasangan PLTS juga menyasar ke sektor bangunan ruang publik seperti sekolahan dan pondok pesantren. Namun, karena Pandemi Covid-19, rencana pemasangan PLTS diperluas hingga menyasar ke usaha mikro kecil menengah (UMKM).
"Kita bantukan juga untuk UMKM agar kemudian UMKM-nya punya energi gratis. Sampai hari ini kita kembangkan, bahkan dari APBN juga memperhatikan itu. Akhirnya Jawa Tengah dalam konteks transisi energi antar provinsi di nasional termasuk yang jadi pelopor," paparnya.
Lebih jauh Sujarwanto menjelaskan, PLTS dapat memberikan keringanan, khususnya pada sektor publik seperti UMKM, sekolah, dan pondok pesantren. Apalagi, yang membutuhkan listrik untuk produksi pada siang hari akan terasa jauh efisien.
Dia mencontohkan, bantuan PLTS di salah satu UMKM kerajinan rotan dan mebel di Desa Trangsan, Sukoharjo. Alat produksi penekuk rotan dan mesin ketam yang memerlukan daya besar, dapat disuplai listriknya secara gratis melalui tenaga matahari. Bahkan, di sektor pertanian, energi tenaga surya bisa digunakan untuk menghidupkan mesin pompa air untuk mengairi sawah.
"Padahal kalau pakai energi PLN (listrik batubara) harus berapa membayarnya. Pertanian juga sama, sudah mulai jalan. Saya kasih contoh di Purworejo, Kebumen, ternyata ramai-ramai petani melakukan pengairan, tidak lagi pakai diesel, tapi pakai surya," tuturnya.
Advertisement