Jadi Penyebab Kematian Terbanyak, Jemaah Haji Diminta Waspadai Serangan Jantung saat Ibadah

Penyakit jantung menjadi penyebab kematian terbanyak jemaah Indonesia di Tanah Suci pada penyelenggaraan haji tahun ini. Hingga hari ke-25 operasional haji atau Sabtu, 17 Juni 2023, terdapat 42 dari 78 jemaah meninggal di Arab Saudi disebabkan oleh penyakit jantung.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 18 Jun 2023, 18:33 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2023, 18:32 WIB
Petugas kesehatan PPIH Arab Saudi memeriksa jemaah haji Indonesia yang dirawat di KKHI Makkah. Petugas mengingatkan jemaah untuk mewaspadai ancaman serangan jantung saat beribadah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)
Petugas kesehatan PPIH Arab Saudi memeriksa jemaah haji Indonesia yang dirawat di KKHI Makkah. Petugas mengingatkan jemaah untuk mewaspadai ancaman serangan jantung saat beribadah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Liputan6.com, Jakarta Penyakit jantung menjadi penyebab kematian terbanyak jemaah Indonesia di Tanah Suci pada penyelenggaraan haji tahun ini. Hingga hari ke-25 operasional haji atau Sabtu, 17 Juni 2023, terdapat 42 dari 78 jemaah meninggal di Arab Saudi disebabkan oleh penyakit jantung.

Penanggung jawab Medis Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dr Muhaimin Munizu mengatakan bahwa penyakit jantung dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti usia dan penyakit komorbid.

Muhaimin menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki usia di atas 45 tahun pada laki-laki dan di atas 55 tahun pada wanita berisiko terkena penyakit jantung. Dari segi usia, fenomena peningkatan jumlah jemaah haji lansia tahun ini menjadi peringatan pada pemantauan pelayanan kesehatan terutama terkait penyakit jantung.

Sebagai informasi, jumlah jemaah haji lanjut usia (lansia) yang diberangkatkan tahun ini mencapai 31,8 persen atau 66.943 orang dari total kuota regular sebesar 210.680 orang.

Faktor risiko kedua adalah penyakit komorbid seperti hipertensi, diabetes melitus, dan gangguan kolesterol yang dapat menimbulkan risiko terkena penyakit jantung. Melalui Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) diketahui banyak jemaah haji lansia Indonesia yang memiliki penyakit penyerta tersebut.

Bahkan, menurut Muhaimin, ditemukan jemaah haji yang sudah dalam terapi penyakit jantung koroner atau dengan gagal jantung. Oleh karenanya, jemaah haji dengan riwayat penyakit jantung dan faktor risiko menjadi prioritas bagi petugas kesehatan untuk dilakukan pemantauan terus menerus.

Selain risiko, jemaah haji perlu mewaspadai faktor pencetus terjadinya gangguan akut pada jantung atau lebih dikenal dengan serangan jantung, seperti aktivitas fisik yang melampaui kemampuan hingga menimbulkan kelelahan, istirahat yang kurang, dan ditambah dengan cuaca ekstrem.

"Banyak jemaah haji sakit yang dirujuk di KKHI dan Rumah Sakit Arab Saudi, dengan keluhan serangan jantung, mayoritas sebelumnya menjalani aktivitas fisik yang berat seperti umrah. Pasien mengalami serangan jantung pasca-melakukan tawaf atau sai," ujar Muhaimin.

Dia menegaskan bahwa jemaah haji dengan penyakit jantung masih bisa menjalankan ibadah haji dengan lancar, namun harus disesuaikan dengan kemampuan dan tidak memaksakan diri.

Jemaah Haji yang Punya Penyakit Jantung Disarankan Pakai Kursi Roda

Petugas kesehatan PPIH Arab Saudi memeriksa jemaah haji Indonesia yang dirawat di KKHI Makkah. Petugas mengingatkan jemaah untuk mewaspadai ancaman serangan jantung saat beribadah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)
Petugas kesehatan PPIH Arab Saudi memeriksa jemaah haji Indonesia yang dirawat di KKHI Makkah. Petugas mengingatkan jemaah untuk mewaspadai ancaman serangan jantung saat beribadah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Karena itu, jemaah haji dengan penyakit jantung disarankan untuk menggunakan bantuan kursi roda. Selain itu jemaah haji juga diimbau untuk menjalankan aktivitas pada malam hari untuk menghindari cuaca panas yang ekstrem.

"Seharusnya jemaah dengan penyakit jantung tidak dipaksakan untuk melakukan aktivitas fisik yang berat. Solusinya bisa difasilitasi dengan penggunaan kursi roda. Selain itu disarankan kepada jemaah haji untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan ibadah wajib seperti pada malam hari untuk menghindari cuaca ekstrem," kata Muhaimin.

Lebih lanjut, jemaah haji perlu mewaspadai tanda-tanda serangan jantung seperti tiba-tiba merasa nyeri hebat di dada sebelah kiri, sesak napas, kelelahan ekstrem, keringat dingin, dan nyeri ulu hati.

Jika jemaah haji mengalami tanda-tanda seperti ini, segeralah meminta bantuan tenaga kesehatan terdekat. Jemaah yang merasakan gejala seperti itu juga diharapkan segera memeriksakan diri ke Tenaga Kesehatan Haji yang ada di Kloter (TKH).

Selanjutnya TKH diharapkan juga bisa lebih cepat melakukan skrining dengan pemeriksaan EKG. Alat rekam jantung /EKG sudah disediakan di setiap pos kesehatan sektor, sehingga deteksi dini penyakit jantung dapat lebih mudah dilakukan.

"Jika jemaah mengalami tanda-tanda serangan jantung, segeralah meminta bantuan tenaga kesehatan. TKH di kloter bisa cepat melakukan pemeriksaan EKG yang ada di pos kesehatan sektor. Harapannya mencegah komplikasi dari serangan jantung itu sendiri," ujar Muhaimin.

Muhaimin menegaskan bahwa deteksi dini kejadian gangguan jantung akut atau serangan jantung sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dari serangan jantung tersebut.

 

 

Infografis Sebaran Wilayah Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah
Infografis Sebaran Wilayah Hotel Jemaah Haji Indonesia di Makkah. (Infografis: Kemenag)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya