Ada Tetangga Nonmuslim Meninggal, Bagaimana Sikap Kita?

Keberadaan dari dua hadis di atas tentu sudah bisa dijadikan sebagai landasan kuat untuk tetap memberikan penghormatan kepada orang yang telah meninggal, walau jenazah tersebut berbeda agama

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Mei 2024, 22:30 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2024, 22:30 WIB
Ilustrasi Meninggal Dunia
Ilustrasi Meninggal Dunia (Image by Rob van der Meijden from Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Mungkin diantara kita sedang bingung, jika mendapati tetangga yang nonmuslim meninggal dunia. Ragu-ragu, apakah harus melayat atau tidak.

Ketika tetangga nonmuslim meninggal, sikap yang diharapkan dari umat Islam adalah sikap empati, belas kasihan, dan solidaritas.

Ini mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan dan ajaran Islam tentang kasih sayang, persaudaraan, dan menghormati kehidupan manusia, tanpa memandang agama atau kepercayaan mereka.

Bagaimana pula sikap ini, apakah pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW?

 

Simak Video Pilihan Ini:

Tauladan Nabi Muhammad SAW

Kuburan Unik Khas Kalimantan
ilustrasi makam unik.. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menukil, BincangMuslimah.com, ajaran ini telah diterapkan sejak dahulu kala dan berjalan hingga sekarang. Tidak sampai di sana, kaum muslim pun diimbau untuk memberikan dukungan pada keluarga yang ditinggalkan. Entah itu dukungan moril dan materi. Nabi Muhammad SAW nyatanya telah menunjukkan caranya lewat ia bersikap.

Nabi Muhammad SAW pun turut memberikan menghormati jenazah yang bukan seorang muslim. Hal ini pun tercantum di dalam sebuah hadis.

Artinya: “Dari Jabir bin Abdullah RA, berkata: Suatu saat ada jenazah yang ditandu melewati kami. Lalu, Nabi Muhammad SAW berdiri menghormati jenazah tersebut. dikatakan di hadapan nabi,’ Wahai Rasulullah itu jenazah Yahudi. Namun Rasulullah SAW menjawab apabila engkau melihat ada jenazah (siapapun) maka berdirilah (untuk menghormatinya). (HR. Bukhari nomor 1323)

Oleh Faqihuddin Abdul Kodir di dalam bukunya berjudul ‘Relasi Mubadalah Muslim Dengan Umat Berbeda’ pun menceritakan kisah lain yang tercantum di dalam hadis. Menjelaskan kisah dua orang sahabat Nabi Muhammad SAW yang menerapkan hadis di atas. Kedua sahabat tersebut adalah Qais bin Sa’di Ra dan Sahl bin Hunaif RA.

Pada suatu saat ada sebuah tandu jenazah yang melewati mereka. Keduanya langsung berdiri sebagai bentuk penghormatan terhadap jenazah tersebut. Orang-orang yang melihatnya pun memberi komentar pada keduanya dan menjelaskan jika jenazah tersebut bukan orang Islam. Kedua sahabat tersebut membalas komentar. Begini kisah lengkapnya.

Artinya: “Amr bin Murrah bercerita kepada kami: Aku mendengar langsung dari Abdurrahman bin Abu Laila yang berkata : Ada dua orang sahabat bernama Sahl bin Hunaif dan Qais bin Sa’d sedang duduk di Qadasiyah. Lalu ada orang-orang yang lewat membawa jenazah. Mereka berdua berdiri (menghormati jenazah tersebut). dikatakan pada mereka berdua ‘itu jenazah prbumi alias ahlidz dzimmah (non-muslim). Mereka berdua kemudian menjawab. Ya sesungguhnya Nabi Muhammad juga berdiri menghormati jenazah yang lewat (di hadapan beliau). Lalu ditanyakan : itu jenazah Yahudi (apakah kita harus menghormatinya?) Nabi Muhammad Saw menjawab mereka : Ya, bukankah ia juga manusia?” (HR. Bukhari nomor 1324)

 

Asal Jangan Melampaui Urusan Keimanan

Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan
Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan. (Photo by davide ragusa on Unsplash)

Keberadaan dari dua hadis di atas tentu sudah bisa dijadikan sebagai landasan kuat untuk tetap memberikan penghormatan kepada orang yang telah meninggal. Walau, jenazah tersebut berbeda agama. Satu hal yang menarik dari hadis di atas bahwa menghormati sesama manusia adalah keharusan, meski kita berbeda banyak hal.

Maka perilaku membenci, menghina dan merendahkan jenazah non muslim sudah seharusnya dihentikan. Jangankan melakukan hal-hal buruk seperti itu, Rasulullah SAW saja sudah memberikan teladan langsung, bagaimana seorang muslim bersikap, yaitu memberi hormat.

Tidak lupa pula, memberikan ucapan belasungkawa pada keluarga yang ditinggalkan. Diselipkan kalimat penyemangat dan dukungan lainnya. Memang, penghormatan terhadap jenazah antar umat beragama berbeda, namun Faqihuddin di dalam bukunya menjelaskan jika akhlak mubadalah dari seorang muslim adalah saling menghargai, menghormati, ikut berbahagia dengan kebahagiaan lain. dan tidak luput, berbagi kesedihan dengan kesedihan yang lain.

Hanya saja, Faqihuddin mengingatkan ada satu wilayah yang tetap harus dijaga, yaitu wilayah akidah dan ibadah. Untuk urusan ini, tidak boleh melibatkan dan dilibatkan. Tapi untuk urusan sosial dan kemanusiaan, kita harus saling tolong dan menghargai.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan jika sikap kita sebagai seorang muslim adalah tetap menghormati jenazah dari agama yang berbeda. Jika ada tetangga yang berbeda agama meninggal dunia, kita sebagai muslim harus turut memberi penghormatan dalam bentuk melayat, misalnya. Tidak boleh menanamkan kebencian atau merendahkan. Beri penghormatan dan bantuan sebagai sesama manusia. Asal jangan melampaui urusan keimanan dan cara beribadah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya