Gus Baha: Tidak Usah Khawatir Doamu Tidak Mustajab, Allah Sudah Janji

Tak sedikit muslim merasa doanya tidak dikabukan oleh Allah SWT. Menurut Gus Baha, itu suatu kekeliruan.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mei 2024, 02:00 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2024, 02:00 WIB
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)
Gus Baha (Tangkap layar YouTube Kumparan Dakwah)

Liputan6.com, Cilacap - Ulama kharismatik asal Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menampik kekhawatiran banyak orang perihal doa yang tidak mustajab atau tidak dikabulkan Allah SWT.

Menurut alumnus Ponpes Al-Anwar Sarang, Rembang, tatkala kita membaca lafal dalam surah Al-Fatihah ayat 6, yakni ihdinasshiraatal mustaqim yang artinya bimbinglah kami ke jalan yang lurus, maka Allah membalas doa kita dan akan mengabulkan segala sesuatu yang diminta seorang hamba.

“Kamu tidak usah khawatir doamu tidak mustajab, ketika ihdinasshiraatal mustaqim Allah berfirman, “hadzaa li abdi, itu hak kamu mendapat shiratal mustaqim,” terangnya dikutip dari tayangan YouTube Short @Sudarnopranoto, Rabu (29/05/2024).

“Wali abdi masa’ala, dan kamu akan saya kasih apa yang kamu minta,” sambung santri kinasih Mbah Moen ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Harus Yakin Doa Kita Dikabulkan Allah

Gus Baha 1
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Menurut Gus Baha, kita sebagai seorang muslim harus percaya diri. Meskipun kita sering melakukan kesalahan, bukan berarti psimis dengan doa-doa kita.

Seorang muslim harus yakin doanya akan dikabulkan oleh Allah, sebab tatkala kita memohon petunjuk jalan yang lurus, Allah menjanjikan akan memberikan segala sesuatu yang kita minta.

“Makanya kiai yang percaya diri seperti saya ini, kita mungkin sering melakukan salah, tapi harus percaya,” terangnya.

“Tapi haqqul yaqin ketika ihdinashshiraatal mustaqim, Allah sudah janji, hadzaa li abdi, wa li ‘abdi ma sa’ala (itu hak kamu, dan kamu akan saya kasih apa yang kamu minta),” imbuhnya.

Lantas Gus Baha mencontohkan meskipun di akhir zaman yang penuh dengan kemaksiatan, nyatanya masih ada yang masih memiliki sikap religius.

“Kamu jangan ragu, nyatanya zaman akhir ruwet begini, masih bawa shahih muslim kemana-mana,” paparnya.

“Itu kalau tidak hidayahnya Allah tidak mungkin, yakin tidak bisa” sambungnya.

“Orang telanjang banyak., judi banyak, maksiat banyak, kamu kalau kemana-mana bawa shohih muslim kemana-mana kalau bukan karena hidayah, yakin tidak bisa,” tandasnya

3 Macam Bentuk Dikabulkannya Doa

Ilustrasi memanjatkan doa
Ilustrasi memanjatkan doa. (Image by Artadya Gumelar from Pixabay)

Menukil NU Online, ketika seorang muslim menginginkan sesuatu, di samping berusaha kita juga tidak bisa lepas untuk berdo’a kepada Allah agar apa yang kita inginkan terkabul. Allah sendiri telah menjanjikan terkabulnya do’a sebagaimana firman-Nya dalam surat Ghofir ayat 60 yang berbunyi: 

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ.. 

Artinya: Dan Tuhanmu berfirman,”Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu”.Namun, tentu kita merasakan bahwa tidak semua do’a yang kita panjatkan terkabul seketika itu juga, sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan kenapa Allah tidak mengabulkan do’a hamba-Nya? Akibatnya, hal ini bisa membuat kecewa  dan bersu’uzon kepada-Nya. Naudzubillah min dzalik. 

Sebenarnya, ketika berbicara tentang pengabulan do’a setidaknya ada tiga macam bentuk pengabulan do’a yang dijelaskan dalam kitab Ittihafatul Murid bi Jauharotut Tauhid. 

أَنَّ الْإِجَابَةَ تَتَنَوَّعُ: فَتَارَةً يَقَعُ الْمَطْلُوْبُ بِعَيْنِهِ عَلَى الْفَوْرِ, وتَارَةً يَقَعُ ولَكِنْ يَتَأَخَرُ لِحِكْمَةٍ فِيْهِ, وَتَارَةً تَقَعُ الْإِجَابَةُ بِغَيْرِ الْمَطْلُوْبِ  حَيْثُ لَا يَكُوْنُ فِي الْمَطْلُوبِ مَصْلَحَةٌ نَاجِزَةٌ وفِي الْوَاقِعِ  مَصْلَحَةٌ نَاجِزَةٌ أَوْ أَصَلَحُ مِنْ ذَلِكَ

Artinya: Bentuk ijabah (pengabulan) do’a itu bermacam-macam. Terkadang do’a terkabul dengan segera sesuai permintaan. Terkadang do’a terkabul sesuai permintaan tetapi terlambat karena ada hikmah di baliknya. Terkadang pula do’a terkabul dengan bentuk yang tidak sesuai dengan permintaan. Ini dikarenakan apa yang diminta tidak mengandung maslahat, sedangkan apa yang diberikan Allah ada maslahat baginya. Atau bisa jadi apa yang diminta hamba ada manfaatnya, tetapi apa yang diberikan Allah jauh lebih mengandung maslahat”. (Abdus Salam bin Ibrahim, Ittihafatul Murid bi Jauharotut Tauhid, [Kairo: Universitas Al-Azhar lil Banin], 2018:243]

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya