Liputan6.com, Jakarta - Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW ke dunia ini sebagai rasul terakhir. Beliau diutus untuk mengembangkan agama Islam dengan dakwah yang berlandaskan pad dalil-dalil yang dapat meyakinkan kebenarannya, tidak ada paksaan yang berlandaskan kekuatan senjata dan harta benda.
Akan tetapi kaum musyrikin terus menentang Rasulullah dengan segala macam cara, mulai dari perkataan sampai kepada perbuatan yang di luar batas kemanusiaan, sehingga banyak kaum Muslimin terpaksa hijrah ke negeri Habsyah (Ethiopia) dan tempat-tempat lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Oleh karena Nabi Muhammad SAW dan sebagian sahabat masih bertahan di Makkah, untuk melanjutkan dakwah, maka kaum musyrikin Quraisy mengadakan musyawarah di suatu tempat yang bernama "Darun Nadwah" untuk mengambil suatu keputusan apakah Muhammad harus dibunuh atau dibuang saja.
Akhirnya mereka memutuskan bahwa Muhammad harus dibunuh. Di dalam keadaan yang gawat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, yang kemudian diikuti oleh para sahabatnya yang mampu datang ke Madinah.
Nabi dan para sahabatnya yang turut hijrah disambut dengan luar biasa oleh penduduk Muslim di sana yaitu Kaum Anshar, seperti yang diterangkan Allah dalam firman-Nya:
وَالَّذِيْنَ تَبَوَّءُو الدَّارَ وَالْاِيْمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَاجَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ اُوْتُوْا وَيُؤْثِرُوْنَ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَۚ ٩
Orang-orang (Anshar) yang telah menempati kota (Madinah) dan beriman sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) mencintai orang yang berhijrah ke (tempat) mereka. Mereka tidak mendapatkan keinginan di dalam hatinya terhadap apa yang diberikan (kepada Muhajirin). Mereka mengutamakan (Muhajirin) daripada dirinya sendiri meskipun mempunyai keperluan yang mendesak. Siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran itulah orang-orang yang beruntung.(QS. al-hasyr/59: 9)
Saksikan Video Pilihan Ini:
Teladan Kaum Anshar
Kaum Anshar merupakan penduduk Madinah dari Bani Aus dan Khazraj yang bersumpah setia untuk menolong Rasulullah SAW dan kaum Muslim Mekah. Mereka turut menyediakan rumah, makanan, dan kehidupan bagi para saudara Muhajirin.
Persaudaraan kaum Muhajirin dan Anshar lebih kuat daripada ikatan nasab dan kerabat serta menjadi teladan dan pilar dalam membangun masyarakat.
1. Kaum Anshar mencintai orang-orang Muhajirin, dan menginginkan agar orang Muhajirin itu memperoleh kebaikan sebagaimana mereka menginginkan kebaikan itu untuk dirinya. Rasulullah SAW memper-saudarakan orang-orang Muhajirin dengan orang-orang Ansar, seakan-akan mereka saudara kandung.
2. Kaum Anshar tidak berkeinginan memperoleh harta fai' seperti yang telah diberikan kepada kaum Muhajirin. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw berkata kepada orang-orang Anshar:
"Sesungguhnya saudara-saudara kami (Muhajirin) telah meninggalkan harta-harta dan anak-anak mereka dan telah hijrah ke negerimu."
Mereka berkata, "Harta kami telah terbagi-bagi di antara kami."
Rasulullah bertanya, "Atau yang lain dari itu?"
Mereka berkata, "Apa ya Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Mereka adalah orang yang tidak bekerja, maka sediakan tamar dan bagikanlah kepada mereka."
Kaum Anshar pun menuruti perintah dari Rasulullah.
3. Kaum Anshar mengutamakan orang Muhajirin atas diri mereka, sekalipun mereka sendiri dalam kesempitan, sehingga ada seorang Anshar mempunyai dua orang istri, kemudian yang seorang diceraikannya agar dapat dikawini temannya Muhajirin.
Advertisement