Ingin Taubat dari Dosa Meninggalkan Sholat? Begini Syarat dan Caranya

Sholat merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sehingga berdosa bagi mereka yang dengan sengaja meninggalkan. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang meninggalkan sholat wajib untuk bertaubat. Berikut syarat dan caranya.

oleh Putry Damayanty diperbarui 29 Jul 2024, 03:30 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2024, 03:30 WIB
salat taubat
Ilustrasi salat taubat./Copyright shutterstock.com/g/Creativa

Liputan6.com, Jakarta - Ketika seseorang telah melakukan maksiat maka taubat wajib dilakukan dengan sesegera mungkin. Apapun jenis maksiat yang diperbuat baik dosa kecil atau pun dosa besar. Sebagaimana Allah SWT memerintahkan agar manusia senantiasa untuk bertaubat:

ياأيها الذين آمَنُواْ توبوا إِلَى الله تَوْبَةً نَّصُوحاً عسى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu," (QS. At-Tahrim: 8).

Tujuan taubat tak lain adalah sebagai syarat utama agar dosa-dosa diampuni oleh Allah SWT. Selain itu, sebagai bukti bahwa kita tidak menganggap remeh dosa dari maksiat yang telah dilakukan. 

Di antara bentuk maksiat yang wajib untuk segera ditaubati adalah meninggalkan sholat wajib lima waktu. Meninggalkan sholat bukan perkara sepele, sebab termasuk dalam kategori dosa besar yang menyebabkan seseorang mendapatkan predikat fasik.

Oleh sebab itu, bagi orang-orang yang dengan meninggalkan sholat maka hendaknya sesegera mungkin untuk bertaubat atas dosa yang telah dilakukan. Berikut adalah cara bertaubat dari dosa meninggalkan sholat, dikutip dari laman NU Online.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan ini:


Cara Taubat dari Dosa Meninggalkan Sholat

Perbanyak Taubat
Perbanyak Taubat.

Cara bertaubat bagi orang yang meninggalkan sholat adalah dengan cara memenuhi beberapa syarat taubat secara umum, yaitu segera mengqadha sholat yang pernah ia tinggalkan.

Hal ini merupakan implementasi dari syarat taubat yang berupa “menyudahi melakukan maksiat saat itu juga”, sebab orang yang meninggalkan shalat berarti ia terus menerus melakukan maksiat karena tidak melaksanakan perintah berupa mengqadha’ sholat yang ia tinggalkan sesegera mungkin.

Syarat selanjutnya adalah dengan wujud penyesalan atas dosa yang pernah ia lakukan, dalam hal ini adalah meninggalkan shalat secara sengaja. Penyesalan ini diwujudkan dengan memperbanyak membaca istighfar dengan mengharap semoga dosanya diampuni oleh Allah SWT.

Syarat terakhir yaitu ia bertekad tidak akan mengulang kembali dosa yang pernah ia lakukan, dalam hal ini adalah meninggalkan sholat secara sengaja. Dengan demikian, ia tidak terjerumus kembali dalam keteledorannya berupa tidak melaksanakan perintah Allah SWT.

Dengan melaksanakan ketiga syarat ini dan menjalankannya secara teguh, berarti ia telah melaksanakan taubat atas sholat yang pernah ia tinggalkan.


Syarat Taubat Berlaku pada Semua Jenis Maksiat

Cara Sholat Taubat Nasuha
Cara Sholat Taubat Nasuha / Sumber: iStockphoto

Syarat-syarat di atas tercantum dalam Kitab Al-Adzkar An-Nawawiyah:

اعلم أن كلّ من ارتكب معصيةً لزمه المبادرةُ إلى التوبة منها، والتوبةُ من حقوق اللّه تعالى يُشترط فيها ثلاثة أشياء : أن يُقلع عن المعصية في الحال، وأن يندمَ على فعلها، وأن يَعزِمَ ألاّ يعود إليها والتوبةُ من حقوق الآدميين يُشترط فيها هذه الثلاثة، ورابع : وهو ردّ الظلامة إلى صاحبها، أو طلب عفوه عنها والإِبراء منها

Artinya: “Ketahuilah bahwa sungguh setiap orang yang melakukan maksiat wajib baginya untuk bergegas untuk bertaubat. Bertaubat pada hal yang berkaitan dengan Hak Allah disyaratkan tiga hal. Pertama, Menyudahi melakukan maksiat saat itu juga. Kedua, Merasa menyesal pernah melakukan maksiat. Ketiga, Bertekad untuk tidak mengulang kembali maksiat yang pernah dilakukannya. 

Sedangkan bertaubat atas dosa yang berkaitan dengan hak orang lain disyaratkan tiga hal di atas dan satu hal lain yang menjadi syarat keempat yaitu mengembalikan kezaliman yang pernah dilakukannya (pada orang lain) kepada pemiliknya atau meminta maaf atas kezaliman yang pernah dilakukannya dan meminta kebebasan tanggungan dari mengembalikan kezaliman yang pernah dilakukan olehnya,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar An-Nawawiyah, halaman 438).

Syarat-syarat yang dijelaskan dalam referensi tersebut tidak hanya terkhusus pada bentuk maksiat berupa meninggalkan sholat, tapi juga berlaku pada semua jenis maksiat secara umum. Dengan penambahan satu syarat lain, ketika maksiat yang dilakukan berkaitan dengan haqqul adami, seperti mencuri, merampas, membunuh, dan bentuk maksiat lain yang berkaitan dengan orang lain.

Semoga segala upaya taubat yang kita lakukan dapat diterima oleh Allah dan dosa-dosa kita diampuni oleh-Nya. Amin. Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya