Makna Lailatul Qadar, Doa dan Hikmahnya Sebagaimana Diajarkan Rasulullah SAW

Makna Lailatul Qadar dan Doa yang Diajarkan Rasulullah SAW kepada Aisyah

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Apr 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2023, 10:30 WIB
Cara Rasulullah Sambut Lailatul Qadar
Doa Lailatul Qadar / Sumber: iStcokphoto

Liputan6.com, Jakarta - Malam lailatul Qadar sangat didamba oleh umat Islam pada bulan Ramadhan. Karenanya, banyak yang lebih khusyuk beribadah demi mendapatkan malam seribu bulan tersebut.

Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA, Ketua PC Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh menjelaskan, para ulama berbeda pendapat mengenai makna Lailatul Qadar. Menurut sebagian ulama, makna Lailatul Qadar adalah malam kemuliaan.

Dinamakannya dengan malam kemuliaan karena keagungan kedudukan, kemuliaan dan ketinggian malam ini di sisi Allah ta’ala. Karena Dia menurunkan Al-Qur’an yang memiliki kemuliaan, dengan perantara malaikat yang memilki kemuliaan, atas umat yang memiliki kemuliaan. Maka umat Islam menjadi mulia dan mempunyai kedudukan yang tinggi dengan turun Al-Qur’an.

"Maka datangnya malam Lailatul Qadar pada setiap tahun untuk mengingatkan umat Islam bahwa jika umat ingin kemuliaan dan kedudukan yang tinggi, maka umat wajib kembali kepada Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai manhaj (pedoman hidup)," tulisnya, mengutip laman suaramuhammadiyah.id.

Sebagian ulama lain berpendapat bahwa maknanya adalah malam ketetapan. Dinamakan malam Lailatul Qadar dengan malam ketetapan karena pada malam ini semua amalan manusia dan lainnya selama setahun ditetapkan berdasarkan firman Allah ta’ala,

Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. ” (Ad-Dukhan: 3-4).

Ibnu Qutaibah berkata, “Makna al-qadr adalah al-qadar (ketetapan). Maka makna Lailatul Qadar adalah malam yang ditetapkan hukum-hukum (ketetapan-ketetapan) Allah dalam setahun.

"Ada juga yang berpendapat al-qadar itu bermakna adh-dhaiq berarti sempit. Maka makna malam Lailatul Qadar adalah malam yang sempit. Maksudnya malam yang bumi menjadi sempit dengan turunnya para malaikat. Makna ini diperkuat dengan ayat, “Namun, apabila Tuhan mengujinya, lalu membatasi rezkinya,” (Al-Fajr: 16). 

Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Para ulama berbeda pendapat dalam maksud Al-Qadar yang disandarkan kepada Lailah (malam). Ada ulama yang berpendapat maksudnya at-ta’zhim (pengagungan) sebagaimana firman Allah ta’ala, “Mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya…” (Al-An’am: 91). Maknanya adalah malam yang mempunyai keagungan karena padanya turun Al-Qur’an, atau karena padanya terjadi turunnya para malaikat, atau karena padanya turun keberkahan, rahmat dan maghfirah, atau apa yang dihidupkan padanya menjadi mulia. Ada juga ulama yang berpendapat maknanya at-tadhyiq (penyempitan), sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan orang yang terbatas rezkinya” (Ath-Thalaq: 7). Makna ath-thadyiq padanya (malam ini) adalah tersebunyinya malam ini dari pengetahuan secara pastinya, atau karena dunia sempit padanya dengan para malaikat. Ada juga yang berpendapat bahwa al-qadar disini dengan fahah dal yang bermakna sama dengan al-qadha’ (ketetapan). Maknanya pada malam ini ditetapkan hukum-hukum tahun itu sebagaimana firman Allah ta’ala, “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Ad-Dukhan: 4). Dengan inilah imam An-Nawawi memulai perkataannya, ia berkata, “Para ulama telah berkata, dinamakan Lailatul Qadar karena para malaikat menulis ketetapan-ketetapan sebagaimana firman Allah ta’ala, “Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh.” (Ad-Dukhan: 4). Dan diriwayatkan dengan makna ini oleh Abdurrazaq dan lainnya dari para ulama tafsir dengan sanad-sanad yang shahih dari Mujahid, Ikrimah, Qatadah, dan lainnya.” (Fathul Bari: 4/324).

Syaikh Al-U’tsaimin berkata, “Dinamakan malam Lallatul Qadar karena dua segi: Pertama, karena pada malam itu amalan-amalan manusia dan lainnya dalam setahun ditetapkan. Dalil yang menunjukkan hal itu adalah firman Allah, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh. ” (Ad-Dukhan: 3-4). Yakni dirinci dan dijelaskan. Kedua; kemuliaan itu – yakni Lailatul Qadar berarti malam yang memilik kemuliaan, karena kedudukannya sangat agung. Hal itu ditunjukkan oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya, ““Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadar. Tahukah kamu apa malam Lailatul Qadr itu? Malam lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan.” (Al-Qadr: 1-3). (Syarhu Riyadhish Shalihin: 5/221-222).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Doa Lailatul Qadar

Berikut ini adalah doa Lailatul Qadar

اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌكريمّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنّي

Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Pemurah, dan menyukai memberikan maaf, maafkanlah aku.

Doa ini berdasar hadis Nabi saw,

عن عا ءىشة قا لت قلت يارسول اللّه أرأيت إن علمت أيّ ليلة القد رماأقول فيها قال قولي اللّهمّا انّك عفوّكريمّ تحبّ العفو فاعف عنّي قال أبو عيسى هذاحديث حسن صحيح

Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra ia berkata: Saya bertanya: Wahai Rasulullah, Maukah engkau memberi tahu aku apa malam lailatul qadar itu dan apa yang harus aku baca pada malam itu? Rasulullah berkata: Ucapkanlah do’a, Allahuma Innaka ‘afuwwun kariim tubibbul-‘afwa fa’fu ‘anni, (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Pemurah, dan menyukai memberikan maaf, maafkanlah aku). Ia mengatakan ini adalah hadits hasan shahih (HR At-Turmudzi)

Hal inilah yang membuat Rasulullah saw sangat berwaspada pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dengan harapan mendapatkan malam qadar yang ditempuh dengan cara beri’tikaf.

 


Hikmah Lailatul Qadar

Lailatul-Qadar adalah malam ketetapan atau malam kepastian tentang qadar atau rukuran rezeki manusia. Pada malam itulah Allah menetapkan dan menentukan nasib seseorang untuk periode setahun yang akan datang.

Pada malam inilah seorang muslim dianjurkan untuk beribadah dan memohon pada Allah untuk mendapatkan martabat yang baik. Malam qadar ini tidak dapat diketahui secara pasti datangnya (Hari ke berapa?) Akan tetapi yang pasti ia muncul dalam bulan Ramadhan. Untuk itu setiap muslim harus berusaha mencari setiap malamnya. Tiada hari yang terlewatkan tanpa ibadah.

Inilah hikmah besar bagi umat Islam mengapa tidak ditentukan kapang datangnya. Alangkah bahagianya bila seseorang sedang bersungguh-sungguh beribadah ketika malam qadar datang. Karena bobot ibadahnya dihitung lebih baik nilai ibadah selama seribu bulan. Disamping itu dosa-dosanya diampuni oleh Allah, sebagaimana diterangkan dalam hadits,

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيَّ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِأِيْمَانًا وَاحْتِسَبًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ أِيْمَانًا وَاحْتِسَبًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi saw ia bersabda: Barang siapa yang beribadah pada lailatul qadar atas dasar iman dan mengharap Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan atas dasar iman dan mengharap Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Al-Bukhari)

Tentang waktu datangnya malam qadar hadits Nabi mengisyaratkan terjadi pada sepuluh hari terakhir, pada malam-malam ganjil sebagaimana ditegaskan dalam hadits,

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُوْلُ للهِ قَالَ تَحَرَّوْالَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرَمِنْ رَمَضَانَ

Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra bahwa Rasulullah saw bersabda: Intailah malam qadar pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain lewat Ibn Abbas dikatakan,

 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ قَالَ الْتَمِسُوْهَافِي الْعَشْرِالْأَوَاخِرَمِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى فِي سَابْعَةٍ تَبْقَى فِي خَامِسَةٍ تَبْقَى

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi saw bersabda: Carilah lailatul aqdar pada sepuh malam terakhir di bulan Ramadhan di hari tinggal sembilan, atau tinggal tujuh, atau tinggal lima, (yaitu tanggal 21, 23, dan 25 Ramadhan). (HR Al-Bukhari). (Sumber: Suaramuhammadiyahid).

Tim Rembulan


Saksikan Video Pilihan Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya