Subhanallah… Kisah Lelaki yang Masuk Surga karena Sepotong Roti

Seorang lelaki masuk surga bukan lantaran karena ia rajin melakukan amal ibadah yang berat-berat, namun berkah sepotong roti yang ia berikan dengan ikhlas kepada seoran pengemis.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Jan 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2024, 14:30 WIB
Sedekah sepotong roti membuat masuk surga (SS. YT Sahabat Surga)
Sedekah sepotong roti membuat masuk surga (SS. YT Sahabat Surga)

Liputan6.com, Cilacap - Kita tidak mengetahui amal ibadah mana yang akan diterima oleh Allah SWT. Boleh jadi, hal-hal sepele dan remeh yang kita lakukan ini yang diterima Allah SWT bahkan bisa menjadi sebab masuk ke dalam surga.

Hal ini yang dialami seorang lelaki yang masuk surga bukan lantaran karena ia rajin melakukan amal ibadah yang berat-berat, namun berkah sepotong roti yang ia berikan dengan ikhlas kepada seoran pengemis.

Ia merasa iba dan tidak tega melihat penderitaannya. Namun siapa sangka, justru yang ia lakukan ini menjadikannya di hari kiamat timbangan kebaikannya lebih berat dibanding timbangan keburukannya. 

Berikut ini kisah dari Abu Musa al-Asy'ari sebagaimana dilansir dari laman bwi.go.id, Senin (29/01/2024).

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ahli Ibadah yang Digoda Syetan

Iustrasi Waliyullah (Tangkap Layar)
Iustrasi Waliyullah (Tangkap Layar)

Menukil bwi.go.id, dikisahkan bahwa Abu Musa Al-Asy’ari ra. tengah berbaring menunggu malaikat maut menjemputnya. Sembari berzikir, Abu Musa ditemani oleh anaknya yang setia berada di sebelah ayahnya. Abu Musa lantas berkata kepada anaknya, “Apakah kalian masih ingat kisah seorang lelaki dan sepotong roti?” ucap Abu Musa dengan suara lirih.

Mendengar suara ayahnya yang kian memelan, anak-anaknya mulai merapat mendekatinya untuk mendengarkan kisah, yang mungkin adalah kisah terakhir yang akan keluar dari mulut ayah mereka.

Abu Musa pun melanjutkan ceritanya, “Suatu hari, tinggallah seorang lelaki yang saleh. Setiap hari ia selalu menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Dia melakukan hal ini selama 70 tahun.”

“Akan tetapi, suatu hari setan berhasil menggodanya dengan menghadirkan wanita cantik yang sangat memikat,” beliau melanjutkan.

“Lelaki saleh ini pun lalai, dan selama tujuh hari tujuh malam, ia menghabiskan waktu dengan wanita cantik ini dan melakukan berbagai macam dosa-dosa besar. Setelah tujuh hari, lelaki saleh ini sadar akan kesalahannya dan meninggalkan wanita cantik tersebut. Dalam setiap langkah, bibir dan hatinya tak pernah berhenti berzikir dan beristighfar memohon ampun kepada Allah atas apa yang telah ia perbuat,” jelas Abu Musa kepada anak-anaknya.

“Hingga tibalah malam, sementara ia belum sampai juga ke tempat yang dituju. Akhirnya, ia mencari perlindungan di sebuah tempat di mana terdapat 12 orang pengemis. Saking kelelahannya, dia berbaring di antara mereka,” jelas Abu Musa.

“Kebetulan setiap malam, seorang dermawan di kota rutin mengirimkan 12 potong roti untuk 12 pengemis yang ada di sana. Karena dikira salah satu pengemis, si lelaki itu menerima sepotong roti, sedangkan satu pengemis yang biasa menerima roti itu tak dapat bagian.”

“Iba melihat pengemis yang kelaparan, si lelaki itu pun rela memberikan rotinya kepada pengemis yang tidak kebagian jatah walaupun sejatinya ia sendiri sangat lelah dan kelaparan. Keesokan harinya, si lelaki itu meninggal karena kedinginan dan kelaparan.”

Masuk Surga karena Sepotong Roti

Ilustrasi roti gandum
Ilustrasi roti gandum (Photo by : Bon vivant on Unsplash)

“Para malaikat kemudian menimbang amal perbuatan lelaki itu selama hidup. Para malaikat mendapati bahwa amal ibadahnya selama 70 tahun sebanding dengan dosa akibat maksiat besar selama 7 hari 7 malam dengan wanita.”

“Kemudian, para malaikat mendapati bahwa si lelaki di akhir hayatnya pernah dengan ikhlas, rela berkorban, dan penuh kasih sayang memberikan sepotong roti kepada pengemis yang kelaparan. Pahala sedekah sepotong roti itulah yang akhirnya membuat timbangan amal kebaikannya lebih berat, sehingga lelaki itu pun masuk surga.”

Abu Musa mengakhiri kisahnya dengan berpesan, “Anak-anakku tersayang, ingatlah lelaki dengan sepotong roti itu.”

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya