Hakikat Manusia saat Ini Adalah Tidur, Jangan Terlambat Sadar Kata Gus Baha

Hidup itu sesungguhnya sedang tidur, begini penjelasan Gus Baha, ndak usah bingung.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jul 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2024, 14:30 WIB
Gus Baha 1
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Ada yang menarik saat menyimak salah satu pengajian Gus Baha, sosok ulama yang alim alamah. Bukan sebuah kajian yang terlalu tinggi, tapi hanya soal hakikat tidur yang dilakukan manusia.

Mengutip sebuah video yang diunggah di YouTube oleh channel @SeribuDoa, KH Ahmad Bahauddin Nursalim memberikan penjelasan mendalam mengenai hakikat manusia dan tidur, serta bagaimana pemahaman ini memengaruhi cara kita menjalani hidup dan ibadah.

Gus Baha menjelaskan bahwa hakikat manusia saat ini adalah tidur. “Manusia itu hakikatnya tidur, baru setelah mati bangun,” ujar Gus Baha.

Ia mengibaratkan kehidupan dunia ini seperti tidur yang panjang, dan kematian sebagai saat ketika kita benar-benar terjaga dan menyadari realitas sebenarnya.

Menurut Gus Baha, selama kita hidup, sering kali kita terjebak dalam valuasi duniawi seperti uang, harta, dan jabatan.

“Misalnya, kita di dunia menganggap uang itu penting, harta itu penting, jabatan penting,” jelasnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ini yang Paling Penting dalam Hidup

Ilustrasi sujud, bersyukur.
Ilustrasi sujud, bersyukur. (Photo on Rawpixel)

Hal ini menunjukkan betapa kita sering kali terfokus pada hal-hal yang bersifat sementara dan material.

Namun, Gus Baha mengingatkan bahwa setelah kita mati, semua hal tersebut tidak lagi memiliki nilai.

“Setelah kita mati, ternyata yang paling penting hanya sujud,” katanya.

Gus Baha menjelaskan bahwa di akhirat, yang benar-benar berharga adalah ibadah kita, terutama saat-saat ketika kita bersujud kepada Allah.

Gus Baha mengungkapkan bahwa banyak hal yang dianggap penting di dunia ternyata hanya ilusi belaka.

“Yang kita anggap sepele, seperti sholat, ternyata itu super penting,” ungkapnya.

Hal ini menunjukkan bahwa banyak di antara kita baru menyadari nilai sebenarnya dari amalan ibadah setelah terlambat, yaitu saat menghadapi kehidupan setelah mati.

Jangan Sampai Terlambat Memaknai Hidup

Ilustrasi salat, sujud, ibadah
Ilustrasi salat, sujud, ibadah. (Photo by Syed Aoun Abbas on Unsplash)

Dengan kata lain, jika kita diberikan kesadaran akan nilai ibadah sebelum akhirat adalah tanda orang yang beruntung.

“Biasanya, termasuk syukur yang sadar sebelum sampai akhirat adalah orang yang beruntung,” kata Gus Baha.

Kesadaran ini memungkinkan kita untuk memanfaatkan waktu di dunia dengan lebih bijaksana, sehingga tidak terlambat untuk memperbaiki diri.

Dalam konteks ini, Gus Baha mengajak umat Islam untuk lebih fokus pada ibadah dan hubungan kita dengan Allah. “Fokuslah pada ibadah dan hubungan kita dengan Allah,” ujar Gus Baha.

Menurutnya, kita seharusnya tidak terlalu terikat pada hal-hal duniawi dan materi yang sifatnya sementara.

Gus Baha juga menyarankan agar setiap orang memanfaatkan setiap momen kehidupan sebagai kesempatan untuk beribadah.

“Jangan sampai kita baru sadar akan pentingnya ibadah setelah terlambat,” pesannya. Ini mengingatkan kita untuk selalu mengingat dan bersyukur kepada Allah setiap saat.

Dengan pemahaman ini, Gus Baha berharap agar kita bisa lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan dan mempersiapkan diri untuk akhirat.

“Mari kita jadikan setiap momen kehidupan sebagai kesempatan untuk sujud dan berdoa,” katanya. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa setiap aktivitas kita dapat membawa kita lebih dekat kepada Allah.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya