Ternyata Ada Musibah yang Patut Disyukuri

Dalam perspektif keimanan, bersyukur saat menghadapi musibah merupakan tanda kedewasaan spiritual dan keyakinan bahwa segala sesuatu, baik atau buruk, berasal dari kehendak Allah yang memiliki hikmah di baliknya.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Sep 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2024, 20:30 WIB
Ilustrasi bersyukur, Islami
Ilustrasi bersyukur, Islami. (Photo by ekrem osmanoglu on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bersyukur saat mendapatkan nikmat adalah hal yang sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia. Ketika kita menerima sesuatu yang baik, seperti rezeki, kesehatan, atau kebahagiaan, rasa syukur kepada Allah SWT adalah bentuk pengakuan bahwa semua yang kita peroleh berasal dari-Nya.

Syukur ini juga merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga nikmat tersebut tetap hadir dalam kehidupan kita.

Namun, bersyukur ketika menghadapi musibah mungkin terdengar aneh dan bahkan dianggap nyeleneh oleh sebagian orang. Bagaimana mungkin seseorang dapat merasa bersyukur saat tertimpa kesulitan, kehilangan, atau penderitaan?

Dalam perspektif keimanan, bersyukur saat menghadapi musibah merupakan tanda kedewasaan spiritual dan keyakinan bahwa segala sesuatu, baik atau buruk, berasal dari kehendak Allah yang memiliki hikmah di baliknya.

Syukur dalam musibah mengajarkan kita untuk melihat musibah sebagai ujian atau bentuk kasih sayang Allah. Musibah sering kali menjadi sarana untuk memperbaiki diri, mendekatkan diri kepada Allah, atau membersihkan dosa.

Bersyukur dalam musibah juga mencerminkan keikhlasan dan ketawakalan, bahwa kita menerima apa pun yang Allah tetapkan dengan penuh keyakinan bahwa ada hikmah yang lebih besar di baliknya. Rasa syukur ini membuka pintu ketenangan hati dan kebahagiaan sejati, yang tidak hanya bergantung pada nikmat duniawi, tetapi pada kedekatan kita dengan Allah.

Melansir bincangsyariah.com, musibah terkadang terjadi karena Allah menginginkan kebaikan untuk hambanya. Sehingga kita perlu juga belajar bersyukur saat ditimpa musibah. Ibnu Qudamah Al-Maqdisi dalam karyanya Mukhtashar Minhajul Qashidin Juz, 1, halaman 362 mengulas tentang 5 musibah yang patut disyukuri. Beliau menegaskan:

واعلم أن في كل فقر، ومرض وخوف، وبلاء في الدنيا، خمسة أشياء ينبغي أن يفرح العاقل بها، ويشكر عليها

Artinya: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam setiap kefakiran, sakit, rasa takut, dan cobaan di dunia ada 5 perkara. Seyogyanya Orang yang berakal bergembira dengannya dan bersyukur atasnya”.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Begini Musibah yang Perlu Disyukuri

Korban Longsor di Sierra Leon
ilustrasi musibah. Relawan bersiap memakamkan massal korban banjir dan tanah longsor di sebuah pemakaman di Sierra Leone, Freetown, (17/8). Pemerintah setempat telah mengubur 350 orang yang tewas akibat musibah tersebut. (AP Photo/Kabba Kargbo)

Selanjutnya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi menjelaskan satu persatu terkait musibah yang beliau sebutkan di atas. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

Pertama, Musibah atau penyakit yang Allah turunkan ke dunia jumlahnya tidak terhingga, karena ketentuan Allah tidak memiliki batasan. Setiap musibah yang menimpa seseorang hanyalah sebagian kecil dari ketentuan-Nya yang telah ditetapkan.

Dalam kehidupan, kita tidak pernah tahu berapa banyak musibah yang sebenarnya bisa menimpa kita, namun Allah dengan kasih sayang-Nya hanya menurunkan sebagian kecil saja dari takdir yang ada.

Oleh karena itu, ketika cobaan datang, penting bagi kita untuk selalu bersyukur. Bersyukur karena cobaan yang lebih besar telah dijauhkan dari kita dan karena Allah masih memberikan kekuatan untuk menghadapinya.

Sikap syukur ini akan membantu kita untuk tetap tegar dalam menghadapi segala ujian hidup, karena pada hakikatnya semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah.

Kedua, musibah yang tidak menimpa agamamu. Contohnya, apabila maling masuk ke rumahmu, kemudian mencuri harta bendamu, kamu tetap wajib bersyukur karena hanya hartamu yang hilang.

 

Musibah Berikutnya

Dikhawatirkan Ganggu Penerbangan, Pemkot Tangerang Terjunkan 450 Personil Padamkan TPA Rawa Kucing
ilustrasi musibah kebakaran.

Berbeda ketika setan masuk ke hatimu, kemudian setan menggodamu, sehingga imanmu dicabut karena kamu tergoda oleh bujuk rayu setan. Tercabutnya iman adalah musibah yang bisa merusak agama, karena iman itu lebih berharga dari pada harta yang kamu miliki.

Ketiga, musibah di dunia diringankan siksaannya oleh Allah. Sedangkan siksaan di akhirat sangatlah pedih. Barangsiapa telah menerima siksaan dari cobaan yang menimpanya saat di dunia, maka kelak di akhirat Allah tidak akan menyiksanya kembali.

Keempat, musibah yang terjadi di dunia ini sudah termaktub atau tercatat di Lauhul Mahfudz, tidak ada yang bisa untuk menolaknya. Orang yang memahami hal itu, akan merasa tenang bahkan merasa nikmat dalam menghadapi cobaan yang menimpanya.

Pahala yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang tertimpa musibah di dunia sangatlah besar. Musibah di dunia sebenarnya merupakan ujian yang menjadi jalan menuju kebaikan di akhirat. Orang yang mengalami cobaan akan merasakan syukur yang mendalam di akhirat nanti, setelah melihat pahala yang Allah siapkan sebagai balasan atas kesabarannya menghadapi cobaan tersebut.

Hal ini bisa diibaratkan dengan seorang anak kecil yang dipukul oleh orang tua dan gurunya dalam proses pendidikan. Saat anak tersebut masih kecil, ia mungkin tidak memahami maksud dari hukuman tersebut.

Namun, setelah dewasa dan mencapai baligh, ia akan menyadari bahwa perlakuan tersebut adalah demi kebaikannya, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi dengan akhlak yang baik. Begitu juga dengan cobaan di dunia, yang pada akhirnya membawa kebaikan di akhirat.

Penulis: Nugroho Purbo / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya