Menghadiahkan Al-Fatihah untuk Nonmuslim, Haram atau Boleh?

Mengirimkan doa untuk orang yang telah meninggal dunia merupakan hal yang dianjurkan, namun bagaimana hukumnya menghadiahkan al-fatihah bagi seorang non muslim? Simak penjelasan berikut.

oleh Putry Damayanty diperbarui 16 Apr 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2024, 18:30 WIB
Ilustrasi dukacita, berduka, makam
Ilustrasi dukacita, berduka, makam. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Kematian merupakan takdir yang pasti bagi setiap manusia. Tak ada yang bisa mempercepat ataupun memperlambat datangnya kematian itu.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ankabut ayat 57 yang dapat menjadi pengingat bagi kita semua,

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Artinya: "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan".

Barangkali ada di antara keluarga, kerabat ataupun orang yang kita kenal telah meninggal dunia, maka sudah sepantasanya bagi kita untuk mengirimkan doa dan menghadiahkan Al-fatihah kepada mereka.

Lantas, bagaimana hukumnya bagi seorang muslim yang menghadiahkan Al-Fatihah atau bertawasul kepada seorang nonmuslim? Berikut penjelasannya merangkum dari laman NU Online Jabar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan ini:


Hukum Menghadiahkan Pahala Surah Fatihah untuk Nonmuslim

Ilsutrasi doa
Ilsutrasi doa (sumber: iStockphoto)

Menghadiahkan pahala surah fatihah untuk non Muslim yang sudah meninggal dunia, hukumnya haram. Namun, jika mendoakan non Muslim yang masih hidup agar mendapatkan hidayah atau kebaikan dunia, seperti mendokan agar sehat, itu boleh.

Dasar hukumnya: 

(ماكان للنّبيّ والذين امنوا ان يستغفروا للمشركين ولو كانوا اولى قربى) ذوى قرابة (من بعد ما تبين لهم انهم اصحاب الجحيم) النار بأن ماتوا على الكفر . (قوله ماكان للنّبيّ) اى لاينبغى ولا يصح (قوله بأن ماتوا على الكفر) اى فلا يجوز لهم الاستغفار حينئذ . واما الاستغفار للكافر الحيّ ففيه تفصيل ان كان قصده بذلك الاستغفار هدايته للاسلام جاز، وان كان قصده ان تغفر ذنوبه مع بقائه على الكفر فلا يجوز .

Hasyiyah As-Shawi Juz 3 hal 75: 

“Nabi dan orang-orang yang beriman tidak boleh memintakan ampunan bagi orang-orang musyrik walaupun mereka masih kerabat, setelah nyata-nyata bahwa mereka adalah penghuni jahim (neraka),” karena mereka mati dalam keadaan kafir. Maka tidak boleh memintakan ampunan bagi orang-orang kafir yang telah mati. Sedangkan memintakan ampunan bagi orang kafir yang masih hidup maka hukumnya diperinci. 

Jika tujuan memintakan ampunan agar orang kafir memperoleh hidayah dengan masuk Islam maka hukumnya boleh. Jika tujuannya agar orang kafir diampuni dosa-dosanya maka hukumnya tidak boleh. 


Dalil Keharaman Mendoakan Orang Kafir

Ilustrasi meninggal dunia, makam, kuburan, berziarah
Ilustrasi meninggal dunia, makam, kuburan, berziarah. (Image by Freepik)

Haram meng-shalati orang kafir, sebab mendoakan orang kafir agar memperoleh ampunan juga haram. Allah berfirman: “Dan jangan selamanya meng-shalati salah satu dari mereka yang mati.”  

Sedangkan dalil haramnya mendoakan orang kafir agar supaya memperoleh ampunan adalah firman Allah: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni kemusyrikan”.  

Sebab turunnya ayat yang pertama sebagaimana hadis yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan lainnya, dari Ibn Umar RA berkata: Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul meninggal, anaknya yang bernama Abdullah mendatangi Rasulullah SAW, lalu memintanya agar memberikan baju gamisnya untuk mengkafani ayahnya, maka Rasulullah SAW memberikannya, lalu memintanya pula untuk meng-sholat-kannya, lalu Rasulullah SAW berdiri (bersiap), maka berdirilah Umar dan memegang baju Rasulullah, lalu berkata: Ya Rasulullah, apakah engaku akan meng-shalat-kannya, padahal engkau telah dilarang oleh Allah untuk meng-shalati orang-orang munafiq.

Rasulullah SAW bersabda: Allah memberiku pilihan dan berfirman : “Mintakan ampun mereka sebanyak tujuh puluh kali atau jangan mintakan ampun mereka, maka Allah tidak akan mengampuni mereka”. Lalu Rasulullah bersabda: “Dan aku akan menambahi hitungan tujuh puluh.” Umar berkata: dia itu munafiq, lalu Rasulullah akan meng-shalat-kannya, maka Allah menurunkan ayat : “Dan jangan selamanya meng-sholati salah satu dari mereka yang mati”, maka Rasulullah SAW tidak jadi meng-sholat-kannya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya