Sudah Melakukan Sholat, Kenapa Masih Mudah Bermaksiat?

Sholat yang dilakukan dengan sepenuh hati, pasti akan memberikan pengaruh untuk menahan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.

oleh Putry Damayanty diperbarui 18 Agu 2023, 20:30 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2023, 20:30 WIB
ilustrasi sholat. ©2020 Merdeka.com
ilustrasi sholat. ©2020 Merdeka.com

Liputan6.com, Jakarta - Sholat merupakan ibadah kunci yang wajib dilakukan oleh umat islam. Banyak hikmah dan manfaat yang bisa kita ambil jika kita melakukan sholat, salah satunya adalah dapat mencegah diri dari kemaksiatan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Ankabut ayat 45:

ٱتْلُ مَآ أُوحِىَ إِلَيْكَ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ ۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan (Allah) kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Dari sini, timbul sebuah pertanyaan. Apakah memang sholat dapat mencegah kita untuk melakukan sebuah perbuatan dosa. Sedangkan banyak dari kita yang sudah menunaikan sholat 5 waktu, namun tetap saja masih seringkali melakukan sebuah kemaksiatan. 

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Bagaimana Sholat dapat Mencegah dari Maksiat?

Sebelum masuk pada persoalan inti. Hendaknya kita ketahui terlebih dahulu makna pengaruh sholat dalam mencegah diri untuk melakukan kemaksiatan. Kaitannya dengan pembahasan ini, ulama berbeda pendapat mengenai tafsiran ayat di atas. 

Pendapat pertama, sholat dapat mencegah dari maksiat selama kita masih dalam prosesi melakukan ibadah sholat (Maa daama fiihaa). Artinya, ketika kita sedang melakukan sholat. Maka secara otomatis kita tidak akan disibukkan untuk melakukan aktivitas lain, termasuk kemaksiatan.

Pendapat ini diwakili oleh Imam Ibnu ‘Aun dan Imam Hammad Abi Sulaiman yang banyak dinukil oleh beberapa ulama tafsir. Namun pendapat ini disanggah oleh imam Ibn ‘Asyur. Dalam kitabnya  At-Tahrir wa At-Tanwir beliau menjelaskan :

والمقصود : أن الصلاة تيسر للمصلي ترك الفحشاء والمنكر . وليس المعنى أن الصلاة صارفة المصلي عن أن يرتكب الفحشاء والمنكر فإن المشاهد يخالفه إذ كم من مصلّ يقيم صلاته ويقترف بعض الفحشاء والمنكر .كما أنه ليس يصح أن يكون المراد أنها تصرف المصلي عن الفحشاء والمنكر ما دام متلبساً بأداء الصلاة لقلة جدوى هذا المعنى . فإن أكثر الأعمال يصرف المشتغل به عن الاشتغال بغيره

"Maksudnya, sesungguhnya sholat itu mempermudah musolli untuk meninggalkan maksiat dan kemunkaran. Bukan bermakna, bahwa sholat dapat memalingkan seorang musolli dari perbuatan keji dan munkar, sebab realitanya tidak demikian. Banyak orang yang mendirikan sholat, namun melakukan sebagian perbuatan buruk dan munkar. Begitu juga bermakna bahwa sholat dapat memalingkan musholli dari perbuatan munkar selama dia sedang melakukan sholat. Karena kurang tepat bila menggunakan makna ini. Sebab kebanyakan suatu aktivitas akan memalingkan pelakunya untuk melakukan aktivitas lain." (Ibn ‘Asyur, al-Tahrir Wa al-Tanwir, [Ad-Dar At-Tunisiahj : 1984 M] juz 20, halaman 158)

Menyesuaikan dengan Kadar Kesempurnaan Sholat

Pendapat kedua, sholat memang dapat mencegah diri untuk melakukan suatu kemaksiatan. Baik saat kita sedang melakukan sholat, maupun saat melakukan aktivitas lain di luar sholat.

Imam Alusi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sholat dapat mencegah kita untuk melakukan kemaksiatan sesuai kadar kesempurnaan sholat yang kita lakukan. Mulai dari khusyu', melakukan semua kewajiban dan kesunnahan sholat, membaca ayat-ayat al-Qur'an disertai merenungkan maknanya. Imam alusi menegaskan :

و قد يضعف النهي فيها  حتى كأنه لا تنهى كما في الصلاة التي تؤدي مع الغفلة التامة و الإخلال بما يليق فيها

"Terkadang pengaruh sholat yang bersifat mencegah dari perbuatan maksiat itu akan melemah sehingga seakan-akan sholat tidak mencegah sama sekali (untuk melakukan maksiat). Hal ini seperti pada sholat yang dilaksanakan dengan kelalaian, dan dengan tidak melaksanakan semua hal yang seharusnya dilakukan ketika sholat (seperti khusyu', merenungkan makna ayat-ayat yang dibaca, dan lain-lain)." (Al-Alusi, Ruhul Ma'ani, [Al-Maktabah As-Syamilah], halaman 368).

Berpijak pada pendapat kedua. Maka ketika kita sudah rajin melakukan sholat 5 waktu, namun masih melakukan maksiat. Maka bagi kita hendaknya melakukan intropeksi diri. Mungkin kita masih lalai dalam melakukan sholat. Kita kurang sempurna dalam melaksanakan setiap kewajiban dan kesunnahannya.

Karena sholat yang dilakukan dengan sepenuh hati, penuh khidmat dan khusyuk, melakukan semua kesunnahan dan kewajibannya, dengan disertai perenungan makna atas semua bacaan-bacaan yang terkandung di dalamnya, pasti akan memberikan pengaruh kepada diri untuk menahan dari melakukan suatu perbuatan dosa dan maksiat. 

Sebaliknya, jika kita semakin kurang maksimal dalam melaksanakan sholat. Maka jangan harap kita dapat tercegah untuk selalu melakukan maksiat. Wallahu a'lam

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya